TRIGGER WARNING!
Chapter ini mengandung kata-kata dengan makna eksplisit dan kasar yang mungkin tidak cocok untuk beberapa pembaca. Mohon kebijaksanaan dari pembaca sekalian.
"Noon," lirih Lingling.
"Berlutut dan angkat tangan mu ke atas! Buang senjata mu!" perintah pria itu.
Lingling menggertakkan giginya. Kenapa hal seperti ini bisa terjadi? Tidak, tidak seharusnya bertanya seperti itu. Dia seharusnya paham betul bahwa hal ini mungkin terjadi.
"Jangan, Senior! Jangan pedulikan aku," ucap Noon, berusaha melepaskan dirinya dari tawanan pria itu namun gagal.
"Cepat lakukan!" bentak pria itu sambil mendekatkan pisaunya ke leher Noon. Pisau itu terlalu dekat hingga tanpa sengaja mengiris kulit Noon hingga mengeluarkan noda darah.
Melihat hal itu, Lingling pun segera memenuhi perintah dari pria itu. Bagaimanapun juga dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Noon. Sebagai atasan, dia merasa bahwa keselamatan anak buah nya adalah tanggung jawab yang harus dia pikul seumur hidup.
Lingling melempar senjata nya ke samping kiri, memastikan bahwa benda itu jauh dari gapaian musuh nya. Dengan perlahan dia berlutut, namun tak sedetik pun pandangan nya lepas dari Noon.
"Benar begitu! Semua akan baik-baik saja kalau kau patuh, Nona manis," ucap pria itu sambil tersenyum puas.
Tanpa pria itu sadari, Lingling memberi sinyal kepada Noon dengan gerakan mata. Tangan kanan Kepala Tim Forensik Digital itu dengan perlahan bergerak ke belakang dan meraih sesuatu yang terselip di sabuk celana nya.
"Aku tidak tau apa tujuan kalian datang kemari, tapi aku senang kalian melakukan nya. Sudah lama aku tidak bermain-main karena sibuk mengurus pekerjaan baru sialan itu," ucap yakuza itu, dia menjilat bibir nya seolah-olah sedang melihat mangsa yang sebentar lagi akan dia terkam.
"Hmm... rambut mu wangi sekali, Nona," ucapnya seraya mengendus kepala Noon.
"Menjauh dariku bajingan!" marah Noon sambil sekali lagi berusaha melepaskan diri.
"Hahahahaha... aku suka tipe yang melawan seperti ini. Kau pasti jago di atas ranjang,"
Telinga Lingling berdengung mendengar perkataan menjijikkan yang keluar dari mulut pria itu. Berani-berani nya dia melontarkan kalimat sampah seperti itu kepada Noon?
Lingling memberikan tanda kepada Noon sekali lagi, menunggu saat yang tepat untuk mengeksekusi rencana yang sudah tersusun di dalam kepala nya.
"Tiga... dua..." dia mulai menghitung mundur di dalam hati.
"Satu!"
"Noon!"
Mendengar namanya dipanggil, Noon langsung menundukkan kepala nya ke bawah sejauh yang dia biasa. Hal berikutnya yang bisa gadis itu dengar adalah suara tembakan, diikuti dengan melonggarnya cengkeraman si yakuza di leher nya.
Lingling berlari menghampiri Noon, menangkap tubuhnya yang hampir terjatuh ke lantai dengan tangan kirinya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Lingling khawatir.
"Aku baik-baik saja, Senior. Aku hanya sedikit kaget," jawab gadis itu seraya melepaskan diri dari bantuan Lingling dan berusaha untuk kembali mengendalikan dirinya.
Noon melirik sekilas pria yang tadi menyanderanya. Pria itu terkapar di lantai dengan lubang peluru tepat di tengah dahinya yang lebar, darah segar mengalir keluar dari sana.
Noon segera mengalihkan pandangannya, tidak ingin pemandangan mengerikan itu tersimpan di salah satu sudut memori otaknya.
"Yang tadi itu nyaris sekali. Jika kau terlambat menunduk sedetik saja, mungkin peluru ku sudah mengenai ujung kepala mu," ucap Lingling sambil menghela napas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent 00K
FanfictionKehilangan satu paru-paru tidak akan menghentikan ku untuk mencintai mu dalam setiap hembusan napas ku Lingling Kwong