Saat Aleia masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi, dari arah belakang, Maureen, Lily, dan Emily bergegas mendekat. Mereka melihat Aleia bangkit dengan bantuan Maverick, dan segera tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Maureen dengan cepat melihat ke arah Celeste, Belicia, dan Lula yang sedang tersenyum sinis.
"Lagian lo ngapain, Aleia, lewat situ sih?" tanya Maureen, nada khawatir terdengar jelas. Dia kemudian menatap Celeste dengan tatapan tajam. "Lo sengaja kan, Celeste?"
Belicia tertawa kecil, suaranya nyaring dan penuh ejekan. "Apa-apaan sih? Ngapain kita repot-repot bikin temen lo jatuh? Kayaknya dia aja yang nggak bisa jalan bener."
Lily yang biasanya tenang ikut tersulut. "Jangan pura-pura nggak tahu deh, kita semua lihat kok siapa yang nyandung kaki Aleia. Jangan munafik!" Nada bicaranya tajam, menunjukkan betapa muaknya dia pada tingkah laku Celeste dan gengnya.
Celeste mencibir dan menyilangkan tangannya di dada, tampak tidak peduli. "Lo bener-bener bikin asumsi sembarangan. Emang ada yang liat langsung? Gue nggak peduli sih kalo lo mau nuduh. Biasa aja kali, orang jatuh."
Emily, yang sudah tidak tahan melihat arogansi Celeste, mendekat lebih dekat ke arahnya. "Lo sama temen-temen lo emang selalu kayak gitu. Ngapain sih lo nyari masalah mulu? Nggak capek apa?"
Lula, yang dari tadi hanya diam, akhirnya buka suara. "Kalian ini suka banget bikin drama. Udah deh, kita nggak ada urusan sama temen lo. Kalau dia jatuh, ya salah dia sendiri. Jangan bawa-bawa kita."
Maureen yang merasa semakin geram akhirnya tak bisa menahan diri lagi. "Udah jelas ini ulah kalian. Dari dulu kalian selalu nyari-nyari masalah. Tapi sekarang lo kelewatan, Celeste."
Kathrin dan Adelyie yang masih di sekitar, mengamati ketegangan yang terjadi. Kathrin kemudian menambahkan dengan nada marah, "Lo pikir lo bisa selalu ngebully orang sesuka hati lo? Kita semua tahu kelakuan lo selama ini, Celeste!"
Namun, sebelum Celeste sempat membalas, Maverick yang masih berdiri di dekat Aleia memutuskan untuk angkat bicara. Suaranya tenang tapi penuh dengan ketegasan. "Udah, jangan diperpanjang. Ini cuma insiden kecil. Nggak perlu ribut."
Aleia yang dari tadi hanya diam karena masih terkejut, merasa situasinya semakin tidak nyaman. Ia menunduk, berharap masalah ini cepat selesai. Namun, kehadiran Maverick membuat suasana semakin tegang, terutama dengan Celeste yang jelas-jelas terlihat tidak suka.
Belicia yang berdiri di sebelah Celeste berbisik pelan, cukup keras untuk didengar oleh Aleia dan teman-temannya. "Maverick nolongin dia? Gimana, Celeste? Lo nggak kesel?"
Celeste menatap Maverick tajam, lalu kembali ke arah Aleia dengan tatapan merendahkan. "Nggak perlu lo sok pahlawan, Maverick. Lo tau kan kita nggak suka sama orang-orang kayak mereka."
Maverick hanya tersenyum tipis, tidak terpancing. "Gue nggak peduli sama siapa lo suka atau nggak suka. Yang penting, jangan ganggu temen gue."
Emily dan Lily menatap Maverick dengan pandangan terkejut. Teman? Kapan Aleia jadi temennya Maverick? Namun, mereka tidak sempat bertanya lebih jauh karena Celeste sudah tampak semakin kesal dengan situasi yang berkembang.
"Lo mau sok baik di sini, Maverick?" Celeste mendengus, nadanya sinis. "Gue nggak ada urusan sama lo."
Akhirnya, Aleia memutuskan untuk angkat bicara, mencoba menghentikan pertikaian ini. "Udahlah, gue nggak apa-apa. Beneran. Nggak perlu dibesar-besarin."
Maureen, yang masih merasa jengkel, menatap Celeste dengan penuh peringatan. "Ini nggak akan gue lupain, Celeste. Lo dan temen-temen lo harus berhenti cari gara-gara."
Celeste hanya mendengus sambil memutar matanya, lalu membalikkan badan bersama Belicia dan Lula, meninggalkan tempat duduknya dan pindah dari sana tanpa berkata apa-apa lagi. Suasana kantin yang tadinya tegang perlahan kembali normal, meski di beberapa sudut kantin, bisik-bisik mulai terdengar di antara para siswa yang penasaran dengan apa yang baru saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Invasion
Genç KurguKetika Everalda membuka mata dan menyadari dia berada di dunia fiksi ini, hatinya langsung panik. "Ini... di mana gue?" bisiknya sambil mengedarkan pandangan, bingung dengan lingkungan barunya. Suara riuh dari luar ruangan semakin membuatnya penasar...