"Sebenarnya apa yang kau lakukan beberapa bulan terakhir ini, Faye?"
Faye menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Wajahnya tertunduk memandangi tangannya yang saling bertaut erat satu sama lain. Lingling dan Ice saling bertukar pandang. Ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh sahabat mereka ini.
"Bow, bisakah kau keluar sebentar? Kembalilah beristirahat atau mulai lah bersiap untuk bekerja, sebentar lagi sudah jam kerja," ucap Lingling, menunjuk ke arah jam dinding dengan dagunya.
"Baik, Senior. Aku permisi dulu," ucap Bow, menangkap sinyal yang diberikan atasannya.
Bow cepat-cepat membereskan peralatan laptop nya dan pergi dari ruang rapat dengan langkah terburu-buru. Dia menutup pintu di belakangnya dengan pelan, sedikit mengintip dari antara celah pintu sebelum akhirnya tertutup rapat.
"Sekarang hanya tinggal kita di sini. Kau sudah bisa berbicara dengan bebas," Lingling melembutkan nada suaranya, tidak ingin terkesan terlalu mendesak sahabatnya.
Sang Jaksa itu menarik napas dalam-dalam, menatap satu persatu orang yang ada di sana dengan ragu.
"Sebenarnya..." ucapnya, beberapa kali berdehem untuk menyingkirkan sesuatu yang terasa mencekat kerongkongannya.
"Aku melakukan penyelidikan sendiri," Faye memalingkan wajahnya, menghindari tatapan kaget dan tidak percaya dari teman-temannya.
"Penyelidikan sendiri? Untuk apa?" tanya Ice, matanya yang sebelumnya terasa berat karena mengantuk seketika menjadi segar.
"Kau tidak punya surat perintah?" Lingling bertanya, nada suaranya terdengar menuduh tapi tetap lembut.
"Kau benar. Aku sudah mengajukan nya tapi ditolak," jawab Faye sambil mengangkat bahu.
"Jadi, kau melakukan penyelidikan secara ilegal?" tanya Lingling lagi.
"Bisa dibilang begitu,"
"Kau sudah gila," cibir Ice, menegakkan tubuhnya lalu melipat tangannya di atas meja.
"Apa yang mendorong mu hingga berani melakukan hal seperti ini?" tanya Lingling seraya memijit pelipisnya yang kembali berdenyut.
"Tidak ada. Aku hanya melaksanakan tugas ku sebagai Jaksa yang melindungi hukum," jawab Faye santai.
"Oh berhentilah mengatakan omong kosong, teman! Kau tidak mungkin melakukan hal bodoh seperti ini hanya karena sedang bersikap idealis," geram Ice. "Kita sudah mengambil sumpah profesi dan aku yakin kau tau betapa berat konsekuensi yang harus kau tanggung jika hal ini bocor ke atasan."
"Jangan bilang kau melakukan nya karena ayah kita?"
Seperti anak panah yang tepat mengenai sasarannya, pertanyaan Lingling berhasil menghancurkan pertahanan Faye. Urat-urat nadi wanita itu menebal hingga terlihat jelas di lehernya yang jenjang, tangannya terkepal erat dan rahangnya mengeras.
"Aku pikir kita berdua sudah sepakat untuk melupakannya dan melanjutkan hidup, Faye. Kenapa kau-"
"Apa kau lupa apa alasan kita bekerja mati-matian seperti sekarang ini? Bukankah ini semua kita lakukan untuk mencegah ayahku dan ayahmu yang lain muncul?" Faye menatap Lingling dengan mata yang memerah. "Aku sedang melakukan itu. Aku sedang mencegah munculnya korban-korban lain yang terjerat oleh obat-obatan sialan itu!"
Marissa tersentak kaget saat Faye menaikkan nada bicaranya. Dia belum pernah melihat kekasih Yoko itu meledak seperti saat ini. Marissa berusaha sekeras mungkin untuk menyembunyikan rasa takut nya di balik wajahnya yang tenang.
"Aku mengerti perasaan mu, Faye. Tapi kita terikat aturan yang membatasi kita untuk bertindak sesuka hati," Lingling menarik kursi nya mendekat kepada Faye. Dia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Faye yang masih terkepal erat, lalu berkata, "Tidak hanya melanggar peraturan, kau juga sedang memasukkan dirimu sendiri ke dalam bahaya. Bagaimana kalau para yakuza itu mendapati mu sedang menyelidiki mereka diam-diam? Kau bisa kehilangan nyawa mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent 00K
FanfictionKehilangan satu paru-paru tidak akan menghentikan ku untuk mencintai mu dalam setiap hembusan napas ku Lingling Kwong