Arga

42 4 0
                                    

Saat Alana terlelap dalam tidurnya yang lelap dan penuh rasa sakit, suasana di ruangan rumah sakit tampak hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat Alana terlelap dalam tidurnya yang lelap dan penuh rasa sakit, suasana di ruangan rumah sakit tampak hening. Hanya suara detak mesin yang monoton dan suara napasnya yang terdengar. Namun, di balik semua itu, Arga duduk di samping tempat tidurnya, memegang tangan Alana dengan erat

Tapi, rasa cemas dan khawatir menggerogoti hati Arga. Tanpa disadari, air mata mengalir di pipinya. Ia merasa tak berdaya melihat Alana dalam keadaan seperti ini. Kenangan-kenangan indah dan perjuangan mereka membanjiri pikirannya. Ia merasa bersalah karena tidak bisa melindunginya dari semua ini, terutama dari Chandra yang telah menambah beban emosional Alana

Tanpa sadar, Alana mulai merasakan kehadiran Arga. Dia terbangun perlahan, merasakan genggaman tangan Arga yang kuat namun penuh kelembutan. Saat matanya terbuka, ia melihat Arga duduk di sampingnya, wajahnya basah oleh air mata

"Arga?" suara Alana lirih, tetapi cukup untuk menarik perhatian Arga

Arga tersentak, cepat menghapus air matanya dan berusaha tersenyum meski hatinya masih penuh rasa sakit. "Kamu bangun," ucapnya, berusaha menguatkan nada suaranya. "Maaf, aku... aku tidak bermaksud membuatmu khawatir."

Alana menatap Arga dengan penuh kekhawatiran. "Kenapa kamu menangis?" tanyanya, suara lembutnya hampir tak terdengar

Arga menggenggam tangan Alana lebih erat, berusaha menahan perasaannya. "Aku hanya merasa... sangat khawatir tentangmu," jawabnya dengan tulus. "Melihatmu seperti ini... rasanya menyakitkan."

Alana tersenyum lembut dan menarik tangannya, "Come here, i'll hug you"

Tanpa berpikir panjang, Arga memeluk Alana dengan lembut, berhati-hati agar tidak mengganggu selang dan alat medis yang menempel di tubuhnya. "Aku mencintaimu, Alana. Aku mencintaimu lebih dari yang bisa aku ungkapkan," bisiknya, suaranya penuh dengan ketulusan dan ketakutan

Alana merasakan kehangatan tubuh Arga yang melindunginya, dan pelukan itu memberi rasa aman yang sangat ia butuhkan. "Arga..." suaranya bergetar, penuh emosi. "Aku juga mencintaimu. Tapi aku merasa diriku tidak layak menerima semua ini. Semua yang terjadi... itu semua salahku."

"Nggak!" Arga menyela, mengangkat sedikit kepalanya untuk menatap wajah Alana. "Ini bukan salahmu. Apa pun yang terjadi dengan Chandra, itu bukan kesalahanmu. Kamu adalah orang yang kuat dan berharga. Jangan pernah meragukannya."

Air mata mulai mengalir di pipi Alana, dan ia tidak bisa menahan rasa harunya. "Kamu selalu ada untukku. Aku merasa sangat beruntung memilikimu," katanya, jujur

Arga mengusap air mata Alana dengan lembut, merasakan hatinya semakin hangat. "Kita akan melewati ini bersama. Tidak peduli seberapa sulitnya, aku akan tetap di sampingmu. Kita akan mencari cara agar kamu sembuh. Kita akan mendapatkan kembali dirimu yang dulu."

***

Setelah seminggu dirawat di rumah sakit, Alana akhirnya diperbolehkan pulang dan melanjutkan terapinya di rumah. Kondisinya masih lemah, namun dengan terapi yang berlanjut serta dukungan dari Arga, dia perlahan-lahan kembali ke kesehariannya. Arga kini tinggal bersama Alana, mengurus segala kebutuhannya dan memberikan perhatian penuh

WijayakusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang