*Masih Flashback
"Kakek!" Freen berdiri dan segera berlari memeluk Mario..
“Hai Princess” Mario membelai rambut Freen sementara Freen mulai terisak dalam pelukan hangat tersebut.
“Aku pikir kakek tidak akan kembali” Suaranya terendam tangis.
“Kakek juga sempat berpikir bahwa Kakek tidak akan selamat dari kecelakaan itu, Kakek bersyukur karena Tuhan punya rencana lain untuk menyelamatkanku” Mario memeluk erat cucu kesayangannya.
"Tuan Adhyaksa” Mr. Ben menyapa Mario, “Senang bertemu denganmu, kurasa pekerjaanku di sini tidak diperlukan lagi”
"Mr. Ben” Mario menundukkan kepalanya sedikit pada Mr. Ben “Terima kasih atas semua yang telah anda lakukan”
Rebecca mendekat ke arah Mario dan Freen.
"Selamat Datang kembali" memberi isyarat selamat datang untuk Mario tidak lupa turut bahagia atas kembalinya.
“Terima kasih Nak” Mario mengacak-acak rambut Rebecca “Senang rasanya kembali ke rumah lagi”
“Anda membuat kami khawatir”
“Sudah kubilang aku akan kembali”
Mario dengan lembut melepas pelukannya dan mencium kening Freen penuh kasih sebelum dia mendekat ke arah Mike, “Halo Tuan Bramajaya, saya rasa ada banyak hal yang harus kita bicarakan”
“Tidak ada yang perlu dibicarakan. Kami harus pergi” Suara Mike mulai meninggi.
Freen melihat gelagatnya mulai berkeringat dan wajah Heng menjadi pucat. Amanda terlihat bergeser dengan tidak nyaman.
“Aku rasa tidak secepat itu,” Mario berkata dan menghalangi jalan mereka. “Kenapa kita tidak mulai dengan membicarakan percobaan pembunuhan dan pembunuhan ganda terhadap putri dan menantuku?”
“Aku tidak paham apa yang sedang kamu bicarakan”
Mario tertawa hambar, “Tentu saja kamu tidak paham. Harus ku akui, ternyata aku salah perhitungan, aku tidak menyangka kamu akan membuat pesawat itu jatuh sementara anakmu ada di dalamnya”
“Bicaralah sesukamu, kamu tidak punya bukti” Mike mencoba mengelak.
“Mau bertaruh?” Mario terlihat sangat tenang.
“Kamu hanya bisa menggertak” meskipun terlihat tenang, namun suaranya menyiratkan ketakutan.
“Aku sudah tahu rencanamu sejak lama, tapi aku butuh bukti jadi aku tidak bisa berbuat banyak. Dan aku tahu kamu dalang di balik kematian putriku dan menantuku. Aku harus menuruti perintahmu untuk mendapatkan bukti yang aku butuhkan” Mario dengan percaya diri mengatakannya, tidak ada keraguan sedikitpun di matanya.
“Diam Adhyaksa, Apa buktinya?”
“Bukti yang kumiliki ada di luar. Raja, tolong bantu buka pintunya!” Mario memberi isyarat kepada Rebecca.
Rebecca mengangguk, Mike benar-benar terkejut saat pertama kali melihat siapa yang ada di balik pintu. Bahkan dirinya tampak sangat tidak mempercayai apa yang dia lihat. Freen yang juga melihat siapa itu ikut terkejut. Itu adalah Minho, tapi dia bahkan tidak mirip dengan Minho yang Freen kenal, wajahnya terbakar parah, Freen hampir tidak bisa mengenalinya.
“Aku rasa kamu masih mengingatnya, Bramajaya?”
Wajah Mike berubah menjadi pucat kali ini.
“Tuan Bramajaya” Minho berkata. Bahkan suaranya pun berubah, menjadi serak, membuat Freen merinding saat mendengar suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedekat Nadi (Beckyfreen)
Романтика"Meskipun dalam diriku tidak mengalir darah mu, Aku akan selalu menjadi penguat dan pelindung keluarga Adhyaksa" _ Raja _ tidak terikat darah bukan berati tidak bisa menjadi keluarga. Kesetiaan lebih erat ikatannya dari sedarah.