Kode (3)

658 90 18
                                    

"Kak Ice di sini rupanya," 

Ice, Lingling dan Bow melemparkan pandangan mereka ke arah pintu masuk lab. Mereka bertiga menemukan seorang gadis muda dengan rambut pirang terikat ke belakang sedang memegang dua amplop dokumen di tangannya.

"Marissa, apakah rekonstruksi wajah nya sudah selesai?" tanya Ice, bergegas menghampiri gadis itu.

"Sudah. Aku mau mengantarnya ke ruangan Kakak tapi kau tidak ada di sana, jadi ku pikir kau ada di ruangan Kak Lingling tapi ternyata ada di sini," ucap Marissa, menyerahkan salah satu dokumen yang ada di tangannya kepada Ice.

"Yah, ada orang yang menyeret ku masuk ke dalam penderitaan nya. Mau tidak mau aku harus ikut," ucap Ice, melirik sekilas ke arah Lingling.

"Jadi, bagaimana hasilnya?"

Ice membuka amplop dokumen itu lalu menarik beberapa lembar kertas yang ada di dalamnya. Dahinya berkerut saat melihat hasil rekonstruksi wajah mayat yang mereka temukan hari ini.

"Huh? Wajahnya tidak seperti wajah orang Jepang," ucap Ice.

"Ya. Rahangnya yang menonjol dan tulang pipinya yang tinggi memang agak berbeda dari bentuk wajah kebanyakan orang Jepang pada umumnya," jawab Marissa seraya menunjuk ke bagian-bagian wajah yang tercetak di dokumen itu.

"Jangan-jangan dia bukan orang Jepang?" tanya Ice.

"Ada kemungkinan seperti itu. Tapi ada juga kemungkinan bahwa dia berdarah campuran. Hmm... mungkin antara orang tua Jepang dan Korea," jawab Marissa.

"Apakah kau sudah mengecek wajahnya di daftar pencaharian orang?" kali ini Lingling yang bertanya, mengambil dokumen yang ada di dalam genggaman Ice.

"Sudah, Kak. Tapi aku tidak menemukan siapapun yang wajahnya mirip dengan mayat kita,"

Lingling memperhatikan wajah hasil rekonstruksi korban dengan seksama. Mata, alis, bibir, dagu, pipi, semuanya berusaha dia rekam di dalam memori otaknya.

"Oh ini, aku sekalian membawa hasil DNA yang baru keluar dari lab. Tadi aku bertemu dengan Kak Lux dalam perjalanan ke ruangan mu," Marissa menyerahkan amplop yang satunya kepada Ice.

Dengan sigap Ice merobek ujung amplop itu lalu menarik isinya keluar. Matanya bergerak ke kiri dan kanan dengan cepat, memindai semua informasi yang tertulis di sana.

"DNA nya tidak terdaftar di pusat data..." gumam Ice lalu mendecak kesal.

"Apakah itu informasi yang berharga?" tanya Lingling.

"Tentu, ini adalah penemuan yang penting. Jika DNA nya tidak tersimpan di pusat data, itu berarti ada kemungkinan bahwa dia adalah imigran gelap," jawab Ice, masih sibuk membaca.

"Hmm... biar ku tanyakan kepada Interpol, siapa tau ada buronan yang mirip dengan nya," ucap Lingling, kembali ke depan komputernya.

"Coba hubungi Faye juga, tanya apakah dia bisa ke sini sekarang juga," pinta Ice.

"Sekarang?" tanya Lingling, mengalihkan pandanganya dari layar lalu menatap Ice dengan kedua alis terangkat.

"Tentu saja," jawab Ice mengangguk.

"Menurut mu sudah jam berapa ini? Dia pasti sudah pulang dan beristirahat," 

"Lalu bagaimana? Apa kau mau menunda sampai pagi? Bukankah kau ingin cepat menyelesaikan kasus ini dan pulang?" 

"Ya, tapi-"

"Hubungi saja. Tadi dia bilang padaku untuk segera menelepon nya jika kita berhasil menemukan sesuatu," ucap Ice memotong perkataan Lingling.

Agent 00KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang