Saat bel istirahat berbunyi, Aleia masih asyik duduk di bangkunya, matanya sibuk menelusuri halaman sebuah buku rangkuman. Kebiasaan ini sudah melekat sejak dulu, bahkan ketika dia masih menjadi Everalda. Dia selalu menyiapkan catatan-catatan penting untuk belajar. Selain menyukai cerita novel, dia senang membuat rangkuman untuk memudahkan dirinya dalam menghadapi ujian.
Di saat yang sama, Maureen, Lily, dan Emily berdiri di dekat mejanya, saling melirik satu sama lain sebelum Maureen membuka suara. "Aleia, ayo ke kantin! Lo udah kelamaan di kelas, nih," katanya sambil melipat tangannya di depan dada, menatap Aleia dengan mata sedikit memaksa.
Aleia mengangkat pandangannya dari buku, lalu menatap mereka dengan sedikit malas. "Gue males, Maureen. Masih banyak yang harus gue baca. Lagi pula, kita bisa makan nanti setelah pulang," jawabnya santai, kembali fokus ke bukunya.
Lily, yang biasanya paling ceria, langsung menimpali. "Jangan gitu, dong, Lei! Lo butuh makan biar otak lo tetep nyala. Nanti pas belajar malah nge-blank kalo kelaperan."
Emily ikut menambahkan. "Iya, lagian kita semua ke kantin bareng-bareng, kok. Lo nggak bisa nolak, hari ini wajib ikut."
Aleia menghela napas panjang, merasa malas untuk bergerak. Sebenarnya, selain fokus ke rangkuman, dia juga sedikit khawatir kalau nanti di kantin dia harus berurusan lagi dengan Celeste, Belicia, dan Lula. Ketiganya sering kali membuat masalah, terutama dengan Maureen yang sering menjadi sasaran olokan mereka.
Di sisi lain, Aleia juga nggak ingin menarik perhatian lagi gara-gara Maverick, terutama sejak dia melihat Maverick dan Belicia makin sering terlihat berdekatan. Aleia tahu kalau setiap kali Maverick muncul, pasti ada sesuatu yang membuatnya jadi pusat perhatian.
Aleia hendak menolak lagi, tapi Maureen langsung menatapnya tajam. "Lo nggak boleh skip makan siang. Gue tahu lo fokus belajar, tapi tanpa makanan, lo bakal pusing nanti," katanya tegas.
Aleia mengerang pelan. "Oke, oke. Gue ikut. Tapi jangan lama-lama ya, kita makan bentar terus balik ke kelas."
Tiba-tiba, dari arah pintu kelas Mipa 4, Kathrin dan Adelyie muncul. Mereka menghampiri meja Aleia dan teman-temannya dengan senyum lebar di wajah. "Eh, kalian mau ke kantin juga? Bareng kita yuk!" kata Kathrin sambil melirik ke arah Lily.
Adelyie menambahkan, "Gue udah laper banget, jangan kebanyakan mikir deh, langsung cus!"
Lily tertawa kecil dan mengangguk. "Ayo, tambah ramai makin seru!"
Akhirnya, meskipun dengan rasa malas yang besar, Aleia berdiri dari kursinya dan mengikuti langkah teman-temannya ke kantin. Sambil berjalan, pikiran Aleia masih melayang pada kemungkinan dia akan bertemu dengan Maverick lagi, atau mungkin-lebih buruknya lagi—dia harus berhadapan dengan Belicia dan gengnya. Entah kenapa, perasaannya selalu campur aduk setiap kali Maverick ada di sekitar.
Namun, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk santai. Dia bersama teman-temannya, dan apapun yang terjadi, dia nggak akan sendiri. "Yah, yang penting makan dulu, deh," gumamnya pelan sambil berjalan di tengah keramaian koridor sekolah.
...
Saat mereka tiba di kantin, Aleia dan teman-temannya langsung disambut dengan pemandangan meja-meja yang sudah penuh terisi. Hampir tidak ada tempat kosong. Mereka berenam saling melirik satu sama lain, mencoba mencari tempat yang cukup untuk semuanya.
"Yah, penuh banget, nih," kata Kathrin dengan nada kecewa sambil melirik sekeliling.
Aleia, yang sejak awal sudah malas ikut, makin merasa kalau keputusannya untuk ke kantin ini mungkin bukan ide terbaik. "Gue bilang juga apa, lebih enak di kelas aja," gumamnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Invasion
JugendliteraturKetika Everalda membuka mata dan menyadari dia berada di dunia fiksi ini, hatinya langsung panik. "Ini... di mana gue?" bisiknya sambil mengedarkan pandangan, bingung dengan lingkungan barunya. Suara riuh dari luar ruangan semakin membuatnya penasar...