BAB 29 Kenangan 2

357 60 4
                                    

**Flashback

"Hati-hati" Nathan mengkhawatirkan Raja dan Freen.

Mereka berdua balas dengan mengangguk.

"Mommy dan Daddy akan segera kembali, oke, anak-anak" Freen berkata pada Katherine dan Raiden lalu mencium pipi mereka masing-masing.

"Bye Mom, Bye Daddy" mereka berdua berkata dan melambai kepada Raja dan Freen.

Mereka menitipkan si kembar kepada Nathan, sementara mereka akan menyelesaikan masalah dengan keluarga Bramajaya.

-

-

-

Sudah tiga bulan sejak kematian Mario, atau secara resmi dia dinyatakan menghilang. Maka hari ini akan jadi hari dimana surat wasiat yang telah dibacakan menjadi sah.

Kenyataannya Freen berhasil membujuk Rebecca untuk tinggal bersamanya dan anak-anak. Tentu saja Rebecca tidak tega melihat Freen terus menangis sepanjang malam hari itu, Freen memohon dan memintanya untuk tinggal bersama dirinya dan anak-anak.

Meskipun pada awalnya Rebecca ragu-ragu namun pada akhirnya, dia mengangguk dan berjanji pada Freen untuk tinggal bersama mereka. Kedua belahan jiwa itu belum memutuskan rencana apa yang akan mereka lakukan setelah wasiat Mario menjadi sah dan Heng mengambil alih perusahaan Adhyaksa.

Freen ingin melihat situasinya terlebih dahulu. Rebecca juga tidak memberitahu Freen apa rencananya, mereka hanya berusaha untuk mencari bukti kematian Mario. Billy membantu mereka tapi pada akhirnya mereka tidak menemukan apa pun sampai sekarang. Tidak ada bukti yang kuat.

Freen dan Rebecca menyaksikan rumah utama dijaga ketat oleh anak bua Bramajaya, Rebecca menarik Freen lebih dekat dengannya saat mereka melewati penjaga tersebut dan pergi ke perpustakaan.

Saat mereka membuka pintu, ruangan itu sudah penuh dengan orang. Mike Bramajaya dan putranya Heng sudah menunggu di sana, Amanda dan seorang pria tua botak, yang merupakan pengacara dari keluarga Bramajaya.

"Flora" Mike berkata dan mendekat kearah Freen, meraih tangannya dan menciumnya. Freen merasa mual dan menjijikkan namun berusaha tetap tenang. ​​MIke mengangguk ke arah Rebecca dan berkata "Mr. Sanjaya"

Rebecca hanya mengangguk sebagai balasan. Mario mendekat ke Rebecca dan berbisik di telinganya, cukup keras untuk didengar Freen, "Apa kamu menikmati waktumu dengan menantu perempuanku? Jika kamu melepaskan 30% saham mu, aku mungkin akan membiarkanmu menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Janji kelingking." Dia menyeringai dan duduk di samping putranya.

Rebecca gemetar karena marah, Freen memegang tangannya untuk menenangkan kekasihnya itu.

"Hai istriku, merindukan ku?" Heng berkata dengan senyum bodohnya.

Freen mengabaikannya dan duduk di sofa di depan mereka. Rebecca mengikuti dan duduk di sebelahnya. Mereka tidak perlu menunggu lama sampai pengacara datang dan membuka tasnya.

"Kami berkumpul disini untuk mendengarkan wasiat terakhir Tuan Mario Adhyaksa. Seperti yang kalian semua tahu, dia hilang sejak kecelakaan pesawat 3 bulan lalu dan saya rasa semua orang di sini hadir pada pembacaan wasiat pertama, bahwa apabila kematian tidak dapat menjadi bukti, akan diadakan pertemuan kedua 3 bulan setelah hari hilangnya, yaitu pada hari ini."

Dia melanjutkan, "Sayangnya tidak ada bukti bahwa Tuan Adhyaksa bisa selamat dari kecelakaan itu dan saya ingin menyampaikan belasungkawa kepada keluarga"

"Lanjutkan saja wasiatnya" Heng tidak sabaran.

Pengacara itu memelototinya, tapi dia tidak peduli.

"Tuan Mario Adhyaksa menghendaki istrinya, Nyonya Amanda Jensen memiliki 10% asetnya dan dia juga memiliki rumah utama. Tuan Raja Sanjaya akan menerima 30% dan sisanya untuk Nyonya Flora Freen Adhyaksa dan suaminya Tuan Hengky Bramajaya. Tuan Heng secara resmi akan menggantikannya sebagai CEO perusahaan Adhyaksa mulai hari ini"

Rebecca terlihat mengepalkan tangannya sepanjang waktu, menghindari ekspresi sombong di wajah Bramajaya.

