The game of promises

87 18 10
                                    

Suatu hari, saat Alana bersiap untuk bermain tenis, Arga muncul dengan ekspresi penuh semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suatu hari, saat Alana bersiap untuk bermain tenis, Arga muncul dengan ekspresi penuh semangat. "Hei, Alana! Bagaimana kalau kita bertanding hari ini?" tawarnya dengan nada menggoda

Alana mengangkat alisnya, terlihat tertarik. "Tanding? Kami yakin bisa mengikutiku?"

Arga tersenyum lebar. "Ayo kita buat lebih menarik. Jika kau menang, aku akan menuruti keinginanmu. Tapi jika aku menang, kau harus melakukan hal yang sama untukku."

Alana terlihat berpikir sejenak, lalu tertawa. "Hmm, itu taruhan yang menarik. Baiklah, aku setuju! Apa yang kamu inginkan kalau menang?" tanyanya, menantang

"Rahasia. Nanti aku beritahu saat aku menang," jawab Arga, bersemangat

"Baiklah.. Kalau aku menang, aku ingin kamu membantuku menyelesaikan laporan kasus," balas Alana, dengan mata berkilau penuh tantangan

"Siap! Kita lihat siapa yang keluar sebagai pemenang," kata Arga, merasa adrenalin meningkat

Mereka berdua mengambil posisi di lapangan, bersiap untuk bertanding. Alana, dengan percaya diri dan keterampilan, dan Arga, bertekad untuk memberikan yang terbaik. Pertandingan dimulai, dan suasana semakin memanas, dengan keduanya berusaha sekuat tenaga untuk meraih kemenangan

Pertandingan berlangsung dengan sengit, masing-masing saling memberikan yang terbaik. Setiap pukulan penuh strategi dan ketegangan. Namun, tak disangka, Arga berhasil meraih kemenangan yang mengejutkan

Dengan napas terengah-engah, Arga tidak bisa menyembunyikan senyum kemenangannya. "Aku menang!" teriaknya, penuh euforia

Alana tertawa, meski sedikit kecewa. "Baiklah, aku mengaku kalah. Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan nada ringan

Arga menatapnya dengan semangat. "Aku ingin kita berkencan besok malam," ujarnya, berusaha terdengar percaya diri

Alana terdiam sejenak, tampak terkejut oleh permintaan itu. Namun, senyum di wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak keberatan. "Kencan? Hmm, itu menarik. Baiklah, aku setuju," jawabnya, mengangguk

"Bagus! Aku akan merencanakan sesuatu yang spesial," kata Arga, merasa bersemangat.

Setelah pertandingan, mereka berdua pergi ke kafe terdekat untuk bersantai, membahas pertandingan, dan merencanakan kencan mereka. Arga merasa ada sesuatu yang berbeda di antara mereka, dan dia sangat menantikan malam itu

Saat Arga dan Brian duduk di smoking area, Arga tidak bisa menahan diri untuk membagikan rencananya. "Bri, aku akan berkencan dengan Alana nanti malam"

Brian melirik dengan antusias. "Serius? Kok bisa?"

"Ya, kemarin aku mengalahkannya bermain tenis, dan sebagai taruhannya, aku mengajaknya berkencan malam ini!" kata Arga, wajahnya bersinar dengan kebanggaan

Brian tersenyum lebar. "Bisa aja lo modusnya. Nanti malam kalian mau ke mana?"

Arga menghela napas, berpikir sejenak. "Aku berpikir untuk mengajaknya makan malam di restoran favoritku. Setelah itu, mungkin kita bisa jalan-jalan di taman atau melihat pertunjukan musik yang sedang berlangsung."

WijayakusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang