*POV Billy
“Abang!” Kataku dan berlari ke arahnya, “Senang bertemu denganmu lagi”
"Senang bertemu denganmu, Nak" dia mengacak-acak rambutku.
Aku selalu mengaguminya sejak masih kecil, ibuku pernah bekerja untuk keluarga Adhyaksa tetapi dia meninggal saat aku berusia 16 tahun. Ayahku bahkan lebih dulu meninggalkan kami saat Aku berusia 3 tahun. Keluarga Adhyaksa memberikan tempat tinggal untuk Aku dan Ibuku, dan sejak kematian ibuku, Tuan Mario dan Abang Raja mengangapku sebagai keluarga mereka.
“Kamu menemukannya?”
Aku mengangguk, “Dia berbahaya, Bang. Kenapa kamu masih membutuhkannya?”
“Bisnis” jawabnya singkat.
Aku mengerutkan kening, meskipun dalam hati yakin dia pasti punya alasannya sendiri. Kami pergi ke dermaga menuju ke tempat pertemuan yang sudah dijanjikan.
“Terjemahkan untuk ku”
“Ya, Bang,” kataku. Laki-laki yang kami tunggu itu sedang menghirup rokoknya, rupanya ia menunggu cukup lama dilihat dari banyaknya puntung rokok yang berserakan di lantai.
“Kami sudah di sini” kataku.
"Bagus, sekarang katakan padaku apa yang kamu inginkan" Dia menghadap ke arah kami.
“Aku memerlukan paspor, identitas baru, dan tiket pesawat” Aku menerjemahkan apa yang Abang Raja katakan. Abang memberiku sebuah amplop untuk kuserahkan pada pria itu.
“Hmmm anak-anak juga? Biayanya mahal untuk anak-anak”
“Masalah uang jangan khawatir.”
“Bagus, beri saya waktu 2 minggu dan itu akan selesai. Saya akan menghubungi Anda. Siapkan 100 juta rupiah”
Abang mengangguk dan aku bilang oke pada pria itu, yang segera pergi setelahnya.
Di dalam mobil aku mencoba membaca ekspresinya. Paspor dan identitas baru, apakah Abang akan pergi? Pria itu berkata anak-anak, Aku rasa dia akan membawa nona Freen dan anak-anaknya juga.
Aku tahu ada sesuatu yang mencurigakan dalam kematian Tuan Adhyaksa. Aku pikir Abang akan melindungi keluarga Tuan Adhyaksa dari Bramajaya.
“Terima kasih” katanya sambil turun dari mobil.
“Tidak masalah, Bang. Jika Abang membutuhkan bantuan lain, hubungi saja Aku kapanpun”
Dia mengangguk.
“Aku akan meneleponmu begitu aku mendapat kabar darinya”
“Aku akan mentransfer uangnya kerekeningmu, Aku masih perlu mengatur beberapa barang. Bisakah Kamu menerima dokumennya untukku?”
“Ya, Bang” Aku ragu sejenak tapi aku perlu tahu “Bang, itu Bramajaya, kan? Kejadiannya bukan suatu kebetulan”
Dia menatap mataku, matanya yang buta dulu membuatku takut ketika masih kecil tetapi seiring berjalannya waktu aku menjadi terbiasa. Ini memberinya kesan mengintimidasi. Dia sedikit mengangguk lalu menutup pintu mobil. Aku melihatnya menutup resleting jaketnya saat dia berjalan pergi.
-
-
-
2 minggu kemudian pria itu meneleponku mengabarkan bahwa dokumennya sudah selesai dan mengatur titik pertemuan untuk mengambilnya. Dia menyerahkan kepadaku sebuah amplop dan Aku menyerahkan uang kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sedekat Nadi (Beckyfreen)
Romance"Meskipun dalam diriku tidak mengalir darah mu, Aku akan selalu menjadi penguat dan pelindung keluarga Adhyaksa" _ Raja _ tidak terikat darah bukan berati tidak bisa menjadi keluarga. Kesetiaan lebih erat ikatannya dari sedarah.