40. mimpi yang sama

1.4K 47 2
                                    

sebelum ambulance tiba. Levi yang tadinya sudah tidak kuat menahan sakit diperutnya akhirnya jatuh pingsan dalam pelukan Luke. Luke jelas panik dong.

dan akhirnya, dengan tepat waktu ambulance tiba setelah 33 detik Levi jatuh pingsan.

dan kali ini, Luke tengah bersandar dikursi tunggu depan ruang IGD dengan wajah sangat tenang. dia masih menunggu sang dokter keluar.

setelah 1 jam lebih 3 menit sang dokter belum kunjung keluar. apa separah itu luka milik Levi? sampai membutuhkan waktu 1 jam lebih didalam ruang IGD?.

ceklek

suara itu membuat Luke langsung berdiri dan menghampiri seorang wanita dengan jas berwarna putih. dokter cantik bernama jema itu melepas maskernya.

"bagiamana keadaan teman saya dok?" tanyanya.

"saya sudah menanganinya dengan baik. temanmu itu memiliki luka cukup dalam dibagian perut samping kanannya dan mengeluarkan darah cukup banyak. beruntung sekali darah milik temanmu masih ada stok 1 kantong dirumah sakit ini dan dia sedang menjalani masa tidur mungkin nanti dia akan sadar secepatnya" jelasnya.

Luke mengerutkan keningnya "kenapa bisa menghabiskan darah sebanyak itu dok? dan sedalam apa luka diperutnya??" tanyanya.

"dia memiliki luka tusukan pisau yang dalam, dan juga dia sedikit terlambat mendapatkan pertolongan pertama. jadi dia harus kehilangan banyak darah dan membuat anak itu mengalami koma singkat" ujarnya.

"Kim singkat?"

"iya. mungkin hanya butuh setengah hari atau paling lama 2 hari" ujar dokter jema.

Luke mengangguk paham "terimakasih dok, saya boleh masuk tidak dok?" tanyanya.

dokter jema mengangguk Sambil tersenyum "sangat boleh. tapi jangan berbuat keributan"

"ah iya dok. terimakasih"

"sama sama, kalo begitu saya permisi dulu" ujarnya.


Luke membuka pintu ruang IGD lalu menutupnya. dan berjalan pelan menghampiri Levi yang tertidur lemah.

selang infus tertempel ditangan kirinya. dia duduk dibangku samping kasur Levi tidur.

dia menatap perut Levi "sedalam apa sih?" gumamnya.

srettt

dia menyibakkan selimutnya dan menaikkan baju yang dipakai Levi. menegak ludahnya.

plester mengelilingi perut kotak kotak milik Levi. "kenapa dia bisa ngebentuk ya" sepertinya Luke tidak salfok dengan plaster melingkari perut Levi tapi dia malah salfok sama yang lain.

Luke langsung menutup baju Levi dan menutupnya dengan selimut. agar pemuda ini tidur tidak dengan keadaan menggigil.

dia menghela nafas panjang karena ruangan cukup hening dan membosankan. dia cuma bisa natap wajah tenang Levi ketika tidur.




...





"kamu cuma punya dua pilihan"

"gw ga mau nurutin semua pilihan dari Lo"

"mati atau hidup?"

"bener bener kurang ajar, gw gamau ga Sudi gw milih dua duanya"

"atau saya yang memilihkan jalur hidup mu??"

"tak perlu repot repot "

"pilihlah "

"gw masih mau hidup, hidup bersama seseorang yang gw cintai"


"MAMAH" Levi terbangun dari mimpi buruknya.

Luke yang dari awal menatap wajah Levi yang tertidur akhirnya tersadar ketika Levi bangun dengan teriakan memanggil mamahnya, keringat berkecucuran dengan nafas tersengal senggal.

"mimpi buruk?" tanyanya dengan dingin.

Levi menoleh kearah samping, masih dengan wajah nampak gelisah. Luke mengerutkan keningnya.

"ada apa? mimpi apaan Lo?" tanyanya.

Levi mencoba menenangkan dirinya. lalu menggelengkan kepalanya. dia kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang rumah sakit.

luke menghela nafas pasrah namun masih enggan berpaling untuk menatap Levi.

"Lo mimpi apaan?" tanyanya, Luke juga kepo kalikkkk Sampek ngebuat Levi cemas begini.

Levi menatap kearah Luke "g-gaada cuma takut aja" ujarnya dengan suara serak khas orang sakit.

luke mengedikkan bahunya tak peduli lalu menyibukkan dirinya dengan cara bermain hp.

Levi kembali menatap langit-langit kamar rumah sakit. dia bener bener memimpikan hal yang sama seperti 3 bulan yang lalu. mimpi buruk dengan suara seseorang memberikannya dua pilihan antara hidup dan mati. datang dengan suara menggelegar didalam mimpinya membuatnya terus kekeuh untuk bertahan hidup dari pertanyaan bodoh itu. entah malaikat datang untuk menjemputnya atau memang ajal dia akan terbang keangkasa.

dia sudah memimpikannya sebanyak 2 kali. 3 bulan yang lalu dan 6 bulan yang lalu. dia memimpikannya sebanyak 3 kali. dia terus teringat dan tidak bisa untuk bernafas lega. lengah dikit pertanyaannya menuju akhirat.

Luke sesekali melirik kearah Levi. nafas pemuda itu masih sedikit tersenggal senggal. namun, matanya masih fokus menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

Luke penasaran sebenarnya apa yang dimimpikan sipemuda lebih tua darinya itu sampai membuat Levi terdiam melamun. tapi, dia harus terlihat seperti orang tidak peduli.








tbc

PREMAN • BXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang