-inget aja gw bisa ngubah status bottom jadi dominan, soalnya hobinya ngubah status orang hehe....
.....
Levi disini merasa seperti ada yang salah dengan sikap Luke akhir akhir ini setelah dia dirawat selama beberapa hari dirumah sakit, merasa kejanggalan namun tak dia buat pusing dan berpaling untuk terus berfikir positif thinking.
Levi selalu merasakan, bahwa ini bukan Luke yang sebenarnya. luke dengan pembicaraan singkat,padat dan jelas, tidak peduli dengan orang lain dan tidak pernah ingin direpotkan apalagi kepada seseorang yang pernah dibilang benci oleh luke sendiri. itu cukup mustahil sampai sampai Luke mau memungut sampah seperti dirinya.
Levi tengah menatap kosong kearah depan, dia merasa ingin cepat cepat pulang. luke tengah mengurus biaya administrasinya, ya dia semua yang membayarnya. sebenarnya Levi menolak dengan permintaan Luke ketika dia bilang ingin membayarkan semua biaya administrasinya. dia itu sudah banyak meropatkan anak itu jadi dia merasa tidak enak untuk terus berhutang Budi dengan pemuda itu.
Levi hanya menunggu konsultasi dari sang dokter dan pengurusan biaya administrasinya.
....
3 jam ya 3 jam dia menunggu sangat lama bersama Luke didalam kamar inap. setelah 3 jam menunggu akhirnya semua sudah terselesaikan. tinggal berjalan keluar dari penjara yang terasa tersiksa untuk tubuh Levi.
tidak lupa orang tua Luke datang untuk menjenguk sekaligus menjemput dia dan juga Luke. dia benar benar merasa terepotkan. dia benar benar merasa canggung karena baru pertama kali ia bertemu dengan orang tua Luke. namun, dia malah membuat dirinya merasa terepotkan untuk pertama kali bertemu.
Luke hanya diam duduk diatas sofa sambil mengamati handphone nya yang sedari tadi menyala, hp milik Levi sendiri tengah diisi energinya jadi dirinya hanya termenung sambil bersandar bantalannya sendiri.
Levi sungguh canggung, walaupun dirinya sudah sangat lama bisa dibilang setiap hari dia akan ditemani Luke didalam kamar inap berbau obat obatan itu masih saja membuat Levi merasa canggung. entah mengapa dirinya sangat ingin memanggil nama pemuda tersebut. namun, lidahnya seakan diikat oleh rasa kemaluannya sendiri.
walaupun begitu, Levi sangat ingin berteriak memanggil Luke untuk datang menghibur atau mengajaknya mengobrol. sungguh tiada terfikir bahwa Luke memang memiliki watak dingin. walaupun sudah beberapa kali terkena siraman air hangat pun es batu dari kutub Utara itu hanya meleleh sebagian, selain itu masih saja bertahan untuk membeku.
sampai sampai atensi Luke dan Levi teralihkan kepada suara pintu yang terbuka. terlihatnya dua pria dengan kisaran umur terkikis sangat dekat itu sudah tiba diruang inap. orang yang ditunggu tunggu sudah tiba. Luke lalu berdiri dan tidak lupa membuang hpnya diatas sofa. menghampiri Eric yang menatap Levi sambil tersenyum.
levi tidak lupa membalas senyuman semanis madu itu dengan senyumannya semanis gula.
"pah" panggilnya.
Eric terasa terpanggil lantas menoleh kearah pemuda yang berdiri tak jauh darinya berdiri. dengan pasang muka jutek itu menghampirinya.
"lama sekali" ucapnya.
Eric terkekeh lalu menghampiri Luke yang tengah cemberut dengannya.
"tadi daddymu dapat telpon dari kantor buat meeting dadakan, jadi kita berdua terpaksa buat kekantor dulu" ucapnya sambil mengelus rambut sang putra dengan lembut.
perlakuan lembut dari Eric mendapatkan tatapan berbinar dari seorang pemuda yang hanya mampu menatap tanpa bisa merasakannya. tatapan sendu menandakan kerinduannya terhadap sang ibu yang dulu sering melakukan perlakuan lembut terhadap dirinya.
dilain sisi, lingga dengan kesadaran penuh menatap mata sendu itu yang tengah menatap keduanya dengan intens. lingga seperti paham dengan keadaan dan kondisi Levi sendiri.
lingga menduduki pantatnya diatas kursi yang sudah tersedia disamping ranjang rumah sakit yang ditempati Levi. Levi tentu saja terkejut akan kesadarannya menatap lingga yang sudah duduk disamping ranjangnya.
"kau terlihat sedih" ucap lingga dengan kepercayaan nya.
Levi tersenyum sendu sambil menggelengkan kepalanya kecil "t-tidak emm—"
"paman saja" ucap lingga dirasa Levi seperti tengah kebingungan untuk memanggilnya.
"ahh— emm t-tidak paman saya tidak terlampau sedih, hanya saja sedikit senang melihat interaksi mereka berdua" ujar Levi dengan pemikiran dewasanya menatap Eric yang tengah membujuk Luke.
lingga mengangguk kecil "hemm, saya paham dengan keadaan mu" ucap lingga seakan tau bagaimana keadaann Levi dengan keluarganya. dengan menepuk pundak pemuda itu membuat pemuda itu sedikit terkejut.
"apakah orang tua Luke seorang peramal?" tanyanya pada pikirannya sendiri.
"a-ahhh tidak saya memiliki keluarga yang harmonis" ucap Levi.
lingga terkekeh, terkecoh sudah pemikiran Levi. padahal lingga tidak membahas perihal keluarga. terlihat bukan dari gelagat dan cara pandang anak itu seperti menandakan keadaan nya terhadap sang keluarga.
"oke oke saya akan mempercayai itu" ujar lingga terlampau pasrah, melihat pemuda itu seperti tidak ingin menceritakan keluh kesahnya terhadap dirinya. mungkin karena mereka baru pertama kali bertemu dan belum terlalu dekat jadi membuat pemuda itu sedikit susah untuk terbuka. lingga mulai paham dengan situasi.
"apa maksutnya" walau begitu Levi tetap dibuat bingung dengan ucapan lingga baru saja.
┉┄┈┈•◦ೋ•◦TBC•◦ೋ•┈┄┈┉
.
.
.THANKS FOR READING
dikit dikit dulu jangan banyak banyak
KAMU SEDANG MEMBACA
PREMAN • BXB
Teen FictionPreman sekolah tertarik dengan ketua osis Disini diceritakan kalo pemeran dominannya lebih manja dari pada bottom nya