What is the justice for?

39 1 0
                                    

Di tengah keramaian supermarket, Arga dan Alana berjalan menyusuri lorong-lorong yang penuh dengan barang-barang kebutuhan. Suasana yang seharusnya ceria itu terasa sedikit hampa bagi Alana, yang masih berjuang menghadapi rasa sakitnya. Arga berusaha membuat Alana tersenyum dengan menggodanya memilih camilan favoritnya

Saat Arga sedang memilih beberapa snack, teleponnya berdering. Dia melihat nama di layar dan langsung menjawabnya. "Halo?"

Suara di ujung telepon adalah petugas kepolisian. "Selamat siang, Pak Arga. Kami ingin memberitahukan bahwa kami telah berhasil menangkap saudara Chandra Pramudya. Dia kini dalam tahanan."

Arga merasa sedikit lega mendengar kabar itu, namun saat dia menoleh dan melihat ekspresi Alana, semuanya berubah. Alana terdiam, matanya membelalak, seolah dunia di sekelilingnya berhenti berputar. Dia duduk di tepi keranjang belanja, wajahnya pucat dan tidak mampu bergerak

"Alana?" Arga langsung mengakhiri panggilannya dan bergegas mendekati Alana. "Kamu kenapa?"

Alana menunduk, air matanya mulai mengalir di pipi. "Dia... dia ditangkap?" suaranya bergetar, penuh kebingungan dan ketakutan

"Ya, sayang. Dia sudah ditangkap. Ini adalah kabar baik," Arga mencoba meyakinkannya, meskipun hatinya juga berdebar melihat Alana dalam keadaan seperti itu

"Tapi...," Alana menggigit bibirnya, "aku... aku tidak siap. Dia di sini, di depan mataku, aku..." Suaranya semakin melemah, seperti terjebak dalam labirin ketakutan yang mendalam

Arga menekankan lututnya di samping Alana, mencoba menciptakan jarak yang nyaman. "Aku di sini, Alana. Kau tidak sendirian. Kita akan melewati ini bersama-sama. Tidak ada yang akan menyakitimu lagi. Mereka akan menangani semuanya."

Namun Alana tampaknya tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Arga. Dia terdiam, matanya kosong. Pikiran-pikiran negatif mulai menghantuinya, dan rasa ketakutan yang menyelimutinya semakin dalam

"Alana, lihat aku," Arga menggenggam tangannya, memaksa agar dia melihatnya. "Aku akan selalu ada untukmu. Jangan biarkan ketakutan itu menguasaimu. Ingat, kita telah melalui banyak hal bersama. Kita bisa menghadapi ini juga."

***

Sidang pertama berlangsung di ruang pengadilan yang dipenuhi suasana tegang. Alana duduk di kursi saksi, mengenakan pakaian formal yang terlihat rapi namun membuatnya merasa sedikit tidak nyaman. Di
sampingnya, Arga duduk dengan tenang, menatapnya dengan penuh dukungan. Dia tahu betapa sulitnya bagi Alana untuk menghadapi momen ini

Hakim mengetuk palu, meminta semua orang untuk tenang. "Kami hadir di sini untuk mendengar
kesaksian dari saksi utama dalam kasus ini" katanya dengan suara yang tegas. "Silakan, saksi."

Alana menghela napas dalam-dalam dan berdiri. Langkahnya terasa berat saat dia mendekati kursi saksi, tetapi dia tahu bahwa ini adalah langkah
penting untuk menuntut keadilan. Arga mengangguk memberinya semangat

"Nama dan profesi Anda?" tanya hakim.

"Alana Khaisa," jawabnya pelan. "Saya seorang pengacara."

Hakim mengangguk. "Ceritakan kepada kami apa yang terjadi pada Anda."

Dengan suara yang bergetar, Alana mulai menceritakan kejadian-kejadian itu. "Beberapa minggu yang lalu, saya diserang oleh Chandra," katanya, mengingat kembali malam yang penuh ketakutan. "Dia... dia memukuli saya dan... memperkosa saya."

WijayakusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang