Inevitability

50 2 0
                                    

Ketika Arga mendapat kabar bahwa ia harus berdinas di luar kota untuk beberapa waktu, ia merasa sedikit berat hati karena harus meninggalkan Alana. Namun, ia tak punya pilihan selain memenuhi tugasnya. Alana, yang mendengar kabar itu, berusaha tetap tenang dan mendukung sepenuhnya. Ia bahkan menawarkan diri untuk membantu menyiapkan segala keperluan Arga

Alana mulai mengemas koper Arga, memilih baju-baju yang nyaman dan rapi untuk dinasnya. Ia dengan teliti memastikan semuanya ada—dari pakaian kerja hingga pakaian santai, perlengkapan mandi, dan dokumen-dokumen penting. Arga hanya bisa duduk di tepi tempat tidur sambil memandang Alana yang terlihat begitu serius menyiapkan segalanya

"Kamu nggak harus repot-repot, sayang," kata Arga, suaranya lembut. "Aku bisa siapkan sendiri kok."

Alana tersenyum kecil, sambil memasukkan beberapa kemeja ke dalam koper. "Aku tahu. Tapi aku ingin melakukan ini untukmu. Anggap saja ini sebagai tanda sayangku."

Arga berdiri dan menghampiri Alana, menangkup wajahnya dengan kedua tangan, lalu mengecup keningnya

"Aku sangat beruntung punya kamu," katanya dengan tulus

Alana hanya tersenyum. Setelah semuanya siap, Alana memasukkan cemilan kecil kesukaan Arga ke dalam tas tangan yang akan dibawanya

"Ini buat jaga-jaga kalau kamu lapar di jalan," katanya sambil menutup resleting tas

Saat keberangkatan tiba, Alana mengantar Arga sampai ke depan pintu apartemen. Mereka saling berpelukan erat sebelum Arga pergi. Arga mengecup kening Alana sekali lagi, lebih lama kali ini, seolah ingin menyimpan momen itu selama mungkin

"Sayang, aku janji tidak akan lama, hanya beberapa hari saja," ujar Arga sambil melirik Alana, mencoba memberikan senyuman untuk menghiburnya

Alana memaksakan senyum. "Aku tahu... aku hanya... merasa sedikit kesepian nanti."

Alana akhirnya mengakui perasaannya, tatapannya jatuh ke lantai. Ia tidak suka menunjukkan kelemahannya, tetapi perasaan kesendirian setelah apa yang terjadi akhir-akhir ini membuatnya sedikit takut

Arga meletakkan barang-barangnya sejenak dan mendekati Alana. Ia berlutut di depan kekasihnya, memegang kedua tangannya dengan erat

"Aku akan selalu di sini buat kamu, meskipun tidak secara fisik. Kamu bisa menelepon atau mengirim pesan kapan saja. Dan ingat, ini tidak lama. Aku akan segera kembali."

"Aku akan baik-baik saja," Alana akhirnya berkata dengan nada lebih meyakinkan. "Kamu juga harus jaga diri di sana."

Setelah semua barang siap, Arga meraih tasnya dan berdiri. Sebelum pergi, ia memeluk Alana erat, sangat erat seakan ia ingin meninggalkan sepotong dari dirinya di sana agar Alana tidak merasa sendiri

"Aku cinta kamu," bisiknya sebelum melepaskan pelukan itu

"Aku juga cinta kamu," balas Alana dengan lirih. Ia berdiri di pintu, melihat Arga berjalan menjauh dan masuk ke lift. Hatinya merasa kosong sejenak, tapi ia tahu bahwa ini bukanlah perpisahan yang panjang

Sesampainya di luar kota, Arga langsung mencari waktu untuk menelepon Alana melalui video call. Ia tahu Alana mungkin merasa sedikit cemas dan kesepian, dan ia ingin memastikan bahwa dirinya tetap ada untuk Alana, meskipun dari jauh

 Ia tahu Alana mungkin merasa sedikit cemas dan kesepian, dan ia ingin memastikan bahwa dirinya tetap ada untuk Alana, meskipun dari jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WijayakusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang