"Halo-"
"Aku sudah menemukan titik lokasi nya,"
"Sudah? Dima-"
"Akan ku kirimkan kepada mu,"
"Bai-"
tuuttt...
Jemari tangan wanita itu dengan cepat mengetik di papan keyboard komputer. Matanya menatap lekat ke arah layar tanpa berpaling sedetikpun. Terkadang mulutnya menggumamkan kalimat yang tidak dapat didengar dengan jelas.
Cahaya yang terpancar dari monitor menjadi satu-satunya penerangan di dalam ruangan itu. Heatsink Fan berputar dengan cepat, berusaha untung mengimbangi suhu CPU yang kian bertambah.
Dengan satu klik wanita yang sedang mengenakan kaca mata dengan frame berwarna hitam itu mengirim sebuah lokasi kepada seseorang yang beberapa saat lalu berada di ujung lain telepon.
"Hah, akhirnya selesai juga," ucapnya seraya meregangkan kedua tangannya ke atas, menghasilkan bunyi beberapa tulang yang bergerak kembali ke tempatnya semula.
Wanita itu melirik ke sudut kanan atas monitor dan tersentak kaget saat menemukan bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 09:42 malam.
"Sial! Aku terlambat!" paniknya sebelum berlari cepat ke dalam kamar untuk berganti baju.
Dengan kecepatan maksimal dia melepas kaos dan celana pendek yang sedang dia kenakan lalu memakai sebuah dress berwarna biru laut yang sudah disiapkan di atas tempat tidur. Setelah mengancingkan ritsleting gaunnya, dia duduk di depan cermin rias dan dengan cepat memakai riasan seadanya.
Setelah merasa bahwa penampilannya sudah cukup layak untuk dilihat oleh orang lain, dia beranjak pergi dan mengambil sebuah clutch bag dengan warna yang senada dengan gaun yang sedang dia kenakan. Dengan sigap dia memasukkan benda-benda yang dia anggap perlu di bawa ke dalam tas berukuran tidak terlalu besar itu. Dompet, hp, sebuah lipstik dan bedak untuk berjaga-jaga jika nanti dia harus merapikan make-up nya.
Dia cukup kesulitan saat memasang sepatu heels, yang juga sudah disiapkan di pintu masuk, karena gaunnya yang terlalu ketat dan membatasi geraknya. Dia menggeram kesal sebelum akhirnya menyerah dan mengangkat rok gaunnya hingga ke atas pinggang lalu berjongkok.
Wanita itu menoleh kembali ke arah ruang tamu, memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal, sebelum membuka pintu apartemennya dan beranjak pergi dari tempat itu.
Dia memacu mobil kesayangannya, Rolls-Royce Silver Cloud keluaran tahun 1957 yang dengan susah payah dia dapatkan dalam sebuah pelelangan mobil klasik, dengan kecepatan penuh menembus udara malam kota Osaka. Dia mendecak kesal saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah tepat saat dia akan melintas.
"Aku akan benar-benar terlambat," gumamnya seraya melirik ke arah jam yang tersampir di lengan kiri nya.
Saat lampu berubah menjadi warna hijau, dia langsung memijak pedal gas dan melaju dengan cepat menuju tempat tujuannya. Dia tidak memperdulikan bunyi klakson dari beberapa mobil yang dia dahului dengan ugal-ugalan. Satu-satunya yang ada di dalam kepalanya saat ini adalah bagaimana dia harus tiba di tempat tujuan secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent 00K
FanfictionKehilangan satu paru-paru tidak akan menghentikan ku untuk mencintai mu dalam setiap hembusan napas ku Lingling Kwong