"Amira."
Amira yang tengah bersantai ria di ayunan sambil memainkan ponselnya kini mendongakkan kepalanya. Di hadapannya sudah ada Jembara yang tengah menatapnya serius. Melihat itu, Amira mengernyitkan kepalanya dan memperbaiki posisi duduknya.
"Kenapa, Bar?" tanyanya. Tangannya menepuk ruang kosong di sampingnya supaya Jembara mendudukkan diri. "Serius banget mukanya."
Jembara mendudukkan diri di sisinya. Amira menatap Jembara penasaran. Begitupula dengan jembara yang menatap Amira serius. Raut wajah itu jarang Amira temui dari Jembara.
"Aku mau ngasih kamu informasi, tapi kamu nggak boleh sela ucapanku."
Mendengarnya, kening Amira makin berkerut. "Informasi? Informasi apa? Tentang lomba?"
"Bukan." Jembara menggelengkan kepalanya. "Ini tentang Haridra, pacar kamu."
Dengusan geli Amira keluarkan. Gadis itu terkekeh kecil. "Haridra? Sejak kapan kamu mau bahas dia? Biasanya kamu ogah banget kalo aku udah bahas Haridra."
"Ini beda, oke?" potong Jembara cepat. "Ini beda dan aku pikir kamu harus tahu masalah ini. Aku nggak mau kamu sakit, Amira."
Tawa Amira mengudara. Entah mengapa untaian kata yang Jembara suarakan itu terdengar geli ditelinganya. Dan apa itu tadi? Jembara takut dirinya sakit? Memang, apa yang dilakukan Haridra sampai-sampai mengakibatkan rasa sakit?
"Kamu, tuh, kenapa, sih? Kamu mau ngasih informasi kalo Haridra selingkuh atau gimana?"
"Amira." Suara Jembara kini terdengar berat. Tatapannya tajam dan dalam, seakan dapat menguliti tubuh Amira saat itu juga. "Aku serius. Dengerin aku, bisa?"
"Iya, oke. Aku dengerin."
Jembara membasahi bibirnya sebelum angkat suara. "Aku liat Haridra pelukan sama cewek lain di taman deket pos satpam sekolahnya itu."
"Terus?"
Amira mendapatkan tatapan tak percaya dari Jembara. Pemuda itu nampak tidak megerti dengan reaksi yang Amira berikan. "Terus? He hugged a girl, Amira! Aku ngeliat pake mata kepalaku sendiri!"
"Aku nggak percaya, Jembara. I trust him. Dia nggak mungkin kayak gitu."
Tatapan Amira berubah menjadi tatapan tidak percaya kepada Jembara. Gadis itu menatap Jembara aneh. Entahlah, perkataan Jembara tidak dapat Amira percayai. Amira begitu memperayai Haridra, kekasih yang sudah menemaninya selama dua tahun ini. Kedekatannya dengan Jembara memang lebih lama dibandingkan dengan Haridra, tetapi Amira menyerahkan seluruh kepercayaannya pada Haridra.
Jembara mendengus sinis. Kepala pemuda itu menggeleng pelan dengan tatapan yang masih tidak percaya. "You don't trust me? Amira, i'm your bestfriend! Kita udah temenan lebih dari tujuh tahun dan kamu lebih percaya Haridra yang baru kamu kenal dua tahun lalu?"
"Ya, terus kenapa? Lama nggaknya temenan nggak memengaruhi kadar kepercayaan aku, Jembara. I trust him more than i trust you."
"Why?" Nada suara Jembara terdapat ketidakpercayaan akan perkataan Amira. "Kenapa kamu lebih percaya dia dibanding aku?"
"I just trust him, Jembara. He is my boyfriend, so i should trust him. He will never betray me, betray our relationship. I do really trust him."
"Percaya diri banget dia nggak bakalan khianatin kamu, Amira?"
Nada suara Jembara terdengar meremehkan. Pun begitu dengan tatapannya yang juga terlihat ikut meremehkan. Jembara nampak sakit hati akan perkataan Amira. Pemuda itu bangkit dari duduknya dan berjalan begitu saja menjauhi Amira. Namun, sebelum pemuda itu benar-benar menjauh dari Amira, tubuhnya berhenti melangkah membuat Amira penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The World Stops [Segera Terbit]
Teen FictionAmira Candramaya tidak pernah membayangkan bahwa ia akan menjadi korban kekerasan seksual oleh teman karibnya sendiri, Jembara Abimanyu. Kehidupannya yang semula tersusun rapi dan apik, kini berantakan dan berceceran. Amira tidak tahu harus bagaiman...