________
Jes memarkir mobilnya di tempat biasa, di sudut, tertutup bayang-bayang sebuah pohon besar yang teduh, matanya menatap ke arah bangunan asrama tua itu. Tempat yang sangat dihapalnya dan mungkin merupakan satu-satunya tempat yang paling sering dikunjunginya secara berkala.
Lalu Bible melangkah keluar di sana, Jes melihat jam-nya, selalu tepat jam sembilan dihari minggu, Bible akan pergi berbelanja kebutuhan asrama ke pasar, lelaki itu tampak ceria, sehat dan bahagia. Syukurlah. Jes mendesah dalam hati.
Matanya mengikuti Bible dengan waspada ketika lelaki itu berdiri di pinggir jalan menunggu angkutan untuk mengantarkannya ke pasar, dan Jes mengernyit tidak suka ketika angkutan yang penuh sesak berhenti di depan Bible dan lelaki itu masuk kedalamnya.
Dia tidak boleh naik angkutan lagi. Putusnya dalam hati, Jes harus mengusahakan sesuatu. Setelah yakin bahwa Bible sudah benar-benar pergi, Jes mengangkat ponselnya.
"Saya sudah menunggu disini," gumamnya tenang.
Tak lama kemudian, sosok ibu Farah keluar dengan hati-hati dari asrama, dan melangkah ke tempat parkir Jes yang biasa. Dengan sopan, Jes membukakan pintu dan ibu asrama melangkah masuk.
"Dia sangat senang karena diterima di perusahaan itu." Ibu Farah memulai percakapan sambil tersenyum.
Mau tak mau Jes tersenyum, membayangkan Bible bahagia sudah cukup membuatnya tak bisa menahan senyum lebarnya.
"Saya senang, apakah dia merasa curiga? Apakah dia membicarakannya?" Jes menatap ibu Farah dengan sopan. Wanita di depannya ini adalah mantan asisten ibunya yang sudah pensiun dan kemudian karena tidak mempunyai sanak keluarga, mengajukan diri untuk menunggui asrama putra tersebut.
Asrama ini sebenarnya adalah salah satu dari asrama milik yayasan sosial yang dikelola oleh ibu Jes, dan ketika ibu Jes menceritakan semua rencana Jes, ibu Farah menawarkan diri dengan senang hati untuk membantu. Dan Jes sangat menghormati wanita ini, hampir seperti dia menghormati ibunya sendiri.
"Dia sempat curiga." Ibu Farah tersenyum melihat kecemasan di mata Jes.
"Tapi saya sudah berusaha menghilangkan kecurigaannya itu, lagipula nilai-nilai ijazahnya memang sangat bagus jadi tidak menutup kemungkinan perusahaan-perusahaan besar bersaing memperebutkannya."
Jes menjalankan mobilnya keluar dari parkirnya di bawah pohon besar itu dengan tenang, mengarahkan mobilnya menuju rumahnya, karena setiap minggu, ibu Farah akan berkunjung ke rumahnya untuk bertemu dengan mamanya, setiap minggu itulah Jes akan memanfaatkan waktu itu untuk mengevaluasi dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari ibu Farah tentang Bible.
"Mungkin memang saya terlalu berlebihan, seharusnya saya menempatkannya sebagai staff biasa dulu, tapi saya tidak tahan, saya lelah melihatnya secara sembunyi-sembunyi seperti ini, saya ingin bisa berinteraksi langsung dengannya."
"Saya mengerti", Ibu Farah tersenyum penuh kelembutan.
"Tetapi tidak adakah ketakutan di hati anda kalau nanti lama-kelamaan Bible akan menyadari siapa anda sebenarnya?"
Pandangan Jes menerawang ke depan.
"Saya tidak tahu, saya menganggap ini semua seperti pertaruhan yang melibatkan hidup dan mati saya, anda tahu kan betapa saya sangat menginginkan pertemuan ini, bisa bertatapan langsung dengan Bible, bisa berbicara langsung, saya sangat menginginkan pertemuan ini, sekaligus takut. Sebab jika Bible sampai mengenali saya, maka selesailah sudah semuanya."
Dengan penuh rasa keibuan, Ibu Farah mengamati sosok disampingnya itu. Jes sedang berkonsentrasi menyetir, pandangannya lurus ke depan dan tidak menyadari kalau diamati. Ibu Farah sudah mengenal Jes sejak lama, karena dia sudah menjadi asisten ibunya sejak Jes masih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero || JesBible ✔️
FanfictionJespipat Tilapornputt X Bible Wichapas Sumettikul . . Remake from novel "Unforgiven Hero" karya Shanty Agatha. . . 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠: Boyslove, M-Preg, Angst, if you don't like this pair, it's better you not to read it. Presented by @sebirulaut_