Sisi

648 109 22
                                    

Bulan berganti seperti sekelebat bayangan yang sangat cepat. Tanpa disadari musim semi yang penuh warna sudah tiba di depan mata. 

Saat ini, Orm dan Marissa sedang duduk santai di bawah salah satu pohon sakura yang tumbuh di taman sekolah mereka. Kedua gadis itu menikmati indahnya bunga sakura yang sedang bermekaran sambil memakan sakura mochi, camilan khas musim semi masyarakat Jepang.

"Padahal baru kemarin rasanya aku mengikuti upacara masuk sekolah, sekarang kita sudah di tahun terakhir saja," ucap Marissa sambil menyandarkan punggungnya ke batang pohon yang ada di belakang mereka.

"Kau benar, waktu terasa berjalan dengan sangat cepat belakangan ini," setuju Orm.

"Tentu saja terasa sangat cepat untukmu, setiap hari kau habiskan bersama Kak Lingling," ucap Marissa terkekeh.

"Setiap hari?" tanya Orm dengan nada tidak setuju. "Mana ada aku menghabiskan waktu setiap hari bersama Kak Lingling. Maunya sih begitu, tapi setelah libur musim dingin kemarin, Kak Lingling menjadi sangat sibuk," ucapnya sambil memanyunkan bibir ke depan.

"Huh? Bukannya dia datang menjemputmu setiap hari ya?" heran Marissa. Setiap pulang sekolah dia selalu melihat Lingling yang duduk di motornya sambil menunggu Orm.

"Iya, tapi setelah mengantarku ke tempat latihan, dia langsung kembali ke kampus,"

"Wajar saja dia sibuk, Orm. Kak Lingling sudah menjadi mahasiswa tahun ketiga sekarang. Pasti ada banyak hal yang harus dia lakukan di kampus," Marissa berusaha membesarkan hati sahabatnya.

"Kau benar. Kak Lingling memang terlihat sangat kelelahan akhir-akhir ini," ucap Orm, mengambil posisi berbaring dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan Marissa.

"Dia lelah, tapi masih menyempatkan waktu untuk menjemputmu. Kau harus bersyukur, Orm," ucap Marissa seraya merapikan beberapa helai rambut Orm.

"Hmm..." gumam adik sepupu Ice itu sambil mengangguk. "Bagaimana hubungan mu dengan Kak Ice? Apakah kalian sudah resmi sekarang?" tanya Orm mengalihkan topik pembicaraan.

"Sudah," jawab Marissa, membuat Orm seketika berteriak kegirangan.

"Akhirnya! Aku kira Kak Ice si pecundang itu tidak akan berani menyatakan perasaannya kepadamu sampai dunia kiamat!" kekeh Orm. "Selamat Marissa, aku ikut senang bersamamu," ucapnya seraya memeluk pinggang gadis itu.

"Aku seharusnya merekam momen saat Kak Ice menyatakan perasaannya, agar kau bisa melihat betapa menggemaskannya kakak sepupu mu itu. Dia terlihat seperti anak anjing yang sedang memohon,"

Orm berpura-pura muntah saat mendengar Marissa mengatakan bahwa Ice menggemaskan. Ada yang salah dengan mata sahabatnya itu, pikirnya. "Hentikan, kau membuatku merasa jijik," ucap Orm.

Marissa hanya tertawa kecil, lalu katanya, "Aku dan Yoko sudah punya kekasih sekarang, mau sampai kapan kau terus-terusan menjomblo? Kau dan Kak Lingling terlihat sangat serasi, apa lagi yang kalian tunggu?"

"Duh, mari tidak usah membahas itu. Aku tidak ingin mendesak Kak Lingling untuk melakukan sesuatu yang belum siap dia lakukan. Lagipula aku sudah sangat senang dengan situasi kami saat ini," ucap Orm dengan senyuman.

"Kau yakin?" tanya Marissa ragu.

"Iya. Memangnya apa yang perlu ku takutkan?"

Masih di hari yang sama, ketika menunggu Lingling datang menjemputnya seperti biasa, Orm terusik dengan kedatangan sebuah mobil berwarna hitam yang tampak tidak asing di matanya. Mobil itu berhenti tepat di hadapannya, lalu tidak lama kemudian si pengemudi membuka jendela penumpang sehingga Orm bisa melihat dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Agent 00KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang