Saat Aleia sedang berdiri di meja peminjaman, Maverick tampaknya selesai dengan aktivitasnya dan menuju ke arah meja peminjaman juga. Suasana di perpustakaan semakin sepi, dan hanya terdengar suara langkah kaki penjaga perpustakaan yang sedang membereskan beberapa buku.
Aleia tidak menyadari kehadiran Maverick yang mendekat hingga dia berada di sampingnya. Maverick, dengan ekspresi dingin dan mata tajam, memperhatikan Aleia sejenak sebelum akhirnya membuka mulut.
“Lo juga sering datang ke sini, Leia?” Maverick bertanya dengan nada yang sulit diartikan. Suaranya terdengar tenang namun penuh rasa ingin tahu.
Aleia terkejut mendengar Maverick memanggilnya dengan nama panggilan yang biasa dipakai teman-temannya. “Oh, iya. Gue suka baca buku. Dan lo?”
Maverick mengangkat alisnya sedikit, menunjukkan rasa heran. “Gue cuma lagi nyari beberapa referensi buat tugas. Enggak nyangka lo juga suka baca.”
Aleia merasa sedikit canggung dengan percakapan yang tiba-tiba ini. “Iya, gue suka baca. Bukunya ada banyak di sini.”
“Lo sering kesini sendirian?” tanya Maverick lagi, kali ini dengan nada yang lebih penasaran.
Aleia berusaha untuk tidak menunjukkan ketegangan di wajahnya. “Kadang-kadang. Biasanya kalau butuh suasana tenang.”
Maverick mengangguk pelan. “Gue juga. Kadang sulit fokus di rumah.”
Suasana menjadi sedikit lebih nyaman dengan percakapan singkat itu, meskipun Aleia tetap merasa waspada. Tidak lama setelah itu, penjaga perpustakaan mendekat untuk memeriksa buku-buku yang akan dipinjam.
Aleia menyerahkan bukunya dan mulai berbicara dengan penjaga tersebut. Sementara Maverick juga mengurus peminjaman bukunya. Selama proses itu, Aleia merasa agak canggung dengan kehadiran Maverick di dekatnya. Meski begitu, dia berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada tugasnya.
Setelah selesai, Aleia berencana untuk segera pergi. Namun, Maverick tiba-tiba bertanya, “Lo sering datang ke sini malam-malam? Gue belum pernah lihat lo di sini sebelumnya.”
Aleia merasa keringat dingin mulai mengalir di dahinya. “Eh, enggak terlalu sering sih. Baru kali ini aja.”
Maverick mengamati Aleia dengan tatapan yang sulit dibaca. “Gue cuma penasaran. Lagipula, tempat ini tempat yang bagus buat mencari ketenangan.”
Aleia mengangguk cepat, merasakan ketegangan dalam percakapan tersebut. “Iya, gue setuju.”
Dengan itu, Aleia memberikan senyuman tipis dan mulai melangkah menuju pintu keluar. Maverick mengikutinya sebentar dengan tatapan, namun akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke meja komputernya.. Keberadaan Maverick dan percakapan singkat mereka masih terngiang di pikirannya saat ia melangkah menuju mobilnya yang menunggu di luar.
Aleia keluar dari perpustakaan dengan kepala penuh pertanyaan. Selama perjalanan menuju gerbang sekolah, pikirannya terus berputar tentang interaksi dengan Maverick yang terasa aneh. Kenapa Maverick bisa begitu santai berbicara dengannya? Apakah mereka sebenarnya sudah saling kenal sebelumnya?
Dia memasuki mobil yang menunggu di luar sekolah, masih terjebak dalam kebingungannya. Supir pribadi, Pak Raden, menyapa dengan sopan saat Aleia masuk ke dalam mobil.
“Selamat sore, Nona Leia. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Pak Raden dengan nada ramah.
Aleia memberikan senyuman tipis. “Sore, Pak Raden. Enggak ada, kok. Cuma mau pulang.”
Mobil mulai bergerak, dan Aleia menatap keluar jendela, mencoba menenangkan pikirannya. Dia kembali merenungkan percakapan dengan Maverick di perpustakaan. Tidak ada indikasi bahwa mereka berdua sudah pernah bertemu sebelumnya. Aleia merasa cemas, berpikir mungkin ada kesalahpahaman atau mungkin saja Maverick mengenalnya dari sumber lain yang tidak ia ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Invasion
Teen FictionKetika Everalda membuka mata dan menyadari dia berada di dunia fiksi ini, hatinya langsung panik. "Ini... di mana gue?" bisiknya sambil mengedarkan pandangan, bingung dengan lingkungan barunya. Suara riuh dari luar ruangan semakin membuatnya penasar...