_________
Limpanya terbentur keras, bengkak, sehingga memerlukan perawatan dan pengobatan khusus, dan rasa sakitnya sungguh tidak terkira. Bahkan Jes sempat menyalahkan supir taxi kurang ajar, kenapa bisa ada di jalan yang berlawanan dengan dirinya sehingga bisa tertabrak.
Semua permasalahan dibereskan dengan cepat oleh Ayahnya. Jes langsung di kirim ke Singapura untuk menjalani pengobatan, sampai 6 bulan kemudian setelah kecelakaan itu, dia pulang ke Indonesia.
Mamanya, seorang perempuan Spanyol yang sudah tinggal di negara ini sejak menikah dengan Ayah Jes, mengingatkannya.
"Kau tidak pernah ingin tahu tentang mereka?" tanya Mamanya waktu itu.
Jes yang saat itu merasa bosan karena masih harus beristirahat di rumah dan tidak bisa keluar rumah menatap Mamanya dengan marah.
"Buat apa Ma? Bukankah Papa sudah memberikan tunjangan sepadan buat mereka? Mungkin malahan lebih banyak dari yang bisa dihasilkan supir taxi itu ketika dia hidup.
Kesombongan membuat suaranya terdengar keras. Sang Mama menggelengkan kepalanya.
"Supir Taxi itu memiliki isteri yang berduka dan seorang anak yang masih membutuhkan biaya sekolah, apakah kau tidak menyesal atas kehilangan yang dialami anak kecil itu Jes?"
Jes merasa terganggu mendengar ucapan mamanya.
"Sebenarnya apa yang mama inginkan dari Jes?"
"Mama hanya ingin merasa sedikit lega, Mama ingin kamu kesana dan meminta maaf langsung, bahkan selama ini hanya pegawai Papa yang datang kesana dan mengurus semuanya."
Jes mencibir. "Mereka itu keluarga miskin, kalau Jes datang kesana dan menunjukkan penyesalan, mungkin mereka akan meminta tambahan tunjangan lagi."
"Kalau begitu beri saja. Kau sudah mengambil nyawa seorang Ayah, Jes. Berapapun harta yang kau berikan, itu tak akan tergantikan."
Dan datanglah Jes keesokan harinya, dengan diantarkan sopir dalam mobil mewah, tentu saja tak lupa membawa buket bunga di tangannya.
Ternyata mobil tidak bisa masuk ke kompleks itu, Jes masih harus berjalan melewati gang sempit dan rumah rumah tak terurus dengan bau yang mengganggu indra penciumannya. Dengan jijik dipandanginya lumpur di sepatu mahalnya, dia akan membuang sepatu ini, putusnya jengkel.
Rumah itu sederhana, terletak di ujung gang, tetapi tampak paling bersih di antara semua rumah yang berdesak-desakan di sana. Kelihatan seseorang berusaha meletakkan pot- pot mungil berisi bunga mawar untuk menutupi pagar jelek yang menyedihkan di depan rumah itu.
Ketika Jes mengucapkan permisi di pintu, seorang lelaki remaja, mungkin usianya beberapa tahun di bawahnya muncul di ruang tamu dan menatapnya curiga.
Lelaki itu tampan, tapi cenderung cantik. Itu yang Jes pikirkan pertama kali melihatnya. Cantik, dengan tatapan mata yang cerdas, dan meskipun hanya berpakaian sederhana, tetap saja tidak bisa menahan keterpesonaan Jespipat.
"Siapa?" tanya lelaki itu hati-hati.
Jes memasang senyumnya yang paling mempesona, selama ini banyak perempuan dan lelaki yang mengejarnya. Dia tidak pernah meragukan pesonanya.
"Saya Jes Jespipat, maaf saya baru bisa kemari. Saya baru pulang dari Singapura setelah menjalani perawatan medis karena luka setelah kecelakaan itu."
Setelah kalimat itu, Jes bahkan tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi. Yang bisa diingatnya adalah jeritan histeris penuh. kemarahan sang lelaki, tetangga- tetangga yang berdatangan untuk memisahkan mereka karena sang lelaki tiba-tiba menyerangnya dengan tamparan bertubi-tubi, bunga-bunga yang berserakan dihancurkan lelaki itu, dan ancaman penuh kebencian dari si lelaki kecil.
"Jangan pernah kau menampakkan wajahmu di muka kami! Kau manusia hina yang bersembunyi di balik kekuasaan Ayahmu, manusia pengecut, tidak bertanggung jawab! Kau pikir nyawa manusia bisa diganti semudah itu dengan uang? Kami memang miskin, tapi kami punya harga diri! jadi sebelum kau bisa menunjukkan kalau kau punya harga diri, jangan berani-berani menunjukkan mukamu di depan kami!"
Hari itu, Jes diberitahu oleh seorang tetangga, sang Ibu yang jatuh sakit karena tak kuat menahan kepedihan, meninggal semalam dalam kondisi sakit parah, menyusul Ayahnya.
Hari itu, Jes menyadari, bahwa perbuatannya telah menghancurkan hidup sebuah keluarga. "Mereka sama sekali tidak mau menerima uang tunjangan dari keluarga ini, itulah yang mengganjal di hati mama." Sang Mama menatap Jes sedih.
"Lelaki itu membenciku Ma, baru kali ini aku menerima tatapan kebencian seperti itu."
Jes masih terpekur shock dengan kejadian yang baru di alamninya. Sang Mama hanya menatapnya sedih.
"Lelaki itu kehilangan Ayahnya dengan tragis, dan Ibunya pula. Apalagi yang bisa dilakukannya selain menumpahkan kebencian kepada mu, penyebab semua ini?"
"Dia sebatang kara, dan dia tidak mau menerima bantuan dari kita, lalu Jes harus berbuat apa Ma?"
Mamanya menatap Jes dengan kebijaksanaan yang diperolehnya dari pengalaman hidupnya bertahan-tahun.
"Mungkin kau harus memulainya dari dirimu sendiri dulu, Jes."
__________
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero || JesBible ✔️
FanficJespipat Tilapornputt X Bible Wichapas Sumettikul . . Remake from novel "Unforgiven Hero" karya Shanty Agatha. . . 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠: Boyslove, M-Preg, Angst, if you don't like this pair, it's better you not to read it. Presented by @sebirulaut_