Haiii.... Balik lagi, ternyata aku yg rindu...
Rindu pengen ngerampungin ni cerita... ahahaha
Sekali lagi KA ucapkan terimakasih sudah berkenan mampir membaca, kasih vote dan komen di cerita KA ini...
Semoga tidak bosan menunggu pembaruan, sampai ceritanya selesai... sayang kalian semua...
Yuk kita lanjut ceritanya...
-
-
-
Freen refleks mencengkram dadanya, kenapa detak jantungnya begitu cepat? Sepertinya ada sesuatu yang salah. Freen jelas baru saja melihat Rebecca beberapa jam yang lalu, Kakeknya juga ada di rumah, seharusnya dia tidak punya alasan untuk khawatir. Tapi perasaan cemas itu tidak bisa hilang.
Samar-samar dia mendengar gonggongan anjing, suaranya semakin keras. Sepertinya mereka menggonggong di dekat kamarnya. Freen pergi ke jendela dan melihat dua anjing berlari dengan kecepatan penuh menuju rumah utama.
Pasti ada masalah, sesuatu pasti terjadi dengan Rebecca. Freen tidak bisa menyingkirkan kemungkinan buruk yang menimpah kekasihnya. Karena Freen tau anjing-anjing itu tidak akan pernah mendekati rumah utama jika tidak ada masalah.
Freen membuka jendela, dia ingat salah satu dari kedua anjing tersebut bernomor Lima dari bulunya, karena nomor Lima adalah satu-satunya yang memiliki bulu coklat di lehernya.
"LIMA" Freen berteriak dan bersiul. Lima mendekati Freen, menggonggong dengan keras. Jantung Freen terasa berhenti berdetak saat melihat luka di kaki belakangnya. Nomor Satu datang mendekat, sama seperti Lima, ada darah di tubuhnya. Freen bergegas mengambil mantelnya karena udara malam ini benar-benar dingin. 'Kumohon Tuhan jangan biarkan sesuatu terjadi pada Rebecca.' doa itu dipanjatkan dalam hatinya.
Nyatanya air matanya jatuh begitu saja saat membayangkan kemungkinan terburuk. Freen memutuskan untuk mengajak Mario untuk berjaga-jaga jika Rebecca terluka, Dirinya tidak mungkin bisa mengatasinya sendirian.
"Kakek!" Freen membuka pintu perpustakaan.
"Freen? Apa terjadi?" Mario terkejut dan memperhatikan nada kekhawatiran dalam suara Freen.
"Aku rasa sesuatu terjadi pada Abang Raja"
"Apa? Apa maksudmu?"
"Anjing-anjing itu ada di luar, mereka terluka. Tolong ikut denganku Kakek"
Mario segera mengenakan jaketnya dan tatapannya berubah menjadi kekhawatiran saat dia melihat anjing-anjing itu. Satu dan Lima memimpin jalan dan lari ke hutan, mereka mengikuti anjing-anjing tersebut.
Langit sudah gelap, mereka kesulitan menemukan jalan. Tapi Satu dan Lima berhenti untuk menunggu mereka. Freen tersentak ketika melihat sesosok tubuh tak bergerak tergeletak di tanah, anjing-anjing lain sedang mengelilinginya, berusaha melindungi tubuh itu dari hawa dingin.
Mario gegas membalikkan tubuh tersebut dan menunjukkan kelegaannya saat masih bisa merasakan denyut nadinya. Mario melepas jaketnya dan mengenakannya pada tubuh Rebecca.
"Dia masih hidup" kata Mario.
Mario menggendongnya menuruni bukit. Anjing-anjing penjaga berjalan di depan, menunjukkan mereka jalan kembali ke rumah.
Freen menangis ketika menyadari bahwa mereka semua pincang atau terluka cukup parah.
"Freen, Kakek akan membawanya ke klinik. Hubungi paman Nathan untuk segera datang, tolong panggil Damian, minta tolong dia merawat anjing-anjing itu"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sedekat Nadi (Beckyfreen)
Romance"Meskipun dalam diriku tidak mengalir darah mu, Aku akan selalu menjadi penguat dan pelindung keluarga Adhyaksa" _ Raja _ tidak terikat darah bukan berati tidak bisa menjadi keluarga. Kesetiaan lebih erat ikatannya dari sedarah.