"Apa kabarmu?" Jes langsung bertanya begitu mendengar suara Pansa menyahut teleponnya.
Suara diseberang sana terdengar mendengus kasar, "Oh. Hai Kak, tak kusangka kau masih ingat menelepon adikmu yang kau biarkan terjebak dengan seekor ular di sebuah pulau terpencil."
Jes tertawa mendengar nada sarkatis di suara Pansa,
"Mendengar suaramu, aku berkesimpulan kalau kau baik-baik saja."
"Aku baik-baik saja, hanya sedang bosan setengah mati."
"Bagaimana dengan Jane?"
Pansa mendesah, "Jane baik-baik saja. Dia sudah hampir sembuh dan sangat menyebalkan, kami saling membenci satu sama lain dan tidak tahan seruangan, kurasa itu juga yang memberi motiviasi kepadanya untuk sembuh lebih cepat. Dia akan pulang lusa. Aku juga."
Jes mengerutkan keningnya, "Menurutmu apakah dia punya rencana untuk mengganggu lagi?"
"Siapa yang bisa tahu apa yang ada di balik kepala cantiknya itu." Pansa tertawa.
"Kau harus waspada Jes. Dia sepertinya menyerah sekarang. Aku berusaha menunjukkan kepadanya bahwa dia sama sekali tidak punya harapan."
"Yah semoga dia melangkah mundur. Aku sudah terlalu sibuk untuk direpotkan dengannya."
Jes mengehela napas dalam-dalam, "Aku akan mengungkapkan semua kepada Bible."
"Kau yakin?" suara Pansa merendah.
"Menurutmu Bible akan mengerti?"
"Aku tidak tahu." Jes mendesah.
"Tetapi dia mencintaiku. Dan tidak adil kalau aku terus merahasiakan kenyataan ini dari dirinya. Lagipula aku takut kalau suatu waktu dia mendengar kenyataan itu dari orang lain. Kepercayaannya padaku akan hancur total kalau itu terjadi."
Pansa terdiam, tidak bisa membantah kebenaran yang ada di dalam kata-kata Jes. Memang benar. Rahasia tidak akan bisa selamanya tersimpan. Lagipula paling baik kalau Bible mendengarnya langsung dari Jes daripada dia mendengarnya dari orang lain lalu merasa bahwa Jes telah membohongi dan menipunya selama ini.
"Kapan kau akan mengatakannya?"
"Dalam waktu dekat." Jes mengerang dan mengacak rambutnya frustrasi.
"Kurasa aku harus menyiapkan diri dan keberanian dulu, dan menunggu waktu yang tepat."
"Semoga semuanya lancar kak." Pansa ikut merasakan kegelisahan Jes, "Kabari aku ya."
"Pasti. Doakan aku Milky."
"Pasti. Aku menyayangimu kak."
"Aku juga Milky."
Telepon ditutup. Menyisakan kegelisahan di dalam diri Jes, Kegelisahan yang mulai melingkupinya, bercampur dengan ketakutannya. Takut Bible akan meninggalkannya.
___________
Jeff mengawasi rumah Jes dari kejauhan, dan mengetahui bahwa setiap hari Jes berangkat kerja dan Bible dirumah bersama para pelayan. Dia tidak bisa bertamu begitu saja ke rumah Jes. Para pelayan itu mungkin ada yang menjadi mata-mata Jes yang mengawasi dan langsung melaporkan kalau Jeff datang ke sana, dan Jes akan langsung pulang dan menggagalkan semuanya.
Jeff harus bertindak hati-hati, dia harus menggiring Bible supaya berada di luar rumah dan bertemu dengannya, ditempat mereka tidak akan diganggu, di tempat di mana dia bisa leluasa membeberkan semua rahasia busuk Jes Jespipat. Dan setelah itu Bible pasti akan sangat membenci Jes.
Jeff tersenyum, menikmati saat-saat kemenangannya yang akan segera tiba. Tidak lama lagi.
__________
"Aku akan keluar sebentar untuk membeli kue." Bible berpamitan kepada pelayan di rumahnya, dia hendak membeli kue untuk di bawa ke asrama tempat ibu Farah berada esok hari. Supir pribadinya sudah menunggu dan Bible masuk ke dalam mobil, menuju ke sebuah cafe bakery yang cukup elegan di pusat kota. Di sana, ada kue brownies panggang yang sangat enak, Bible akan membeli beberapa sebagai buah tangan untuk dibawa besok.
