tok... tok...
"Masuk,"
Terdengar suara pintu kamar yang dibuka dari luar. Gadis yang sedang membaca sebuah novel di atas tempat tidurnya itu mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa yang datang.
"Kau tidak mau turun ke bawah? Ada Marissa dan Yoko,"
Gadis itu menutup bukunya, lalu mengibaskan selimut yang sedaritadi menutupi sebagian tubuhnya. "Kakak mengundang mereka ke sini?" tanyanya seraya turun perlahan dari tempat tidur.
"Iya, kami mau menonton film. Kau mau ikut, Orm?"
"Boleh," angguk gadis itu.
Ice memandang adik sepupunya yang pergi ke cermin untuk merapikan diri. Dia melihat bagaimana Orm tidak sedetikpun melepaskan ponselnya dari dalam genggamannya.
"Apakah kau sudah ada menerima kabar dari Lingling hari ini?" tanya Ice.
"Sudah, tadi sore Kak Lingling mengucapkan selamat malam," jawab Orm sambil menyisir rambutnya.
Ice mengangguk paham, dia melirik arah jam dinding yang tergantung di atas tempat tidur. Saat ini di Osaka jam menunjukkan pukul 9 lewat 21 menit malam. Karena waktu Osaka 17 jam lebih cepat dibandingkan dengan San Diego, itu berarti di sana sekarang masih jam 4 lewat 21 pagi.
"Dia mungkin sudah bangun sebentar lagi," ucap Ice.
"Iya, Kak Lingling memang selalu bangun jam 5 pagi agar bisa berolahraga sebelum pergi ke laboratorium," ucap Orm yang sudah mulai menghapal jadwal teman Ice itu.
"Kau merindukannya, bocah?"
"Sedikit,"
"Sedikit? Lalu kenapa matamu terlihat berkaca-kaca seperti itu?" ucap Ice dengan nada meledek.
"Jangan menggodaku Kak Ice, aku sedang tidak mood,"
"Oh! Kenapa? Apa yang membuat adik kesayanganku ini berada dalam mood yang buruk?" tanya Ice seraya menghampiri Orm yang masih berada di depan cermin.
"Kak Lingling tidak jadi pulang minggu depan. Ketua Tim Forensik Digital di sana memintanya untuk tinggal lebih lama," jawab Orm sembari memanyunkan bibirnya.
"Hmm, begitu," ucap Ice.
"Tidakkah Kakak merasa kesal? Sudah hampir dua bulan mereka menahan Kak Lingling di sana," protes Orm, dahinya berkerut.
"Bukankah itu adalah hal yang bagus? Lingling bisa belajar lebih banyak lagi,"
"Iya sih, tapi kan-"
"Kak Ice, Orm ayo turun! Filmnya sudah mau dimulai,"
Marissa mengintip dari celah pintu kamar Orm yang terbuka, memanggil kedua gadis itu.
"Oh iya, kami memang sudah mau turun," ucap Ice, berlari kecil menghampiri calon kekasihnya.
Ketiga gadis itu pun turun ke lantai 1. Yoko sedang duduk di sofa ruang tamu sambil memegang semangkuk popcorn di tangannya, kedua pipinya terlihat menggembung dan bibirnya yang mungil bergerak naik-turun dengan cepat.
Ice terkekeh melihat kekasih Faye itu, benar-benar mirip seperti hamster pikirnya. Ice lalu duduk di sebelahnya dan merebut mangkuk popcorn yang ada dalam dekapan Yoko, membuat gadis itu protes dan berusaha mengambil kembali apa yang sedaritadi menjadi hak miliknya.
"Kak Ice jangan ganggu Yoko," ucap Marissa, menggeleng saat melhat tingkah kekanakan kakak sepupu Orm itu.
"Dia terlihat terlalu nyaman," ucap Ice seraya melindungi mangkuk popcorn dari tangan Yoko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent 00K
FanfictionKehilangan satu paru-paru tidak akan menghentikan ku untuk mencintai mu dalam setiap hembusan napas ku Lingling Kwong