"Mas Lian, sudah lama ya?" Salsa yang baru menyelesaikan jam kuliahnya.
"Barusan kok sayang. Mau jalan sekarang?"
"Ayok mas." Lian menyerahkan helm yang telah dia bawa dari rumah.
Salsa dan Lian merupakan sepasang kekasih, mereka berpacaran sejak duduk dibangku sekolah menengah atas. Salsa sendiri sedang mengambil kuliah jurusan hubungan internasional.
Sedangkan Lian, dia setelah lulus SMA bekerja di sebuah bengkel sebagai montir. Karena tidak mungkin dia melanjutkan kuliah mengingat kedua orang tuanya tidak mampu. Sehingga dia memilih bekerja agar bisa mencukupi kebutuhannya serta membantu biaya sekolah adiknya yang bernama Diva.
"Mau makan apa cantik?"
"Apa saja deh mas. Penyetan lele aja yang di mang Mamat. Salsa mau itu." Balas Salsa dengan manja yang membuat Lian terkekeh gemas.
"Oke kita lets go. Pegangan ya sayang." Tangan Salsa dengan segera memeluk erat tubuh Lian.
"Maaf ya sayang, mas pasti bau asem ya seharian kena asap motor sama oli." Meski sudah berganti baju dan mandi, namun pekerjaan sebagai montir tak membuat tubuh Lian benar-benar bersih dan wangi. Pasti ada sedikit bekas oli yang tertempel pada lengannya. Hal itu bukannya membuat Salsa malu, justru dia bangga akan kekasihnya itu. Salsa merasa Lian itu sosok pria yang gigih dan bertanggungjawab.
"Mas jangan bilang gitu, Salsa suka kok wangi harum mas. Wangi bengkel." Jawaban Salsa membuat ledakan tawa keduanya. Lian merasa tak salah pilih untuk mencintai Salsa.
Dulunya Salsa lah yang memulai menyukai Lian. Lian merupakan crush nya sejak dia MOS masuk SMA, dimana Lian menjadi salah satu anggota Osis yang mendampingi MOS. Sejak saat itu Salsa mengejar-ngejar Lian. Hingga pertengahan semester awal, baru Lian menjadikan Salsa sebagai kekasihnya.
.....
"Eh mas Lian, pesen apa mas? Seperti biasa?" Tanya penjual penyetan yang memang langganan mereka sejak masih di SMA.
"Iya mang seperti biasa, penyetan lele, yang satu lele nya kering. Sama minumnya dua jeruk hangat less sugar." Balas Lian yang diacungi jempol oleh mang Mamat pertanda bahwa dia sudah paham.
Setelah selesai pesan makanan, Lian duduk kembali ke meja yang Salsa tengah menunggu dengan tenang. "Gimana kerjanya mas? Pasti capek?" Tanya Salsa dengan merapikan rambut Lian yang menutupi dahinya.
"Namanya kerja pasti capek sayang. Tapi setelah ketemu kesayangan mas, capeknya langsung hilang." Balas Lian dengan begitu lembut yang membuat Salsa salting.
"Tu kan bidadari mas kenapa salting sih, padahal yang mas katakan jujur." Salsa semakin tersipu mendengar perkataan Lian. Dia mencubit kecil tangan Lian membuat sang empu memekik pelan.
"Mas Lian gombal terus, gimana Salsa nggak tiap hari klepek-klepek coba."
"Hahaha, lucunya pacar mas ini." Balas Lian dengan terkikik mendengar perkataan Salsa.
"Kuliahnya gimana sayang? Lancar?"
"Ya begitu mas, Alhamdulillah lancar sejauh ini. Salsa happy kok kuliah sesuai dengan jurusan yang Salsa idamkan."
"Semoga tercapai ya cita-cita sayang buat kerja di kantor Diplomat. Mas dukung apapun yang kamu citakan. Yang rajin belajarnya, kamu nggak perlu tiap hari pulang sore biar dijemput sama mas. Kamu kalo pulang siang dijemput sopir nggakpapa sayang." Salsa memanglah selalu pulang kampus sore, dia beralasan ada kegiatan kampus pada kedua orang tuanya. Padahal dia menunggu Lian untuk menjemputnya dan mereka akan makan di warung sederhana sebelum Lian mengantar Salsa pulang.
