Aleia yang sejak tadi termenung di tepi api unggun, tiba-tiba merasa dorongan untuk bertanya sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Setelah Maverick hendak masuk ke dalam tenda, ia memanggil pelan, "Maverick?"
Maverick berbalik, mengangkat alisnya, "Iya?"
Aleia ragu sejenak sebelum melanjutkan, "Kenapa lo nggak deket aja sama Belicia? Kayaknya dia... ya, cocok sama lo."
Pertanyaan itu membuat Maverick terdiam sejenak. Ia melangkah mendekati Aleia kembali, lalu duduk di sampingnya. Wajahnya serius, namun nada suaranya tetap tenang saat ia mulai berbicara. "Belicia emang temen gue dari kecil. Keluarga gue sama keluarganya udah saling kenal dari dulu, dan ya, gue nggak akan bohong kalau dia suka sama gue. Mungkin karena itu dia sering terlihat posesif."
Aleia baru saja menyadari bahwa hubungan Maverick dan Belicia memang lebih dari sekadar teman biasa. "Oh... pantes aja," gumam Aleia. "Pantes dia nggak suka kalau lo deket sama gue. Dia pasti ngerasa tempatnya di deket lo terancam karena gue."
Maverick menatap Aleia sejenak, lalu menjelaskan. "Belicia emang sering kayak gitu. Tapi, meskipun keluarga kita suka kalau kita bareng, gue nggak pernah lihat dia lebih dari temen. Gue nggak punya perasaan sama dia, Leia."
Aleia tertegun mendengar ucapan Maverick. "Jadi selama ini, itu yang jadi alasan Belicia di novel ikut nggak suka sama Maureen? Karena di novel, Maverick itu deketin Maureen. Dan, Belicia cuma berusaha mempertahankan posisi yang sebenarnya nggak pernah ada?" pikir Aleia dalam hati.
"Gue nggak mau lo salah paham, Leia," lanjut Maverick dengan nada serius. "Gue deket sama lo bukan karena mau bikin Belicia cemburu atau apapun. Gue deket sama lo karena gue... pengen kenal lo lebih jauh."
Aleia menunduk, merasa wajahnya mulai memerah. "Gue nggak salah paham kok, Maverick. Cuma... gue nggak ngerti aja kenapa lo milih deket sama gue, padahal ada banyak cewek yang mungkin lebih cocok buat lo."
Maverick hanya tertawa kecil, seolah tidak ingin memperpanjang perdebatan. "Terkadang, kita nggak selalu tahu kenapa kita tertarik sama seseorang. Itu cuma... terjadi, Leia."
Tawa kecil Maverick tiba-tiba terdengar, memecah keheningan di antara mereka. Suara itu membuat Aleia tertegun seketika. Seorang Maverick... tertawa? Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Selama ini, sosok pria di hadapannya dikenal sebagai seseorang yang dingin, acuh tak acuh, dan kadang terlihat terlalu tenang, bahkan sedikit menyeramkan. Namun kali ini, dia tertawa.
"Gue nggak pernah lihat dia ketawa, bahkan senyum aja jarang. Di dalam novel, Maverick itu jarang senyum, apalagi ketawa." pikir Aleia dalam hati, masih bingung dengan apa yang terjadi di depannya.
Maverick yang biasanya keras dan penuh misteri kini terlihat lebih... manusiawi. Suaranya yang barusan terdengar hangat, seperti mencairkan suasana yang selama ini terasa tegang di antara mereka.
"Kok lo bengong gitu?" tanya Maverick sambil menatap Aleia, masih ada sisa senyum di wajahnya.
Aleia cepat-cepat mengalihkan pandangan, merasa jantungnya berdegup lebih kencang. "Gue... cuma nggak nyangka lo bisa ketawa," ucapnya jujur, tanpa bisa menyembunyikan kekagetan.
Maverick menatapnya dengan ekspresi tenang, namun masih ada bekas tawa di matanya. "Serius? Gue nggak setegang itu, Leia."
Aleia tersenyum tipis, masih tidak percaya. "Selama ini, gue kira lo nggak bisa ketawa. Lo selalu kelihatan... ya, dingin dan nggak peduli."
Maverick tersenyum lebih lebar kali ini. "Mungkin lo cuma belum cukup kenal gue."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Invasion
Teen FictionKetika Everalda membuka mata dan menyadari dia berada di dunia fiksi ini, hatinya langsung panik. "Ini... di mana gue?" bisiknya sambil mengedarkan pandangan, bingung dengan lingkungan barunya. Suara riuh dari luar ruangan semakin membuatnya penasar...