28. Tanpa Ekspresi

425 20 0
                                    

Ketika Aleia sedang berjalan menuju kelasnya, tiba-tiba saja Marsha, gadis cantik dari kelas sebelah, menghampirinya. Dengan senyuman ramah yang selalu dia bawa, Marsha memulai percakapan yang membuat Aleia sedikit kaget.

"Aleia?" tanya Marsha dengan ceria. "Akhirnya kita ketemu lagi, gue pengen ngomong sesuatu yang penting sama lo."

Aleia mengangguk pelan. "Iya, mau ngomong apa emangnya?" Aleia berusaha tetap ramah meskipun dirinya sebenarnya sedikit merasa canggung, mengingat Marsha kemarin bertanya tentang Maverick.

Mereka berdua terdiam sebentar, sebelum Marsha langsung kembali berbicara ke topik yang sama sekali tidak Aleia duga. "Eh, gimana lo sama Maverick?"

Aleia terdiam sejenak, hatinya berdegup cepat. Pembicaraan tentang Maverick selalu membuatnya canggung, apalagi setelah liburan kemarin di mana mereka semakin sering berinteraksi, walaupun dalam suasana yang sering kali membingungkan. Aleia berusaha tetap tenang, tapi kecanggungan itu tidak bisa ia sembunyikan sepenuhnya.

"Enggak gimana-gimana kok," jawab Aleia singkat. "Kayak yang gue bilang kemaren. Kita cuma... ya, kebetulan keliatan sering deket padahal kita nggak deket banget."

Marsha tampak berpikir sejenak sebelum tiba-tiba memohon dengan nada yang tidak Aleia duga. "Aleia, boleh nggak lo kenalin gue sama Maverick? Please, gue udah lama banget pengen kenal dia."

Aleia terkejut dengan permintaan Marsha. "Kenalin sama Maverick?"

"Iya," Marsha mengangguk penuh semangat. "Gue suka sama dia. Udah lama gue sering diem-diem ngelihat dia di sekolah. Gue cuma... pengen kenal lebih dekat aja. Lo kan sering bareng dia, tolong banget ya."

Aleia belum sempat menjawab ketika tiba-tiba Kathrin dan Adelyie menghampiri mereka. Kathrin yang paling duluan bicara, menatap penasaran ke arah Aleia dan Marsha. "Lagi ngomongin apa, nih? Kok kayaknya seru."

Marsha, yang tampak jujur dan polos, langsung menjawab tanpa ragu. "Oh, gue lagi minta Aleia buat ngenalin gue sama Maverick. Gue suka banget sama dia, dan pengen kenal lebih deket."

Kathrin dan Adelyie saling bertukar pandang dengan kaget. Kathrin sedikit tersenyum tipis, sementara Adelyie berusaha menahan tawa. Aleia semakin merasa canggung, namun berusaha tidak menunjukkan perasaannya yang campur aduk di hadapan Marsha.

"Ooh," sahut Adelyie sambil mengangkat alis. "Maverick, ya?"

Aleia berusaha untuk tetap tenang di tengah situasi yang semakin membuatnya gelisah. Di satu sisi, dia tidak ingin terlibat terlalu jauh dalam urusan ini, tapi di sisi lain, dia juga merasa bersalah jika harus menolak permintaan Marsha yang begitu tulus.

Namun, jauh di dalam hatinya, ada sedikit perasaan aneh yang muncul setiap kali Maverick dibahas—perasaan yang tidak ingin ia akui, bahkan pada dirinya sendiri.

Kathrin yang biasanya cenderung lebih bijak dalam situasi seperti ini hanya menepuk bahu Aleia sambil berkata, "Ya udah, nanti coba aja tanya sama Maverick. Siapa tahu dia mau kenalan, ya nggak?"

Aleia tersenyum tipis, mengangguk dengan setengah hati. "Iya... nanti gue coba liat-liat dulu."

Marsha tersenyum lebar, tampak sangat senang. "Makasih banget, Aleia! Gue bakal tunggu kabarnya, ya."

Setelah Marsha pergi, Kathrin dan Adelyie langsung memandang Aleia dengan ekspresi penuh tanda tanya. "Serius lo bakal ngenalin dia sama Maverick?" tanya Kathrin dengan nada setengah bercanda.

Aleia hanya mengangkat bahu, berusaha mengalihkan perasaannya yang tidak menentu. "Ya, gue nggak tau juga. Ini tiba-tiba banget."

"Gue ngerti sih. Tapi, lo baik-baik aja, kan?" tanya Kathrin dengan nada penasaran.

The Silent InvasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang