41. Bread🍞

1.1K 40 2
                                    

Dirumah sakit.....

Levi- Levi berada didalam rumah sakit sendiri tanpa teman atau ibunya yang berniat untuk datang menjenguk anaknya.

levi- anak pengusaha yang tidak memiliki ayah itu tengah merenung ketika dikabarkan kalo ibunya gabisa datang menjenguknya kerumah sakit. sedangkan kakak laki lakinya tidak berada disini. dia berada di Singapura untuk melanjutkan usaha yang dikembangkan olehnya sendiri dinegara orang.

levi- anak beruntung namun setengah tidak beruntung tengah menghela nafas bosan. bosan karena tidak ada yang harus ia bicarakan dengan seseorang karena dirinya hanya sendiri didalam ruangan ini.

mengharapkan seseorang yang ia cinta datang pun hanya sia sia. mengingat Luke seperti membenci dan ingin menghindarinya cukup tercetak jelas dari tampang datarnya.

sempat dibuat bahagia karena Luke mau menyelamatkan nyawanya. menunggunya sampai dia terlelap karena obat bius agar dia bisa beristirahat dengan tenang.

ketika dia membuka matanya setelah obat bius itu sudah menghabiskan efeknya. dia hanya mampu menghela nafas karena tidak bisa berkata kata lagi ketika kedua kelopak matanya tidak bisa menjelajahi tempat yang dimana bisa melacak keberadaan Luke yang menghilang dari pandangannya.

obat bius itu mampu menghilangkan seseorang yang tengah duduk didekatnya. sungguh membuatnya kecewa. dia kira dengan begitu Luke bakal sedikit luluh karena keadaannya. namun, harapannya hanya seuntil biji jagung.

mengharapkan es yang mencair percuma saja seperti dia mengharapkan ikan belajar berjalan dan duyung merubah ekornya menjadi rambutan. tidak akan pernah terwujud dengan ekspektasinya.

seperti ditujuan awal, Levi tidak bisa berbuat apa apa selain mengeluh bosan.bosan. dan bosan. hanya bisa mengucapkan bosan dari bibirnya yang berwarna merah pluffy.

"haishhhh bosan" ucapan itu lagi yang ia keluarkan tanpa bosan untuk mengucapkan bosan karena kebosanannya yang membuat dia mengucapkan bosan ditempat yang membosankan.

cukup bosan saja sampai membuat author ikut muak untuk membacanya.

ceklek

dengan kecepatan pistol adudu untuk melawan Boboiboy. dia menatap pintu yang terbuka. namun, mengharapkan seseorang hanya membuatnya terus merenung.

"waktunya makan siang" ucapan itu bisa sangat dikenali dan tak familiar untuk pasien rumah sakit dimana pun keberadaannya.

"sus"

"iya?"

perawat dengan wajah cantik seperti Noni Belanda membuat Levi cukup terkagum kagum dengan kecantikan dan kelentikan buku mata sang suster. bola mata berwarna coklat terang itu mampu membuat siapapun berkelamin laki laki seperti ditarik dalam casualnya.

namun, satu kata yang membuat Levi sadar. kalo dia itu seorang gay. sudah jelas dengan kebenarannya.

"gajadi" ucapan putus asa itu membuat sang perawat tersenyum manis.

"bila ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu bisa saja kamu ceritakan masalahmu kepadaku, agar beban pikiranmu terbuang tanpa sia sia" ujar sang perawat.

Levi hanya menghela nafas tanpa berminat untuk menjawab ucapan sang perawat yang tengah meletakkan menu makanan diatas nakas.

"aku pun tidak memaksa bila kamu keberatan untuk bercerita" ujar sang perawat hendak pamit pergi dari ruangan Levi.

Levi dapat menilai kebaikan dari sang perawat. karena sang perawat yang cantik keturunan bule ini sangatlah ramah dan baik. mengerti bagaimana perasaan seseorang ataupun masalah yang mengganggu pikirannya. tidak keberatan untuk menceritakan semua beban beban seseorang yang mudah dipingkul.

PREMAN • BXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang