"Sayang sekali kau tidak ada bersama kami pagi itu, Faye," ucap Ice yang diikuti dengan tawanya yang nyaring.
"Kalian tidak mengajakku!" protes Faye seraya memanyunkan bibirnya ke depan, memperlihatkan sisi kekanakannya yang jarang sekali muncul ke permukaan.
"Kata siapa kau tidak diajak? Aku sudah mengajakmu, teman. Tapi kau menolak karena lebih memilih untuk pergi berkencan dengan Yoko daripada pergi ke konser musik klasik yang membosankan,"
"Tapi tetap saja, setidaknya kalian bisa memberitahuku kalau mau melakukan sesuatu yang menarik seperti itu," Faye masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa melihat secara langsung saat Lingling melakukan pertunjukannya.
"Awalnya juga aku tidak tau. Aku tidak sengaja tau," ucap Ice, menekankan setiap kata pada kalimat yang terakhir.
Lingling yang sedang asyik dengan laptopnya merasa terusik dengan cara Ice menyampaikan ucapannya. Dia mengangkat wajahnya yang sedaritadi tertunduk fokus ke layar, lalu menatap kedua sahabatnya bergantian.
"Aku memang sengaja tidak memberitahu kalian," ucapnya acuh lalu kembali mengalihkan pandangannya ke layar laptop.
"Kenapa begitu? Aku pikir kita dekat..." ucap Ice, nada suaranya terdengar sangat kecewa.
"Aku tidak mau menyeret kalian masuk ke dalam masalah. Bagaimanapun juga, apa yang kulakukan kemarin itu adalah tindakan kriminal," jawab Lingling.
"Hey, kami ini temanmu! Kenapa kau bersiap seolah-olah kami adalah orang asing?" protes Ice.
Lingling terdiam selama beberapa waktu. Gadis itu lalu mematikan laptopnya dan menyusun barang-barangnya masuk ke dalam tas. Hal itu membuat Ice dan Faye mengerutkan dahi mereka kebingungan.
"Justru karena kalian temanku, aku melakukannya," ucap Lingling seraya bangkit dari duduknya, mengambil ancang-ancang untuk pergi.
"Kau mau kemana?" tanya Ice heran.
"Aku ada janji makan siang," jawab Lingling seraya melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 1 lewat 33 menit.
"Janji makan siang? Dengan siapa?" tanya Faye penuh rasa penasaran. Sejauh yang dia tau, Lingling tidak punya teman lain selain dirinya dan Ice, yang bisa diajak untuk makan siang bersama.
"Orm," jawab Lingling singkat.
"Orm!"
Ice dan Faye sama-sama tersentak kaget saat mendengar nama gadis itu keluar dari mulut Lingling. Ice bahkan sampai mengorek-ngorek telinganya untuk memastikan tidak ada batu karang yang menyempil di sana. Sementara Faye hampir saja berlutut ke atas rumput taman untuk bersujud syukur karena akhirnya Lingling membuka hatinya untuk orang lain.
"Apa-apaan reaksi kalian itu?" cibir Lingling sambil memutar bola matanya malas.
"Faye, aku rasa kita harus membuat acara syukuran untuk merayakan ini," ucap Ice bersemangat.
"Aku setuju, Ice. Kita memang perlu merayakan mukjizat dari Tuhan ini," ucap Faye tidak kalah senangnya.
Lingling menghela napas, merasa risih dengan tingkah laku kedua sahabatnya yang menurutnya sangat berlebihan. Dia lalu menggendong ranselnya dan mengambil kunci sepeda motor yang sedaritadi terletak di atas meja taman.
"Aku pergi dulu," ucapnya undur diri, cepat-cepat melangkah pergi dari tempat itu.
"Lingling! Jangan lupa nanti malam di restoran ramen langganan!" teriak Ice.
Lingling hanya melambaikan tangan kanannya ke udara sebagai jawaban. Dia lalu naik ke atas motornya yang terparkir di sudut taman lalu mulai melajukan benda itu menuju sekolah Orm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent 00K
FanfictionKehilangan satu paru-paru tidak akan menghentikan ku untuk mencintai mu dalam setiap hembusan napas ku Lingling Kwong