Salsa Diandra Hanum, hidup berdua dengan neneknya di rumah sederhana peninggalan dari ibunya, almarhum Sinta. Sinta meninggal ketika Salsa masih kecil disaat usia 4 tahun, dimana saat itu dia depresi ketika mengetahui suaminya yang bernama Joko pergi memilih hidup dengan seorang janda beranak satu yang bernama Hani.
Sejak saat itu Salsa menjadi anak yatim yang diasuh oleh nenek dari ibunya yang bernama Surati. Surati lah yang membesarkan cucu semata wayangnya, karena tak ada lagi saudara dari Sinta. Kebetulan Sinta anak tunggal.
Surati sendiri cukup terpukul dan kecewa pada menantunya, di mana memilih wanita lain dari pada istri dan anaknya. Hingga yang awalnya Salsa tinggal di Jakarta, akhirnya pindah ke suatu desa di Bandung, asal tempat lahir ibunya. Di sanalah dia tumbuh dan menjadi gadis yang begitu cantik.
.....
Saat ini usia Salsa sudah 20 tahun. Dia baru saja lulus dari sekolah D3 nya dengan jurusan akuntansi. Dia bercita-cita menjadi seorang sekretaris. "Nek, Salsa izin ke Jakarta ya, Salsa ingin bekerja disana. Setiap Minggu nanti Salsa usahain pulang kesini jenguk nenek." Salsa membuka obrolan dengan Surati saat mereka baru saja menyelesaikan sarapannya.
"Kenapa nggak kerja di dekat sini saja nduk, kan bisa kerja di pabrik teh atau di Indoapril jadi kasir gitu atau jadi karyawan toko." Balas Surati yang tak rela jika Salsa jauh darinya.
Selain itu juga Surati cukup trauma dengan kota Jakarta, di mana dulu ibu Salsa meninggal di kota tersebut. Dan Surati tak ingin Salsa berhubungan kembali dengan keluarga dari Joko. Meski dia tau bahwa keluarga Joko masih menerima Salsa sebagai cucu di keluarga mereka.
"Nenek tau kan kalo di sini gaji nggak seberapa. Terus Salsa kan juga pengen mandiri nek, barang kali di sana rezeki Salsa lebih besar, nanti bisa belikan nenek mobil." Alibi Salsa yang mengundang tawa Surati.
Salsa sebenarnya ke Jakarta bukan untuk sekedar mencari kerja. Tapi dia ingin balas dendam akan kematian Sinta, ibu kandungnya. Dia begitu membenci ayahnya dan istri barunya itu. Meski secara langsung dia belum pernah bertemu dengan wanita yang membuat ayahnya meninggalkan dirinya.
Namun Salsa tak mungkin jujur pada Surati akan hal yang ingin dia perjuangkan. Karena Surati sendiri menutupi semua kasus masa lalu Sinta, namun Salsa yang sudah cukup dewasa saat ini sehingga dia bisa mencari sendiri informasi mengenai tewasnya ibunya.
"Nenek nggak bisa maksa lagi nahan kamu di sini kalo kamu pengen nduk. Nggak papa jika kamu niat baik kesana mencari rezeki. Tapi janji sama nenek kamu harus jaga diri dan nggak usah aneh-aneh." Surati memberikan nasihat pada Salsa.
"Siap nek, nenek nggak perlu hawatir. Salsa akan baik-baik saja." Jelas Salsa agar Surati tak hawatir padanya.
.....
Huh macet banget Jakarta, mana panas banget lagi. Beda sama Bandung yang dingin. Monolog Salsa dengan mengusap dahinya dari cucuran keringat. Dia baru saja sampai kos yang dia cari dari aplikasi. Cukup murah sehingga tak menggunakan AC, makanya Salsa merasa kepanasan.
Salsa yang baru saja sampai menata bajunya pada lemari plastik yang dia dapatkan dari kos nya. Huh, demi masa depan cerah, akan aku ambil semua yang menjadi hak ku dan ibu. Nek maafin kalau Salsa bohong. Salsa merasa bersalah pada Surati. Dimana dia bohong mengenai alasan dirinya ke Jakarta.
Karena Salsa yang capek seharian beres-beres barang bawaannya, membuat dia segera tidur setelah sholat Isya. Karena besok pagi dia ada jadwal interview di salah satu perusahaan yang sudah dia bidik. Apalagi posisi yang dibutuhkan adalah sebagai secretary, sesuai cita-cita dia.
.....
Pagi yang cerah ini, Salsa sudah bangun sejak pukul empat subuh. Setelahnya dia sholat dan dia memasak mie kuah di dapur umum yang ada pada kos tersebut. "Hai anak baru ya?" Sapa perempuan yang sepertinya seusia dengan dirinya.