Hari Senin, hari dimana Luke harus bergegas berangkat sekolah karena akan mengadakan upacara bendera yang biasa diadakan untuk rakyat Indonesia keseluruhan.
Luke tengah makan sandwich buatan Eric dengan lahap Tanpa berkomentar apapun. Dia malas berbicara makanya dia diam. Walaupun dia niat ngomong juga gabakal dia ngomong.
Lingga turun dari tangga dengan sedikit berlari dan hampir saja dia tersandung kakinya sendiri. Eric yang melihatnya merotasi matanya malas.
"Ceroboh" ujar Eric.
Luke masih menikmati sandwich nya tanpa memperdulikan lingga, dia tau Eric berbicara untuk siapa. Karena lingga memang orang yang ceroboh.
"Jangan terburu buru" ujar Eric, karena melihat lingga yang terburu buru memasang dasinya.
"Ada meeting penting" ucap lingga masih fokus menata dasinya.
Luke sudah menyelesaikan makannya tinggal sentuhan terakhir yaitu, minum susu.
Lingga tengah memakan sedikit lebih santai karena apapun keadaan makan tidak boleh terburu buru.
"Luke sudah selesai" ujar Luke menatap kearah Eric.
"Ini bekalnya masukkan kedalam tasnya dulu, jangan sampai lupa" ujar Eric memberikan wadah bekal dihadapan Luke.
Luke menerimanya dengan senyum tipis sangat tipis sampai membuat Eric sedikit menghangat karena Luke tersenyum hanya dengannya. Soalnya dia pernah lihat ketika Luke tengah bersama temannya wajahnya sangat sangat dingin. Apalagi temannya pecicilan sedangkan Luke anak yang dingin.
Luke menatap kearah lingga yang tengah meminum airnya "yaudah aku berangkat dulu" lingga menghampiri Eric. Sebelum ada kejadian dipagi hari, luke sudah memejamkan matanya terlebih dahulu, heyyy dia masih suci. Tidak mau ternodai walaupun dia berniat ingin membuang lingga kesungai Amazon. Ya gimana, orang yang mengawali saja lingga.
Eric memukul tangan lingga karena melihat Luke yang memejamkan matanya "anakmu masih suci, bodoh" lirihnya.
Lingga terkekeh "dia sudah jago".
"Apa maksutmu?" Tanyanya sambil melotot. "Dari tampangnya saja sudah terlihat".
Sepertinya lingga salah berbicara. "Akhhh iya iya bercanda bercanda" Eric menjewer telinga lingga.
"Luke ayo berangkat "
Suara itu membuat Luke membuka kelopak matanya. Turun dari kursi lalu berjalan menghampiri Eric. Mengecup pipi Eric dengan kaki menjinjit "Luke berangkat".
"Kalo disekolah yang rajin jangan nakal sama temennya yang baik sama temennya. Berbagi juga kalo temennya mau minta makan kamu" ujarnya sambil merapikan dasi sang anak yang sedikit memicing.
Luke sudah terbiasa mendengarkan ceramah dari Eric "iya".
"Hati hati"
Luke berlari menghampiri lingga yang tengah berjalan kearah luar.
Luke sekarang tengah menghela nafas panjang ketika tengah berdiri diatas lapangan dengan beralasan topi untuk melindungi wajahnya dari panas matahari.
Dia malas dengan seseorang setinggi tiang tengah menatapnya dengan intens. Sebenarnya itu anak kelas 2 yaitu seniornya karena dia masih kelas satu esde.
Masih esde cah
"Jangan menatapku" ujar Luke sedikit risih.
"Kau laki laki tapi kelihatan cantik" ujar orang itu, sebenarnya anak laki laki disampingnya memiliki sifat yang sama, dingin.
Cuma paling dia benci adalah dia sering mengejeknya. Ya kayak anak suka menjaili temannya namun dengan wajah datar. Ya ga pantes aja gitu, jail tapi wajahnya datar kan unik.
Banyak kalangan murid bilang dia termasuk anak nakal dengan tiga temannya. Tiga temannya itu cerewet gak kek anak laki laki itu. Nakal tapi cool.
Banyak sih anak kelas 5 atau 6 gitu banyak yang suka sama adik kelasnya karena tinggi,tampan seperti anak blesteran seperti dirinya, tapi nakal.
"Aku tampan"
"Tapi kau manis"
"Aku benci kau"
Laki laki itu tersenyum "kau membenci ku?"
"Hmm" Luke mengangguk kecil tanpa berniat menatap kearah anak laki laki itu.
"Kenapa?"
"Aku tampan" dia berfikir, mana ada laki laki cantik dan manis. Dia hanya percaya itu semua ketika menatap papahnya, karena papahnya memiliki wajah cantik dan manis apalagi tampan.
"No.no. kau manis"
"Aku tambah benci"
"Why do you hate?" Tanya laki laki itu.
Luke akhirnya menatap anak laki laki disampingnya walaupun dia harus sedikit mendongak karena memang tinggi mereka sedikit terganggu pemandangan yang tertutup topi.
"Aku tampan seperti Daddy bukan cantik seperti papah" ucapnya dengan tatapan tajam dan wajah datar.
Laki laki itu tersenyum evil "aku suka matamu" ucap anak laki laki itu.
Luke mendengus kesal lalu membuang ekspresi datar tadi "kuharap aku tidak akan bertemu lagi dengan kau"
"Tapi kita satu sekolahan "
"Aku tidak peduli "
"Haishhh aku akan memantau mu" ujar anak laki laki itu kembali fokus menatap kearah kepsek yang tengah berceramah ditempat teduh. Sangat tidak adil bukan?.
"Kau akan mati bila memantauku" ujar Luke dengan mulut sadisnya. Nirun Eric sadisnya.
"Aku tidak takut denganmu,dasar pendek" ujar anak laki laki itu dengan seringai mengejek.
Luke menatap dengan tatapan benci dan tak suka "kuharap kau benar benar mati dari bumi" dia melengoskan wajahnya.
Anak laki laki itu terkekeh kecil karena gemas dengan adik kelasnya. Dia sepertinya lupa dengan jati dirinya, berawal dingin dengan orang lain tanpa tertawa sekarang tengah memperlihatkan senyum tipis dan kekehan yang membuat teman yang berdiri dibelakangnya menatap aneh kearah anak laki laki itu.
"Kau kenapa?" Tanya temannya.
Anak laki laki itu kembali merubah wajahnya menjadi datar "kau tidak perlu tahu dasar kepo" ucapnya.
Temannya mendengus kesal "dasar batu".
"Ku patok mulutmu bila asal berbicara".
"Aku tak peduli".
"Aku tidak bercanda dengan omonganku".
"Iya iya maafkan aku"
"Hmmm".
Tbc
Bocah esde ngerti cinta monyet sejak dini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREMAN • BXB
Novela JuvenilPreman sekolah tertarik dengan ketua osis Disini diceritakan kalo pemeran dominannya lebih manja dari pada bottom nya