Unspoken connections

117 25 11
                                    

Suatu hari, Arga dipanggil oleh atasannya ke ruang kerja. Dengan raut wajah serius, atasannya menginstruksikan Arga untuk bekerja sama dengan Alana dalam menyelesaikan kasus hukum yang penting

"Alana sangat berpengalaman dalam kasus ini, dan aku yakin kalian bisa melakukannya dengan baik bersama," kata atasannya

Arga merasa campur aduk. Senang bisa bekerja sama dengan Alana, tetapi di sisi lain, ketakutannya untuk membahas hal-hal di luar pekerjaan membuatnya cemas. Ia teringat kata-kata Brian tentang bagaimana Alana masih berproses setelah putus dari Chandra

Ketika mereka mulai bekerja, suasana di ruang kantor terasa fokus dan kaku. Alana membuka berkas dan menjelaskan poin-poin penting dari kasus tersebut, sementara Arga mencatat dan memberikan masukan yang diperlukan

"Ini adalah strategi yang perlu kita gunakan," kata Alana, menunjuk pada diagram yang telah ia buat. "Kita harus mengedepankan bukti-bukti yang kuat untuk memperkuat posisi klien."

"Setuju," jawab Arga, berusaha keras untuk tetap fokus pada pekerjaan dan tidak membahas hal lain. "Kita juga bisa menyiapkan beberapa argumen tambahan untuk sidang nanti."

Kasus yang mereka tangani berkaitan dengan sengketa warisan yang melibatkan beberapa pihak. Alana, yang memang sangat berbakat di bidang hukum perdata, memimpin diskusi dengan percaya diri. Dia menjelaskan rincian kasus tersebut, menguraikan berbagai aspek yang harus diperhatikan

Di tengah penjelasan Alana tentang kasus hukum warisan yang mereka tangani, Arga tampak mendengarkan dengan serius. Namun, ketika Alana mengusulkan pendekatan tertentu, Arga mengajukan argumen yang berbeda

"Kita seharusnya fokus pada bukti legalitas dokumen yang dipertanyakan, bukan mempersoalkan motivasi para ahli warisnya," kata Arga dengan tegas

Alana tersenyum tipis, merasa tertantang. "Justru di situlah letak inti kasus ini. Motivasi mereka bisa menjadi kunci untuk membongkar kebohongan yang tersembunyi."

Melihat Arga yang masih ragu, Alana menatap Arga dengan keyakinan. "Baiklah, mari kita lihat dari sisi lain. Dalam kasus warisan ini, setiap ahli waris memiliki latar belakang yang kompleks. Jika kita hanya fokus pada legalitas dokumen, kita mungkin akan melewatkan hal-hal penting yang bisa mengubah sudut pandang kita tentang kasus ini."

Dia melanjutkan, "Misalnya, jika kita memahami hubungan antara para ahli waris dan almarhum, kita bisa melihat potensi konflik kepentingan yang mungkin memengaruhi keputusan mereka. Ini bukan sekadar soal dokumen; ini soal orang-orang di balik dokumen tersebut."

Arga terdiam sejenak, mempertimbangkan argumen Alana. "Tapi jika kita terjebak dalam drama pribadi mereka, kita bisa kehilangan arah dalam mengumpulkan bukti yang jelas."

"Justru itu yang ingin aku hindari," jawab Alana, tetap tenang. "Dengan memahami motivasi mereka, kita bisa menemukan bukti yang lebih kuat dan mungkin bahkan memprediksi langkah-langkah mereka selanjutnya. Kita perlu menyelami lebih dalam, bukan sekadar melihat permukaan."

Arga merasa terkesan, meskipun dia ingin tetap skeptis. Keberanian dan kecerdasan Alana membuatnya semakin tertarik. Meskipun perdebatan ini membuat ketegangan di antara mereka, dia menyadari bahwa ketegangan itu justru menambah daya tarik Alana di matanya

Seiring mereka bekerja sama, Arga merasakan adanya chemistry yang mulai terbentuk di antara mereka, meski ia tetap berusaha menjaga fokus pada pekerjaan. Setiap kali Alana menjelaskan sesuatu dengan penuh semangat, Arga semakin terpesona oleh dedikasinya

Namun, ia tetap ingat untuk tidak membahas hal-hal pribadi, menghormati ruang yang Alana butuhkan setelah hubungannya dengan Chandra. Bekerja sama dalam kasus ini menjadi cara bagi Arga untuk mendukung Alana, meskipun dalam batasan profesional

WijayakusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang