Abang Mbak

7.1K 327 39
                                    

"Pagi bu. Mbak bantuin masak ya? Maaf mbak baru turun."

"Pagi juga mbak. Nggak apaapa mbak. Ibu juga belum lama mulai di dapur. Mbak nggak ke kampus hari ini?"

"Siang bu. Jadi mbak berangkat bareng adek nanti. Soalnya adek juga berangkat siang."

"Nanti kalian diantar ayah ya, kan abang berangkat pagi ke kantornya."

"Bebas bu, mbak sama adek bisa naik mobil sendiri."

"Nggak boleh mbak, ayah sama abang nggak bakal bolehin mbak nyetir. Udah nurut aja." Salsa mengerucutkan bibir mendengar jawaban ibunya.

Salsa merupakan ada kedua dari pasangan Deri dan Iris. Dia memiliki seorang abang yang bernama Lian dan adik laki laki bernama Paul. Salsa dengan Lian sendiri memiliki selisih umur cukup jauh yaitu 10 tahun, karena saat ini Salsa berusia 20 tahun dan Lian berusia 30 tahun. Sedangkan Paul berusia 19 tahun. Hanya selisih 1 tahun dengan Salsa.

Setelah satu jam membantu ibunya, kini Salsa telah menyiapkan makanan di meja makan. "Mbak sana mandi dulu, ini sudah selesai ibu juga mau mandi."

"Iya bu, mbak mandi habis itu bangunin abang sama adek." Salsa segera kembali ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang berkeringat setelah memasak.

.....

"Abang sudah bangun? Ayo sarapan bang, mbak sama ibu masak soto hari ini. Makanan kesukaan abang." Salsa masuk ke kamar Lian yang memang tidak pernah terkunci. Dia melihat Lian yang sedang memasang dasi.

"Sudah mbak, abang sebentar lagi turun. Mbak bangunin adek dulu, pasti dia masih molor. Nanti dari pada ibu marah." Paul memang paling sulit dibangunkan diantara kedua kakaknya.

"Tadi mbak ketok ketok pintunya bang, tapi nggak jawab. Udah biarin aja. Biar dimarahin ibu dia. Lagian setiap kuliahnya siang, pasti dia begadang main game bang." Salsa memang jarang akur dengan adiknya. Paul pun juga tidak pernah takut pada mbak nya ini. Karena usia mereka yang hanya terpaut satu tahun. Sehingga seperti teman sebaya, dan justru sering bertengkar.

"Jangan gitu mbak, nanti kasian ibu sudah capek harus marahin adek. Sana ketok lagi, yang agak kenceng biar adek bangun." Lian memanglah abang yang bijak dengan adik adiknya. Dia selalu menjadi penengah buat kedua adiknya. Tidak pernah membedakan salah satu karena dia menyayangi dengan porsi yang sama.

Lian sendiri merupakan sosok yang begitu hangat, dia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Hingga usia yang cukup matang, hampir tidak pernah dia menolak apapun yang menjadi ketentuan Deri dan Iris.

"Ck. Abang mah nggak tau aja ngeselinnya adek kayak apa. Pasti bikin mbak marah marah setiap bangunin. Ya udahlah. Mbak coba lagi ketok kamar adek, kalo nggak bangun mbak tinggal dan mbak nggak peduli dia dimarahin ibu." Salsa yang kesal karena abangnya kekeh meminta tolong untuk membangunkan Paul.

Lian hanya menggeleng melihat adik perempuannya yang begitu keras kepala jika berhubungan dengan Paul. Tapi dia memahami memang Paul lah yang membuat Salsa jengkel.

.....

Dor dor dor.

Salsa yang tidak sabar mengetuk pelan pintu kamar Paul, dia memilih menggedor gedor pintu tersebut.

Paul pun terbangun dan segera bangkit dari ranjangnya. Karena dia tahu bahwa itu adalah mbak nya yang sudah jengkel karena dia sulit dibangunkan.

Ceklek.

Paul membuka pintunya sembari mengucek matanya yang masih terasa mengantuk itu.

"Bangun woe, uda siang!"

"Astaga mbak, bintang satu buat mbak. Kasar amat bangunin adeknya."

"Terus kamu mau mbak ngomong pelan ke kamu kayak ngomong ke abang? Yang ada jam 12 siang kamu baru denger. Sudah mbak kesel sama kamu. Tadi mbak juga udah ketok ketok pintu kamar kamu, tapi kamu nggak nyaut. Tidur apa simulasi mati si!" Salsa tidak tahan untuk berbicara lemah lembut jika sama adiknya ini.

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang