Orm merasakan beberapa tepukan lembut di bahunya, membangunkannya pelan dari tidur yang lelap.
"Orm, operasi nya sudah selesai," terdengar suara Marissa dari sebelah kanan nya.
Orm seketika membuka kedua matanya. Dia segera melihat ke arah lampu tanda operasi sedang berlangsung yang ternyata sudah padam.
"Sejak kapan?" tanya nya dengan suara parau seraya mengucek matanya yang masih terasa berat.
"Baru saja. Aku langsung membangunkan mu," jawab Marissa, merapikan beberapa helai rambut Orm yang berantakan.
"Mana Kak Ice?" tanya Orm, mencari keberadaan Dokter Forensik itu namun tidak menemukannya.
"Dia pergi ke kamar mandi sebentar. Panggilan alam," kekeh Marissa. "Aku rasa sebentar lagi dokternya akan keluar," ucapnya seraya melihat ke arah pintu ruang operasi yang masih tertutup rapat.
Marissa memperhatikan wajah Orm. Ahli rekonstruksi wajah forensik itu memiliki kemampuan untuk melihat dan memahami ekspresi wajah seseorang dengan sangat baik. Dan saat ini, dia melihat kecemasan dan ketakutan di wajah kekasih Lingling itu.
"Semuanya akan baik-baik saja," ucapnya seraya memegang tangan Orm.
Dengan perlahan pintu ruang operasi dibuka, diikuti dengan muncul nya seorang dokter yang mengenakan baju jaga berwarna biru dan masker yang masih menggantung di lehernya.
Orm dan Marissa segera menghampiri dokter itu, siap memborbardirnya dengan berbagai macam pertanyaan.
"Apakah kalian wali dari Pasien Lingling Kwong?" tanya dokter itu.
"Iya, Dokter. Aku tunangannya," jawab Orm. "Bagaimana keadaan nya, Dokter? Apakah operasi nya berjalan dengan lancar?"
Dokter itu tampak menghela napas panjang. Dia terdiam sejenak dengan dahi yang berkerut.
"Tusukan dari katana itu melukai paru-paru kiri nya dan menghasilkan luka robek yang cukup besar," ucap dokter itu mulai menjelaskan.
"Pada awalnya kami berencana untuk hanya mengangkat jaringan yang rusak, namun ternyata bagian yang terkena dampak sangat luas,"
Jantung Orm memompa dengan sangat cepat saat mendengar penjelasan dari Dokter. Kepalanya terasa ringan, seluruh tenaga di dalam tubuhnya menguap ke udara.
"Ditambah lagi dia juga menderita trauma di rongga perut dengan internal bleeding yang cukup parah, mendesak diafragma nya naik ke atas,"
"Hal itu membuat paru-paru kiri yang sedang terluka mengalami tekanan yang berat. Singkatnya, semua faktor dan keadaan pasien mendesak kami untuk melakukan pneumonektomi," jelas si dokter panjang lebar.
"Pneumonektomi? A-apa itu, Dokter?" tanya Orm tergagap.
"Itu adalah prosedur pengangkatan paru-paru. Kami terpaksa mengangkat paru-paru kiri Nona Lingling,"
Kaki Orm tidak sanggup untuk menopang tubuhnya lagi. Gadis itu oleng ke belakang, namun untung saja Marissa dengan sigap menahan nya agar tidak terjatuh ke lantai.
"Paru-paru kirinya sudah terlalu rusak dan tidak bisa menjalankan fungsinya lagi. Jika tidak diangkat, bisa terjadi infeksi lebih lanjut dan membahayakan nyawa pasien," ucap dokter.
"Untung nya setelah paru-paru kiri diangkat dan pendarahan di rongga dada dan perut nya berhasil dihentikan, tanda-tanda vital Nona Lingling mulai stabil," jelasnya. "Untuk sekarang kami akan memantau kondisi pasien dengan intensif di ruang ICU."
"Apakah kami bisa melihat keadaan nya, Dokter?" tanya Marissa.
"Maaf tapi hal itu belum memungkinkan untuk saat ini. Kalian bisa menjenguknya nanti, jika keaadan nya sudah lebih stabil," ucap dokter, wajahnya tampak simpatik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent 00K
FanfictionKehilangan satu paru-paru tidak akan menghentikan ku untuk mencintai mu dalam setiap hembusan napas ku Lingling Kwong