Suasana kantin siang itu cukup ramai. Aleia duduk di salah satu sudut meja, bersama Kathrin dan Adelyie. Suara obrolan dan gelak tawa teman-teman sekolahnya menjadi latar belakang yang biasa, namun pikirannya melayang ke tempat lain. Setelah insiden beberapa hari yang lalu, Aleia semakin sadar bahwa dirinya benar-benar semakin terlibat dalam alur novel ini. Namun, hari ini dia mencoba untuk bersikap tenang, tidak ingin terlalu memikirkan hal-hal yang tidak bisa dia kendalikan.
"Lo kenapa, Ale? Dari tadi diem aja?" Kathrin bertanya, mengerutkan kening sambil menyuap makanannya.
Aleia tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, cuma lagi mikir."
Adelyie yang duduk di sebelah Aleia ikut menatap heran. "Mikir apa? Kayaknya lo lagi kebanyakan mikir deh akhir-akhir ini."
Aleia mengangkat bahunya, mencoba untuk tidak memikirkan peranannya di dunia novel ini. "Ya, biasalah, tentang sekolah dan lain-lain."
Kathrin dan Adelyie mengangguk, tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Aleia terkadang lebih suka menyimpan pikirannya sendiri. Namun, ketenangan mereka tidak berlangsung lama ketika tiba-tiba suara ribut terdengar dari arah tengah kantin.
Mata Aleia otomatis tertuju pada pusat keramaian. Di sana, Maureen dan Raphael tampak berdiri di hadapan satu sama lain, menarik perhatian banyak murid. Aleia langsung teringat pada adegan ini—ini adalah salah satu adegan penting dalam The Glittering Crown. Adegan yang seharusnya semakin memperkuat hubungan Maureen dan Raphael, membuat mereka menjadi pusat perhatian seluruh sekolah.
Raphael, yang biasanya kalem dan pendiam, tampak berbicara dengan nada yang lebih serius kepada Maureen. Meski dari jauh tidak terlalu jelas apa yang mereka bicarakan, suasananya cukup tegang. Para murid yang menyaksikan mulai berbisik-bisik, memperhatikan interaksi mereka berdua dengan antusias.
"Eh, lihat deh, itu Raphael sama Maureen. Kayaknya ada sesuatu nih," bisik Adelyie sambil melirik ke arah mereka.
Kathrin mengangguk setuju. "Iya, gue juga liat. Aduh, mereka jadi sorotan mulu ya sekarang."
Aleia hanya bisa diam, menyaksikan adegan yang seharusnya terjadi dalam novel kini berlangsung di depan matanya. Maureen tampak tersipu malu, sementara Raphael menatapnya dengan tatapan serius yang membuat banyak orang di kantin menduga-duga apa yang sedang terjadi. Ini adalah adegan yang menjadi awal dari semakin dekatnya Maureen dan Raphael, dan tentu saja, menjadi bahan perbincangan hangat di SMA Antasena.
Bisikan-bisikan mulai terdengar semakin jelas di antara para murid.
"Gila, mereka cocok banget, nggak sih?"
"Iya, dari dulu juga udah keliatan sih. Raphael emang sering ngelirik Maureen."
"Lo liat nggak? Raphael kelihatan lebih perhatian banget ke Maureen. Pasti ada sesuatu di antara mereka."
"Kayaknya nggak lama lagi mereka jadian deh. Semua orang udah nge-ship mereka dari dulu."
Aleia menghela napas panjang. Ini adalah titik di mana hubungan Maureen dan Raphael mulai mengundang lebih banyak perhatian dari seluruh sekolah. Di dalam novel, adegan ini akan berlanjut dengan rumor yang menyebar dengan cepat, membuat keduanya semakin dekat dan menjadi sorotan utama di SMA Antasena. Bahkan, semakin banyak yang menjodohkan mereka, meskipun pada kenyataannya Raphael dan Maureen masih belum menyadari perasaan satu sama lain.
Kathrin menoleh ke arah Aleia, menyadari diamnya temannya itu. "Eh, lo nggak tertarik sama drama ini, Ale?"
Aleia tersenyum samar. "Ya... mereka memang cocok sih," jawabnya singkat, meskipun dalam hatinya ia merasa agak janggal. Semua ini terjadi sesuai dengan alur cerita yang seharusnya, tetapi kehadirannya di sini membuatnya merasa semakin terlibat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Invasion
Teen FictionKetika Everalda membuka mata dan menyadari dia berada di dunia fiksi ini, hatinya langsung panik. "Ini... di mana gue?" bisiknya sambil mengedarkan pandangan, bingung dengan lingkungan barunya. Suara riuh dari luar ruangan semakin membuatnya penasar...