18. Siang itu, di SMAN 12

16 2 0
                                    

"Dra, mau ke mana?"

Itu pertanyaan yang dilontarkan oleh Reina, rekan Haridra di OSIS sekaligus teman kelas Haridra. Gadis yang keturunan Jepang itu menatap si pemuda aneh sebab ini baru jam istirahat pertama (sebentar lagi bel masuk berbunyi) dan Haridra sudah mengemasi barangnya ke dalam tas.

"Gue mau cabut, Rei," jawabnya singkat tanpa menoleh kepada lawan bicaranya.

"Loh?!" Reina menatap Haridra penuh tanda tanya. Gadis itu mendekat ke arah Haridra. "Ngapain? Lo baru pertama kali kayak gini, Haridra," tuturnya.

Haridra mengampirkan tasnya di bahu kanannya. Tubuhnya berbalik menjadi berhadapan dengan Reina. "Gue punya urusan penting. Kalo nanti guru tanyain, bilang aja gue pulang. Gue juga udah izin ke guru piket, kok."

"Tapi, Dra, abis ini.."

"Rei, gue pergi."

Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, Haridra berbalik dan berjalan menjauh dari kelasnya. Pemuda itu mengabaikan tatapan bertanya-tanya dari siswa-siswi yang berpapasan dengannya. Bahkan saat dirinya tak sengaja berpapasan dengan rekan OSIS-nya yang lain pun, Haridra tak membuka suaranya.

"Haridra, lo mau ke mana?" tanya Aksara saat Haridra melewatinya.

Haridra tak mengubris, hal itu mengundang krutan di dahi Aksara dan beberapa rekan OSIS yang lain yang tengah bersamanya. Haridra itu walau memang dingin terhadap orang-orang, tetapi jika sudah bersama mereka (rekan OSIS), maka Haridra tidak sedingin itu. Pemuda itu akan menjawab apapun pertanyaan yang diajukan oleh rekannya dengan nada suara yang bisa dibilang ramah. Bahkan jika sekadar sapaan pun, Haridra akan mengubrisnya.

Kini, pemuda jangkung itu sudah tiba di parkiran dan segera memakai pelindung kepalanya untuk menghindari cedera di kepalanya jika saja ia kecelakaan di jalanan. Kereta besi itu Haridra nyalakan lalu ia naiki dan pacu untuk sampai di SMAN 12, sekolah Amira dan Jembara yang saat ini menjadi destinasi Haridra.

Untuk pertama kalinya setelah 6 minggu Haridra kembali mengunjungi sekolah itu. Biasanya, kan, Haridra ke sana untuk menjemput Amira atau berangkat bersama. Namun, 6 minggu kemarin Amira tidak bersekolah, jadilah Haridra tidak pernah lagi ke sana. Untuk apa juga? Yang ada pemuda itu malah ingin menghajar Jembara dengan penuh amarah.

Kereta besi itu Haridra pacu secepat mungkin untuk sampai di SMAN 12. Tidak sampai 10 menit, Haridra sudah sampai dan gerbang SMA tersebut terbuka lebar karena sedang istirahat. Banyak siswa-siswi yang melakukan proses transaksi jual-beli dengan para pedagang kaki lima. Kebanyakan, mereka menatap Haridra dengan pandangan bingung sebab seragam mereka berbeda. Haridra masih dengan seragam putih abunya, sedangkan anak-anak SMAN 12 sudah memakai baju batik dengan motif Megamendung berwarna kebiru-biruan.

Haridra menyimpan motornya begitu saja di depan gerbang. Kemudian pemuda itu membuka pelindung kepalanya dan berjalan mendekat ke salah satu kerumunan siswa-siswi yang ada di sana yang tengah menikmati jajanannya.

"Sorry, gue mau tanya kalo Jembara Abimanyu kelas apa, ya? Terus letaknya di mana?"

Salah satu siswa yang tadinya duduk kini mulai berdiri di hadapan Haridra. "Sorry juga, lo siapa? Lo anak SMAN 08, kan? Ada urusan apa ke sini?"

"Gue Haridra, anak SMAN 08, dan gue ada urusan sama Jembara. Bisa lo kasih tau aja nggak dia di kelas apa dan letaknya di mana?"

"Urusan lo sama dia apa dulu? Gue kawannya, anyways. Gue bisa telepon dia ke sini kalo lo emang mau ketemu dan nggak perlu masuk ke kawasan sekolah ini," ujar siswa itu lagi dengan tajam dan penuh penekanan.

Haridra menghela napas. "Ini personal bussiness. Kalo lo emang nggak mau kasih tau, that's fine. Gue bisa tanya yang lain."

Setelah mengatakan itu, Haridra berlalu dari hadapan pemuda dengan rambut agak gondrong itu dan berjalan ke arah dua siswi yang tengah mengobrol. Haridra bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakannya pada siswa tadi. Tidak perlu menunggu lama, siswi itu menjawab pertanyaan Haridra dan segera Haridra melanjutkan langkahnya memasuki kawasan SMAN 12.

When The World Stops [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang