Keesokan harinya, suasana terasa sedikit berbeda. Arga dan Alana berangkat bersama ke kantor, keduanya merasa lebih dekat dari sebelumnya. Saat mereka berjalan menuju lift di lobi kantor, suasana tenang dan nyaman di antara mereka
Ketika pintu lift terbuka, mereka melihat Brian sudah berada di dalam, dengan senyum jahil yang tak bisa disembunyikan. Ia melirik keduanya sejenak sebelum berkata, "Wah, wah... kalian berdua pagi-pagi sudah barengan. Ada yang mau dijelasin, nggak?"
Alana tersipu, sementara Arga mencoba tetap tenang. "Nggak ada yang perlu dijelasin, Brian," jawab Arga santai, tapi jelas ada kilatan kebahagiaan di matanya
Brian tertawa kecil, memandang mereka berdua bergantian. "Yakin? Soalnya auranya beda nih. Jangan-jangan ada yang nggak mau ngaku."
Alana hanya tersenyum tipis, merasa lega meski ada sedikit kecanggungan. Brian, yang biasanya banyak bicara, tampak memperhatikan lebih dari biasanya, tapi ia juga tahu kapan harus mundur
"Baiklah, gue nggak akan interogasi lebih jauh," katanya sambil menahan tawa, "tapi gue senang lihat kalian berdua."
Pintu lift terbuka di lantai mereka, dan Brian keluar lebih dulu, meninggalkan Arga dan Alana saling tersenyum. Ada kesan ringan di antara mereka, dan meski Brian terus menggoda, itu hanya memperkuat ikatan yang baru saja mereka mulai bangun
Begitu memasuki ruangan, suasana terasa aneh. Arga dan Alana merasakan tatapan-tatapan sinis serta bisik-bisik dari rekan kerja mereka. Beberapa orang bahkan tampak memandang Alana dengan sorot kasihan. Arga mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres, sementara Alana mencoba tetap tenang meski wajahnya tampak tegang
Brian, yang juga menyadari keganjilan itu, mendekati salah satu karyawan yang tampak terlibat dalam bisik-bisik. Dengan cepat, Brian bertanya, "Ada apa sih? Kenapa semua orang kelihatan aneh?"
Karyawan tersebut sedikit ragu, tetapi akhirnya menjawab, "Chandra... dia membagikan video ke groupchat kantor. Video yang... ya, sangat pribadi tentang Alana."
Brian terdiam, wajahnya berubah tegang. "Apa? Video apa?" tanyanya dengan nada serius
Karyawan itu terlihat tidak nyaman, tapi menjawab, "Video yang nggak pantas. Kita semua dapat di group, tapi banyak yang langsung keluar. Sekarang orang-orang masih ngomongin itu."
Arga mendengar percakapan itu dan langsung merasakan amarah membuncah di dadanya. Matanya beralih ke Alana yang masih mencoba berpura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jelas sekali ia tidak tahu tentang video itu, dan rasa takut mulai tampak di wajahnya ketika Brian mendekatinya dengan raut wajah khawatir
"Alana..." Brian berusaha memilih kata-kata yang tepat. "Chandra... dia membagikan sesuatu. Sesuatu yang seharusnya tidak ada yang lihat."
Mendengar itu, tubuh Alana seketika kaku. Matanya melebar, wajahnya pucat. "Apa?" bisiknya dengan suara bergetar, tangannya gemetar di sisinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Wijayakusuma
RomansaAlana menyimpan sisi gelap yang tersembunyi jauh di dalam dirinya, sebuah rahasia yang tak ingin dibagikan kepada siapapun, bahkan Arga. Setiap malam, saat lampu kamar padam dan kesunyian menyelimuti, kenangan pahit dari hubungannya dengan Chandra m...