Pagi ini Salsa tengah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa dia menggoreng telur untuk menu sarapannya.
Salsa Khairani Ilham, seorang gadis yatim piatu yang tinggal sendiri di sebuah kos sederhana di kota Jakarta. Sebelumnya dia tinggal di Bandung. Namun kedua orang tuanya telah meninggal karena sebuah kecelakaan. Menjadikan Salsa hidup sebatang kara.
Ilham dan Rani, orang tua Salsa, bukanlah orang yang hidup sederhana. Mereka dulu berkecukupan, mempunyai toko bangunan yang sudah beberapa cabang. Namun sebuah kecelakaan membuat mereka meninggalkan Salsa, anak semata wayang mereka.
Tak cukup sampai disitu kesedihan yang Salsa alami, semua aset warisan yang seharusnya menjadi miliknya, diambil alih oleh adik Ilham, paman kandung Salsa. Tanpa belas kasian, Salsa pun diusir dari rumah yang sebelumnya milik orang tuanya.
Hingga akhirnya Salsa pindah dari Bandung ke Jakarta, dibantu biaya oleh keluarga dari Rani, ibunya. Namun tante Salsa yang dari ibu tinggal di Surabaya, sehingga Salsa hidup di kos sendirian.
Salsa diajak ke Surabaya, namun dia tak mau jauh dari Bandung, dimana tempat kedua orang tuanya di makamkan. Salsa masih sering ke Bandung untuk berziarah jika dia merasa rindu kepada Ilham dan Rani.
.....
Dengan mengendarai sepeda motor Beat yang dibelikan oleh tantenya, Salsa berangkat menuju sekolah yang tak jauh dari tempat kosnya. Alasan Salsa cari kos dekat sekolah, agar menghemat biaya bensin yang diperlukan.
Hanya memerlukan waktu 10 menit, Salsa sudah memarkirkan motornya. Dia bertemu dengan Nabila, sahabatnya yang baru saja datang diantar oleh sopir menggunakan mobil.
"Pagi bestod kesayangan Nab." Sapa Nabila yang merangkul pinggul Salsa.
"Pagi anak sholehah yang malamnya jadi sholehot." Balas Salsa dengan ejekan bercanda yang membuat Nabila tertawa.
"Bangkee, gue spek ukhti gini dibilang sholehot. Gue sholehah anjir."
"Ukhti di sekolah, naughty pas lagi sama Paul." Ejek Salsa kembali pada Nabila. Yang dibalas geplakan pada lengan Salsa. Namun Salsa hanya tertawa.
Paul adalah kekasih Nabila. Mereka sudah berpacaran sejak kelas 10. Saat ini mereka bertiga sudah kelas 12 semester dua, tinggal menunggu ujian. Meski masih ada mata pelajaran yang tak sebanyak semester satu.
"Mulutmu ya nak, jangan kenceng-kenceng, murid lain denger dikira kita beneran cabe-cabean." Balas Nabila yang membuat mereka tertawa bersama.
.....
"Sal, seperti biasa, gue nyontek tugas matematika dari bu Saroh dong." Pinta Nabila dengan cengiran khas dari bibirnya. Membuat Salsa berdecak sebal.
"Seng eling mau ujian kita Nab, itu tugas kan buat kita belajar cara mengerjakan soal pas nanti ujian. Masih aja malas ae kamu." Omel Salsa yang membuat Nabila terkikik. Sudah biasa Nabila setiap hari mendengar ceramah Salsa, yang dia tau itu bukan karena Salsa pelit memberi contekan. Namun agar Nabila lebih rajin untuk menghadapi ujian akhir sekolah.
"Hehe, kemarin kan aku keluar sama Paul pulang sekolah. Malamnya aku ngantuk jadi langsung tidur. Nyontek ya cantik, kalo pelit kuburannya sempit." Goda Nabila yang dibalas tatapan malas kedua mata Salsa.
"Ini ndoro, silakan di copy." Salsa menyerahkan lembar HVS jawaban tugas matematikanya.
Cup
Nabila mencium pipi kanan Salsa. Meski langsung Salsa usap karena dia geli. "Terima kasih dayangku, kamu terbaik."
"Anyiing!" Balas Salsa yang membuat tawa Nabila meledak. Dengan santai Nabila menulis jawaban dari kertas kerja Salsa, sedangkan Salsa membaca buku untuk materi hari ini. Salsa cukup cerdas di sekolahnya, dia selalu ranking satu paralel dengan nilai tertinggi di angkatannya yang jurusan IPA.