"Apakah aku terlihat cantik?" tanya Orm sambil berputar 360 derajat, memperlihatkan gaun berwarna kuning terang yang sedang dia kenakan.
"Tentu saja, kau terlihat sangat cantik malam ini," jawab Ying sambil memperhatikan tiap jengkal tubuh kekasihnya itu.
"Ayo kita masuk ke dalam, Ayah dan Ibu sudah menunggu,"
Ying mengulurkan tangan kanannya kepada Orm. Dengan cepat gadis itu meraih tangan kekasihnya dan menautkan jemari mereka.
"Aku sangat gugup bertemu dengan orang tua Kakak," ucap Orm.
"Tidak perlu gugup, mereka berdua sangat baik, kok. Aku sudah sering bercerita tentang mu kepada mereka, jadi kau tidak perlu khawatir. Bersikaplah seperti biasanya saja," Ying mengeratkan genggaman tangannya, memberikan ketenangan kepada Orm.
Mereka berdua pun masuk ke dalam restoran keluarga milik Ying. Beberapa staf dan pelayan yang ada di sana dengan ramah menyapa anak pemilik restoran itu. Mereka semua tampak sangat menghormati Ying.
"Ah, itu mereka," ucap Ying seraya menunjuk ke arah salah satu meja yang letaknya berada di dekat dengan jendela, yang memperlihatkan betapa indahnya pemandangan malam kota di luar.
Ying menuntun Orm menghampiri meja di mana orang tuanya berada. Tidak sedetikpun dia melepaskan tangan Orm yang sedang dia genggam.
"Selamat malam Ayah, Ibu," sapa Ying begitu mereka tiba.
"Ying, kau sudah datang," ucap Ibu Ying dengan senyuman ramah. "Apakah ini yang namanya Orm? Cantik sekali seperti yang sudah kau ceritakan."
"Selamat malam Paman, Bibi," sapa Orm sambil menundukkan kepalanya dengan sopan.
"Selamat malam, nak. Duduklah, silahkan,"
Ying dengan sigap menarik kursi untuk Orm, mempersilahkan kekasihnya itu untuk duduk duluan. Setelah itu dia pun mengambil posisi duduk di kursi di sebelah kanan Orm.
"Pelayan!" Ibu Ying mengangkat tangannya ke atas, memanggil salah satu pelayan yang ada di sana.
"Iya, Nyonya?"
Orm kaget saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Dia segera mengalihkan pandangannya ke arah si pelayan dan betapa kagetnya dia saat menemukan Lingling ada di sana.
"Kak Lingling," kagetnya.
"Kau mengenal nya, nak?" tanya Ibu Ying heran.
"Iy-"
"Tidak, Nyonya. Saya rasa Nona ini salah mengenali orang," jawab Lingling dengan cepat menyela Orm.
Ibu Ying tampak sedikit curiga namun dia kembali bersikap seperti biasanya. "Mulai menghidangkan makanannya," ucap wanita berusia sekitar 40 tahunan itu.
"Baik, Nyonya," Lingling membungkukkan badannya dengan hormat lalu pergi ke dapur untuk melaksanakan tugasnya.
Tidak berapa lama kemudian, teman Ice itu kembali sambil mendorong sebuah troli saji yang berisi berbagai macam hidangan. Dengan telaten Lingling mulai menyajikan hidangan yang dia bawa di atas meja.
Orm dengan cermat memperhatikan setiap pergerakan Lingling. Mulai dari bagaimana dia meletakkan piring dengan sangat elegan, tekniknya menyingkirkan duri dari ikan, hingga caranya menuangkan minuman ke dalam gelas. Semua itu tidak lepas dari pengamatan Orm.
Namun tidak sekalipun Lingling melihat ke arahnya. Bahkan saat Orm mencoba untuk mengajaknya berbicara, Lingling hanya menjawab seadanya tanpa meliriknya sedikitpun.
"Selamat menikmati hidangannya," ucap Lingling, megundurkan dirinya setelah selesai menghidangkan makanan.
"Orm, makanlah yang banyak," ucap Ibu Ying seraya meletakkan sepotong daging sapi di atas piring Orm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent 00K
FanfictionKehilangan satu paru-paru tidak akan menghentikan ku untuk mencintai mu dalam setiap hembusan napas ku Lingling Kwong