"Jika tidak ada pertanyaan lain, saya akan pergi" kata pengacara tersebut. "Jika ada pertanyaan lebih lanjut, Anda dapat menghubungi saya di kantor saya"

Dia menutup tasnya dan berjalan menuju pintu, dia hendak pergi ketika Mike berkata, "Tunggu, Tuan Pengacara, saya pikir Tuan Sanjaya ingin memberitahumu sesuatu"

Dia bangkit dan perlahan mendekati kami. "Dia memberitahuku sebelum kamu datang bahwa dia ingin menyerahkan bagiannya kepada kami"

"Oh, benarkah itu, Tuan Sanjaya?" Kata orang awam itu.

Rebecca bangkit tapi sebelum dia bisa melakukan apapun, Mike mendekat dan berbisik di telinganya lagi, cukup keras untuk Freen dengar tapi tidak bisa didengar oleh pengacara yang berdiri di depan pintu. "Bersikaplah bijaksana, Tuan Sanjaya. Aku bisa membuatmu menderita, dan bukan hanya kamu. Ada banyak hal yang lebih buruk daripada kematian, dan aku juga tidak punya belas kasihan pada anak-anak, bahkan jika itu cucu-cucuku sendiri."

Rebecca tidak bisa mengendalikan emosinya lagi dan meraih kerah baju Mike dan memukul wajahnya dengan keras.

"Tuan-tuan, tolong kendalikan diri"

Rebecca sedang berkelahi dengan Heng dan ayahnya, mereka mengunci Rebecca ke lantai. "Maaf, Pak Pengacara, Anda tahu bagaimana keluarga kadang tidak terkendali," Mike berkata dengan nada manis kepada pengacara itu.

"Saya rasa Tuan Sanjaya sudah tenang dan siap memberitahu Anda keputusannya, benar, Tuan Sanjaya?"

Dia menarik Rebecca kembali berdiri, dengan darah di sudut bibirnya.

"Katakan, Tuan Sanjaya" Mike berkata, "Anda ingin menjual bagian Anda kepada kami, kan?"

Rebecca menatap ke arah Freen, menolak untuk menuruti perkataan Mike. Merasakan penolakan Rebecca, Mike tersenyum kepada pengacara tersebut, "Bisakah Anda memberi saya waktu sebentar untuk berbicara dengannya?"

"Saya rasa kita harus membicarakan hal ini di lain hari" kata pengacara itu mencoba profesional.

"TIDAK, tidak, ini hanya akan memakan waktu sebentar" Mike berjalan kembali menuju Rebecca "Jika kamu tidak setuju, aku akan membuatmu melihat bagaimana anak buahku memperkosa Floramu yang berharga secara bergantian dan aku akan menenggelamkan anak-anak ke kolam."

Rebecca benar-benar geram sekuat tenaga menahan amarahnya.

"Abang..." Freen mulai khawatir.

"Tuan Sanjaya, Anda tidak perlu menjawab sekarang. Kita bisa mendiskusikan ini kapan saja." Pengacara tersebut menyadari ada yang tidak beres.

"Tidak" jawab Mike singkat dengan nada mengintimidasi dan berjalan ke arah pengacara "Apa ada masalah di sini, Pak Ben?"

"T-Tidak ada" mendengar suara gemetar itu menandakan bahwa pengacara tersebut merasa terintimidasi dengan ucapan Mike, "Hanya saja anda tidak bisa memaksa...."

"Oh, menurut anda kami memaksanya melakukan itu?" Mike tersenyum, dia begitu mengintimidasi hingga Pak Ben berjalan mundur dari pintu ke tengah ruangan.

"T-Tidak..."

"Bagus, karena kita tidak ada masalah. Sekarang Tuan Sanjaya akan mengangguk setuju untuk menjual sahamnya kepada kami dan Anda harus membuat dokumen bahwa kami memiliki 90% saham Adhyaksa dan 10% milik Nyonya Amanda cantik di sana"

"Sekarang Tuan Sanjaya" Mike kembali menghadap Rebecca "Katakan ya"

Mereka semua menoleh ke pintu saat mendengar "Dia tidak perlu mengatakan apa pun yang tidak dia inginkan"

Jelas sekali itu adalah suara yang Freen ingat, suara yang dirindukannya selama ini.

Penglihatannya menjadi kabur karena air matanya mengalir begitu saja saat Freen melihat orang yang berdiri di depan pintu.

"Kakek...." Freen membeku sejenak antara bahagia, dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

-

-

-

To be continue

Salam Persahabatan

KA Jungliu

Sedekat Nadi (Beckyfreen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang