33. Seseorang di Kafe

402 22 0
                                    

Aleia bergegas menuju kelasnya. Namun, pikiran tentang kejadian tadi masih berputar di benaknya. 'Siapa sebenarnya pria itu?' Pikirannya masih terpaku pada Gideon-sosok misterius yang baru saja menolongnya. Mengapa Belicia dan Celeste terlihat sangat segan padanya? Bahkan Belicia, yang terkenal keras kepala, mendadak tunduk di hadapannya.

Aleia masih mencoba memproses semua itu ketika tiba-tiba lima temannya menghampiri. Maureen, Lily, Emily, Kathrin, dan Adelyie tampak penasaran melihat wajah Aleia yang sedikit pucat.

"Eh, Aleia! Lo nggak apa-apa, kan?" tanya Maureen dengan nada khawatir, sambil menepuk lembut bahu Aleia.

Lily mengangguk, menyetujui kekhawatiran Maureen. "Gue denger tadi Belicia sama Celeste nyerang lo. Apa yang mereka lakuin sama lo?"

Aleia menghela napas panjang dan menggeleng pelan. "Mereka marah gara-gara gue ngenalin Marsha ke Maverick. Tapi itu udah selesai. Ada seseorang yang bantu gue... namanya Gideon."

Adelyie, yang biasanya paling tenang di antara mereka, tiba-tiba berseru, "Gideon?!" Nada suaranya menunjukkan ketertarikan yang mendalam. "Lo ketemu sama dia?"

"Siapa sih dia sebenernya?" tanya Aleia, bingung. "Gue baru denger nama itu sekarang, tapi kelihatannya Belicia sama Celeste takut banget sama dia."

Maureen, yang memang selalu paling tahu tentang gosip dan hal-hal tersembunyi di SMA Antasena, tersenyum tipis. "Gue tau soal Gideon. Nama panjangnya Gideon Arzjeant. Dia keponakan dari pemilik sekolah ini, makanya dia disegani sama semua orang, termasuk Belicia dan Celeste."

"Keponakan pemilik sekolah?" tanya Emily, terkejut. "Pantes aja mereka tunduk banget."

Maureen melanjutkan dengan nada misterius, "Gideon baru muncul lagi setelah liburan akhir semester. Sebelumnya, nggak ada yang tau dia ke mana. Dia sempet jadi ketua OSIS, dan selama masa jabatannya, dia dikenal sebagai orang yang tegas dan nggak main-main. Banyak murid yang takut sama dia, tapi juga respek."

Aleia tercengang mendengar penjelasan Maureen. 'Jadi, dia bukan hanya sekadar murid biasa...' pikirnya. "Tapi kenapa gue nggak pernah dengar nama dia sebelumnya?"

"Karena dia emang nggak terlalu suka sorotan, meskipun dia berkuasa di balik layar," jawab Maureen. "Banyak yang menganggap dia nggak peduli sama apa yang terjadi di sekolah, tapi gue rasa ada alasan kenapa dia sekarang mulai muncul lagi."

Kathrin, yang biasanya paling update soal hal-hal seperti ini, mengerutkan kening. "Tapi kenapa dia nolongin lo, Aleia? Lo kan nggak ada hubungan sama dia."

Aleia mengangkat bahu, masih bingung. "Gue nggak tau, Kath. Gue bahkan baru pertama kali ngelihat dia."

Maureen tersenyum kecil. "Mungkin dia mulai tertarik sama lo. Atau mungkin dia cuma kebetulan lewat. Yang jelas, Gideon Arzjeant bukan orang yang bisa dianggap remeh."

Aleia merenung, masih sulit mempercayai semuanya. Gideon, pria yang menolongnya tadi, ternyata memiliki latar belakang yang tidak biasa. Aleia tidak bisa berhenti bertanya-tanya, 'Kenapa pria itu menolongnya? Dan apakah ada sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan di balik semua ini?'

Namun, sebelum Aleia bisa berpikir lebih jauh, Maureen menambahkan, "Hati-hati aja, Leia. Gideon mungkin keliatan tenang dan cuek, tapi banyak orang bilang dia punya sisi yang susah ditebak."

Aleia hanya mengangguk, merasa perutnya sedikit bergejolak. Pria misterius itu kini semakin membuatnya penasaran, dan dia tidak bisa menghindar dari fakta bahwa pertemuan mereka pasti membawa sesuatu yang lebih besar.

...

Saat jam sekolah berakhir, Aleia berjalan perlahan menuju gerbang sekolah, sambil memikirkan semua yang terjadi sepanjang hari. Pikirannya dipenuhi dengan kebingungan-tentang Maverick, tentang Gideon, dan tentu saja, tentang Belicia dan celotehannya yang menyakitkan tadi.

The Silent InvasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang