Hallo apa kabar nya?
Happy Reading....Episode Selanjutnya...
Pagi hari di Natio Hospital, Tepat pukul 07.00 WIB di ruangan keluarga Natio.
Suara monitor milik Gita terdengar merdu mengiringi suasa na kamar yang hening. Namun, berhasil membuat Tara terbangun dari tidur nya semalam saat dia pingsan.
Tara membuka mata nya perlahan menatap langit-langit lalu menyusuri setiap sudut ruangan. Lenguhan kecil keluar dari mulut Tara saat ia mulai memposisikan badan nya menjadi duduk.
"Awhhh... Kok aku masih di sini." Gumam Tara, Lalu mengarahkan pandangan nya ke blangkar Gita.
Tatap mata nya tak lepas dari wajah Gita yang sedang terlelap. Gita sebenarnya belum menunjukan diri nya sadar dari semalam hanya sesekali bergumam saja memanggil-manggil nama Shani.
Tara turun dari blangkar saat ini dengan melepas paksa infus yang tertancap di tangan nya, Lalu Ia menghampiri blangkar Gita dan mendudukan dirinya di kursi yang ada disamping kasur Rumah Sakit itu.
Terukir gurat khawatir di wajah Tara, Entah kenapa lagi-lagi melihat Gita terbaring tak berdaya di atas kasur dengan kepala terikat perban membuat hati dan perasaan Tara tergores. Apakah karena merasa bersalah telah menyebabkan gadis ini harus melawan rasa sakitnya? pikirnya.
"Dek maafin kakak ya?, sudah buat kamu berada di tempat ini." Tulus Tara.
Kemudian Tara menggenggam tangan Gita dengan tangan kanan nya sedangkan tangan kiri mengelus pucuk kepala Gita.
"Bangunlah jangan membuat kakak semakin bersalah karena telah menabrak kamu waktu itu." Ucap nya kembali seraya mengecup kening Gita agak lama.
Tanpa sadar air mata Gita keluar dari sudut mata nya. Mungkin Gita mendengar apa yang Tara katakan saat ini.
Tara merasakan jari jemari Gita bergerak secara perlahan. Tara yang menyadari nya langsung menekan tombol yang ada di atas kepala Gita untuk memanggil Dokter. Ia senang akhirnya gadis ini merespon apa yang dia kata kan.
Mata Gita mulai terbuka, pandangan nya yang kabur kini semakin jelas. Indra nya menatap semua sudut ruangan. Senyum manis nampak terukir di wajah Gita kala ia melihat sosok perempuan yang sangat Ia kenali tengah tersenyum penuh harap menatap dirinya.
Tangan Gita terulur menangkup Pipi si pemilik senyum semanis coklat dan selembut sutra ini.
"C..Ci..Ci.." Ucap Gita terbata menahan air mata nya yang akan kembali menetes.
"Eh dek jangan bangun dulu." Larang Tara yang melihat Gita akan memeluk dirinya dengan terburu-buru bangun dari posisi tidur nya.
"Ci..ci dedek kangen Cici, jangan pergi lagi hikd hiks." Ucap Gita yang sudah menangis memeluk Tara dengan kedua tangan yang melingkar di leher Tara dengan posisi Gita yang sudah duduk. Sementara Tara masih kebingungan dengan apa yang di lakukan Gita saat ini. namun, Ia tetap menerima pelukan Gita. Tangan nya perlahan mengusap punggung Gita dan yang satunya lagi mengusap-usap belakang kepala Gita.
Nyaman? begitulah yang Tara rasakan. Ia memejamkan mata nya menikmati momen saat ini, Ia merasa pelukan ini adalah pelukan yang pernah hilang dalam hidup nya namun Ia dapat merasakan kembali pelukan yang tak asing baginya ini.
"Cici Cani dedek sayang Cici jangan pergi lagi menjauh dari dedek." ucap Gita yang masih setia memeluk Tara
"Iya sayang." Tara mengucapkan nya tanpa sadar, mulut nya tiba-tiba bergumam secara spontan (uhuuy)
KAMU SEDANG MEMBACA
BELOVED LITTLE SISTER [ selesai ]
Fiksi Umum"Tunggu waktu yang tepat, bersabarlah sejenak.. dek." Sibling