Sidang kedua dan putusan pengadilan akhirnya tiba. Alana duduk dengan tenang di ruang sidang, meskipun di dalam dirinya ada campuran antara kegugupan dan harapan. Selama ini, ia sudah bekerja keras untuk memastikan keadilan bagi korban, dan hari ini adalah saatnya melihat hasil dari usahanya. Di sisi lain, Arga duduk di antara pengunjung, memberikan dukungan tanpa henti dengan tatapan penuh semangat
Hakim akhirnya memberikan putusannya. Meskipun pelaku tidak mendapatkan hukuman terberat yang Alana harapkan, keputusan yang diambil tetap cukup memberikan keadilan bagi korban. Hukuman yang diberikan memang tidak maksimal, namun setidaknya memberi dampak bagi sang pelaku, dan lebih penting lagi, mengurangi beban korban yang kini bisa merasa sedikit lebih aman
Setelah sidang usai, Alana keluar dari ruang sidang dengan wajah yang menunjukkan rasa lega meski sedikit kelelahan. Arga mendekatinya, memberi tepukan lembut di bahunya. "Kamu sudah melakukan hal yang luar biasa, Alana," katanya dengan senyum yang menenangkan
Alana menghela napas panjang, kemudian tersenyum. "Aku berharap bisa lebih banyak lagi untuk Nisa, tapi setidaknya ini adalah langkah awal," ucapnya dengan nada tenang namun penuh tekad
"Dan langkah ini sangat berarti, baik untuk Nisa maupun untukmu," Arga menambahkan, suaranya penuh keyakinan. Ia tahu betapa berat perjuangan Alana dalam menghadapi kasus ini, baik dari segi profesional maupun emosional, dan melihat Alana berdiri tegak di sini hari ini adalah sesuatu yang membuatnya sangat bangga
Saat mereka berjalan keluar gedung pengadilan, Nisa, korban dalam kasus ini, menghampiri Alana dengan mata yang berbinar penuh terima kasih. "Terima kasih banyak, Mbak Alana," ucapnya pelan. "Meskipun aku tahu masih ada jalan panjang, apa yang Mbak lakukan hari ini benar-benar meringankan beban saya."
Alana tersenyum, matanya sedikit berkaca-kaca. Ia menggenggam tangan Nisa dengan hangat. "Jangan khawatir, kamu sudah melakukan yang terbaik. Dan kalau kamu butuh sesuatu, aku akan selalu ada untuk membantu."
Arga yang berdiri di samping Alana, merasa bangga pada wanita di sampingnya. Keberanian dan ketulusan Alana dalam memperjuangkan keadilan bagi orang lain adalah salah satu hal yang membuatnya jatuh cinta lebih dalam
"Bagaimana kalau kita merayakannya?" Arga menyarankan dengan nada riang saat mereka berjalan menuju mobil. "Aku tahu satu tempat yang menyediakan makanan yang enak. Setelah hari ini, kita layak mendapatkannya."
Alana tertawa kecil, merasa beban yang ia rasakan sedikit demi sedikit mulai terangkat. "Ide bagus, Arga."
Saat mereka duduk di restoran, Alana mencoba menenangkan dirinya, meskipun ada rasa cemas yang mengintip di balik senyumnya. Arga dengan penuh perhatian memesan hidangan favorit mereka berdua, dan ketika makanan itu datang, ia menatap Alana dengan senyum penuh harapan
Namun saat piring makanan itu diletakkan di depan mereka, Alana merasakan gelombang mual menyerang. Aromanya, yang biasanya ia sukai, kini justru membuatnya merasa tak nyaman. Matanya menatap makanan itu, dan sensasi cemas yang tiba-tiba menyergapnya semakin tak bisa ia kendalikan. Alana berusaha keras menutupi perasaannya, mencoba tersenyum pada Arga, namun senyum itu tampak goyah
KAMU SEDANG MEMBACA
Wijayakusuma
RomanceAlana menyimpan sisi gelap yang tersembunyi jauh di dalam dirinya, sebuah rahasia yang tak ingin dibagikan kepada siapapun, bahkan Arga. Setiap malam, saat lampu kamar padam dan kesunyian menyelimuti, kenangan pahit dari hubungannya dengan Chandra m...