Ketika mobil mencapai parkiran Bakery itu, ponselnya berdering, dia melihat nama Jeff di layar ponselnya dan menghela napas. Kebetulan. Pikirnya. Dia sudah berpikir untuk menghubungi Jeff dan berbicara, menyelesaikan salah paham di antara mereka dan berharap mereka bisa berbicara baik-baik, lalu berpisah tanpa ada ganjalan lagi di antara mereka. Dia meminta supir menunggu dan melangkah keluar, memasuki bakery itu lalu mengangkat teleponnya.
"Halo." Bible menyapa Jeff, dengan suara ramah.
"Hai, Bible. Apa kabar?", suara Jeff terdengar kaku.
"Kabarku baik Jeff, kuharap kau juga sehat-sehat saja." Bible menjawab. Terbawa oleh suasana kaku dan formal yang dibawa Jeff.
Sejenak suara Jeff di seberang sana hening. lalu lelaki itu berucap dengan nada datar,
"Aku mendengar tentang pernikahanmu." Nafas Jeff agak tercekat, "Selamat ya."
Bible tersenyum, setidaknya Jeff mau memberinya selamat, itu pertanda lelaki itu mempunyai niat baik kepadanya.
"Terimakasih Jeff. Maafkan aku tidak sempat mengabari. Semuanya begitu terburu-buru dan tiba-tiba saja aku sudah menikah."
Jeff terkekeh pahit di seberang sana.
"Apakah kau mencintainya, Bib?"
Bible menganggukkan kepalanya tanpa sadar, "Ya Jeff, aku mencintai Jes."
Hening lagi, Kali ini agak lama.
"Aku ingin bertemu." Gumam Jeff akhirnya.
Bible menghela napas, "Kebetulan aku juga berpikiran sama, kurasa kita harus bercakap-cakap untuk menyelesaikan beberapa hal yang mengganjal di antara kita."
"Kapan kau bisa?"
"Aku harus menanyakannya kepada Jes dulu." Bible tentu saja tidak bermaksud bertemu diam-diam dengan Jeff, dia akan meminta izin pada Jes dulu, dia yakin Jes akan mengijinkannya kalau Bible bisa menjelaskan alasannya dengan tepat.
"Tidak! Jangan!" Jeff menyela dengan cepat, membuat Bible mengernyitkan keningnya,
"Jangan apa Jeff?"
Jeff berdehem di seberang sana.
"Kau tahu, aku kan masih bekerja di perusahaan Mr. Tyme..... eh... Jes..." Suaranya me rendah.
"Akan sangat tidak mengenakkan bagiku kalau sampai Jes tahu aku mencoba menemul isterinya, mengingat aku dulu pernah dekat dengan isterinya."
"Tetapi aku tidak bisa bertemu diam-diam denganmu, kalau Jes tahu..."
"Jes tidak akan tahu. Aku mohon Bible...aku tidak akan menyita lama waktumu, aku cuma butuh beberapa lama di tempat umum yang kau pilih, sehingga tidak akan memicu salah paham dan fitnah terhadap kita..." Jeff menghela napas panjang.
"Aku mohon Bible. Hanya satu kali pertemuan untuk menjelaskan semuanya dan setelah itu kalau kau mau, aku tidak akan mengganggu hidupmu lagi."
Bible termenung memikirkan kata-kata Jeff, dia menarik napas panjang,
"Baiklah, kapan dan dimana?"
"Hari ini bisa?"
Bible melirik jam tangannya. Masih jam dua siang. Dia punya waktu panjang sebelum pulang ke rumah dan menanti suaminya pulang dari pekerjaannya.
"Aku sedang membeli kue di bakery" Bible menyebut nama Cafe dan Bakery tempat dia berada.
"Kalau mau kau bisa datang kemari."
"Oke kedengarannya bagus. Aku akan kesana beberapa saat lagi. Saat ini aku masih di kantor, aku akan mencari alasan untuk keluar."
Setelah itu Jeff menutup teleponnya.
Bible lalu memilih beberapa kue dan membayarnya, dia menuju ke mobil dan meminta supir membawa kue-kue itu pulang dulu, dan menjemput Bible nanti. Bible akan menelepon ke rumah minta dijemput. Karena dia akan bertemu dengan seorang teman dulu selama mungkin satu atau dua jam.
Supir itu mengikuti instruksinya dan membawa mobil pulang ke rumah. Dengan langkah pelan Bible memasuki cafe dan bakery yang cukup ramai itu lalu memilih tempat duduk dan memesan cokelat panas untuk dirinya, dan menunggu.
___________
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero || JesBible ✔️
FanfictionJespipat Tilapornputt X Bible Wichapas Sumettikul . . Remake from novel "Unforgiven Hero" karya Shanty Agatha. . . 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠: Boyslove, M-Preg, Angst, if you don't like this pair, it's better you not to read it. Presented by @sebirulaut_