Lily

1.1K 131 3
                                    

"Penampilam mu tadi sangat luar biasa, Orm." ucap seorang pemuda dengan rambut klimis yang disisir ke belakang.

"Benar, sepanjang konser tak henti-hentinya aku merinding saat mendengar permainan violin mu," sahut seorang pemuda lainnya sambil mengacungkan dua jempol nya.

Semua orang yang ada di ruang tunggu mengerumuni seorang gadis berambut pirang sepinggang yang sedaritadi tersenyum lebar. Mereka semua berlomba-lomba memberikannya pujian yang beberapa di antara nya justru terkesan terlalu berlebihan.

"Terimakasih, ini semua berkat dukungan dari kalian," ucap gadis itu sambil memberikan senyuman terbaiknya.

"Ayahmu yang di surga pasti sangat bangga melihat mu saat ini, nak. Kau telah berhasil meneruskan kesuksesannya," ucap seorang wanita yang terlihat sudah berumur 60an sambil mengelus lembut lengan kanan gadis itu.

Gadis bernama Orm itu hanya tersenyum setelah mendengarnya. Dia mulai merasa tidak nyaman berada di pusat atensi semua orang yang ada di sana. Tidak, dia bukannya tidak suka dilimpahi pujian dan sanjungan. Hanya saja dia merasa cukup lelah setelah menyelesaikan satu konser yang berdurasi satu setengah jam tadi, baterai kehidupannya terasa akan habis dalam hitungan waktu.

"Orm..."

Bagai mendengar panggilan dari penyelamat hidup nya, Orm segera mengalihkan pandangan ke arah datangnya suara yang sangat dia kenal itu.

"Kak Lingling!"

"Permisi sebentar, aku kedatangan tamu spesial," ucap gadis itu buru-buru melepaskan diri dari kerumunan orang-orang yang seketika menunjukkan wajah tidak puas.

Sambil berlari kecil, Orm menghampiri seorang wanita yang sedang berdiri di pintu masuk. Dia langsung menghempaskan dirinya ke dalam dekapan wanita itu, tidak memperdulikan tatapan penuh tanya orang-orang yang baru saja dia tinggalkan.

"お疲れ様! (Terimakasih atas kerja kerasnya!)" ucap Lingling seraya memeluk Orm dengan tangan kanannya.

Aroma bunga lavender yang telah bercampur dengan aroma tubuh Orm seketika menyeruak masuk ke dalam indera penciuman Lingling saat dia membenamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu.

Lingling menjadi yang pertama untuk melepaskan pelukan diantara mereka. Sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, dia mengulurkan sebuket bunga lily kepada Orm.

"Aku memungutnya di tengah jalan saat menuju ke sini," ucap wanita itu malu-malu.

Sambil tersenyum geli Orm mengulurkan tangan nya dan mengambil buket itu. Dia menghirup aroma nya lalu berpura-pura terkejut saat melihat ada kartu ucapan terselip di antara kelopak bunga lily yang tersusun rapi.

"Kak, kau juga memungut kartu ucapan ini?" ucap Orm, memasang wajah bingung yang dibuat-buat.

"A-ah... itu... aku..." Lingling menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kakak?" desak Orm.

"Aku..."

"Orm! Penampilan mu tadi luar biasa sekali! Aku kira kau akan kesulitan menemukan nada yang pas setelah hiatus selama setahun,"

Tiba-tiba dari arah samping terdengar suara melengking yang membuat Orm seketika kehilangan senyumannya. Dalam hati Lingling menghela napas lega dan berterimakasih kepada Ice yang datang di waktu yang tepat. Kalau tidak, bisa-bisa Orm akan menggodanya sepanjang malam ini.

"Jangan berteriak, Kak Ice! Gendang telinga ku bisa pecah!" protes Orm sambil memanyunkan bibirnya.

Ice, kakak sepupunya dari pihak ayah, memang memiliki suara melengking yang sangat khas. Sejak kecil Ice dan Orm adalah duo berisik yang sangat terkenal di keluarga besar mereka. Seringkali orang tua mereka berusaha untuk menjauhkan keduanya saat acara keluarga berlangsung. Itu dilakukan agar tidak terjadi kericuhan yang bisa membuat kegiatan tertunda untuk waktu yang lama.

Agent 00KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang