Setelah Belicia pergi, suasana kantin semakin ramai dengan bisikan-bisikan dari siswa-siswi yang menyaksikan perdebatan tadi. Beberapa siswa yang duduk di sekitar meja Aleia tampak saling berbisik sambil melirik ke arah mereka. Beberapa bahkan tidak berusaha menutupi rasa penasaran mereka dan terang-terangan berkomentar.
Salah satu siswa dari meja belakang, seorang cowok dengan rambut acak-acakan, tertawa kecil dan berkomentar pada temannya, "Wah, Belicia gila sih. Segitunya nyolot sama Aleia cuma gara-gara Maverick. Padahal sih kayaknya Maverick juga nggak peduli-peduli amat sama dia."
Temannya, seorang cewek dengan rambut diikat, menimpali sambil cekikikan, "Iya, Belicia drama banget. Kayak tiap hari aja harus nyari masalah. Kasian juga sih Aleia, padahal dia diem-diem aja, nggak nyari ribut."
Dari meja sebelah kanan, sekelompok cewek-cewek yang dikenal suka bergosip juga ikut berbicara sambil menoleh ke arah Aleia dan kawan-kawannya. "Gue udah liat video yang tersebar di Lambe Turah, deh. Aleia sama Maverick kelihatan deket banget tadi pagi," kata salah satu dari mereka sambil menoleh ke teman-temannya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
Salah satu temannya, yang memakai lipstik merah terang, mengangguk setuju. "Iya, dan tadi sih kayaknya Aleia nggak banyak ngomong ya, tapi tetep aja kayaknya ada sesuatu di antara mereka. Lo liat sendiri kan, Maverick kan nggak pernah deket sama cewek kecuali..."
"...Kecuali Belicia!" celetuk cewek lainnya sambil tertawa kecil. "Makanya Belicia ngamuk gitu. Dia takut Maverick pindah hati."
Di sudut lain kantin, Raphael Clarke, yang sedang duduk dengan beberapa temannya, mendengar keributan dari meja Aleia. Meski dia mencoba tidak terlalu ikut campur, matanya tetap mengamati Aleia dengan tatapan yang sulit diartikan. Salah seorang temannya menepuk bahunya. "Gimana tuh, Raphael? Cewek-cewek ini drama banget soal Maverick. Gila sih, tiap hari pasti ada aja gosip."
Raphael hanya tersenyum tipis tanpa banyak bicara, tetapi dalam pikirannya, dia mulai merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar gosip tentang Aleia dan Maverick.
Di meja lain, seorang siswa yang duduk sendiri menggelengkan kepala sambil berkomentar ke arah temannya yang baru datang. "Serius deh, kayaknya SMA ini nggak pernah kekurangan drama. Dari kemarin, sekarang Aleia lagi yang kena. Padahal, dia nggak pernah masalah sama siapa-siapa, tiba-tiba jadi pusat perhatian."
Temannya, seorang cowok yang memakai jaket hitam, ikut mengangguk. "Iya, tapi lo liat kan tadi? Belicia bener-bener ngotot banget kayak nggak bisa nahan diri. Gue heran sih, cewek segitu irinya cuma karena Maverick ngomong sama Aleia."
Mendengar berbagai komentar dan bisikan di sekelilingnya, Aleia hanya bisa menarik napas panjang. Ia berusaha tetap tenang dan tidak memperlihatkan bahwa dirinya terganggu dengan semua perhatian yang tertuju kepadanya. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa masalah ini belum selesai.
...
Bel pulang sekolah berbunyi, dan SMA Antasena mulai dipenuhi dengan keramaian para siswa yang bergegas untuk pulang atau pergi bersama teman-temannya. Di kelas XI Mipa 4, Aleia sedang sibuk membereskan buku-buku pelajarannya ke dalam tas. Kelas itu baru saja selesai, dan seperti biasanya, suasana kelas menjadi riuh setelah guru meninggalkan ruangan.
Aleia sedang asyik dengan kegiatannya ketika tiba-tiba suara pintu kelas yang terbuka dengan keras menarik perhatian semua orang. Seketika, tatapan para siswa dan siswi beralih ke arah pintu. Dua sosok gadis terlihat melangkah masuk, tidak lain adalah Kathrin dan Adelyie. Kathrin tampak sedikit kesal, sedangkan Adelyie tetap tenang, namun dengan tatapan tajam yang biasa.
Kathrin, tanpa basa-basi, langsung berjalan cepat ke arah bangku di barisan paling belakang, di mana Celeste, Belicia, dan Lula sedang duduk sambil berbicara pelan. Langkahnya penuh keyakinan, seolah-olah ia sudah memutuskan untuk tidak menunda lagi konfrontasi yang selama ini sudah dihindarinya. Kathrin berhenti tepat di depan meja mereka dan melipat tangan di depan dada, menatap ketiga orang itu dengan sorot mata penuh kemarahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Invasion
JugendliteraturKetika Everalda membuka mata dan menyadari dia berada di dunia fiksi ini, hatinya langsung panik. "Ini... di mana gue?" bisiknya sambil mengedarkan pandangan, bingung dengan lingkungan barunya. Suara riuh dari luar ruangan semakin membuatnya penasar...