UH VIII

552 58 0
                                    

________

Bible merapikan berkas-berkasnya sambil melirik jam dinding, sudah jam delapan malam.

Besok hari yang sibuk untuk Mr. Tyme dan syukurlah akhirnya Bible sudah selesai menyiapkan semuanya, meskipun akhirnya dia harus ketinggalan bis karyawan.

Suara di pintu membuat Bible mendongakkan wajahnya dengan waspada. Mr. Tyme berdiri di sana, sepertinya baru pulang dari pertemuan bisnisnya di luar.

Lelaki itu mengerutkan mata melihatnya.

"Kenapa kau masih ada di sini?"

Mata itu sungguh tajam. Bible membatin.

"Eh, saya menyelesaikan berkas-berkas ini dulu, untuk besok."

Jes menatap tidak suka.

"Lain kali tinggalkan saja pekerjaan itu dan lanjutkan besok."

Dia melirik jam tangannya.

"Ini sudah terlalu malam untuk bekerja, seharusnya kau sudah di rumah dan beristirahat. Aku akan menyuruh supir mengantarmu pulang."

Bible menggelengkan kepalanya panik, "Tidak perlu, saya bisa naik angkot.."

"Ikuti perintah atasanmu." Jes menatap tajam membuat Bible menelan ludahnya.

"Sebelum itu, aku ingin bicara di ruanganku. Kau tidak keberatan membuatkan kopi untuk kita berdua?"

________

Kopi itu mengepul panas dan menguarkan aroma nikmat ke seluruh penjuru ruangan. Bible meletakkan di meja di depan sofa tempat Mr. Tyme duduk dan menunggunya, lalu dengan gugup dia duduk di depan bosnya, menunggu.

Lelaki itu tercenung, seolah bingung mau bicara apa. Tetapi itu tidak mungkin bukan? Orang sekelas Mr. Tyme tidak mungkin bingung harus bicara apa.

"Kau sudah tiga bulan di sini." Jes memulai.

"Bagaimana perasaanmu?"

Bible tersenyum.

"Saya senang. Banyak hal yang bisa saya pelajari."

"Apakah rekan-rekan kerja menciptakan suasana yang kondusif untukmu?"

Bible mengangguk.

"Mereka sangat baik dan membantu."

Kali ini kening Jes berkerut.

"Kudengar kau dekat dengan IT Managerku?"

Pipi Bible memerah. Astaga. Darimana Mr. Tyme bisa mendapat informasi macam itu? Dan kenapa pula bosnya harus peduli dengan gosip percintaan karyawannya?

Jeff. Nama itu menguar di benak Bible. Ya. Mereka dekat. Itu karena Jeff sangat gigih mendekatinya. Dia mengajak makan siang bersama, kadangkala dia menghampiri Bible dan mengajak mengobrol tentang berbagai hal. Ya. Bible nyaman bersama Jeff, cukup nyaman sampai membiarkan Jeff mengantarnya pulang ke asrama beberapa hari lalu.

Lelaki itu berkenalan juga dengan ibu asrama. Tetapi, entah kenapa ibu asrama tampak tidak suka dengannya, padahal Jeff begitu baik.

"Bible?" Jes bertanya lagi, mengembalikan Bible ke dunia nyata. Bible mengerjapkan matanya, menatap Mr. Tyme dan sadar bahwa dia belum menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Ya.. Kami cukup dekat, hubungan kami cukup baik."

"Begitu." Mr. Tyme tercenung.

"Aku cenderung tidak menyetujui hubungan dekat dengan rekan sekerja. Karena berdasarkan pengalaman, ketika hubungan itu memburuk, performa di tempat kerja ikut memburuk."

Bible menghela napas.

"Hubungan kami belum sejauh itu untuk..."

"Ya. Aku mengerti. Kalian dekat, tetapi belum menyentuh konteks asmara. Tetapi tidak menutup kemungkinan itu akan terjadi bukan?" Jes menatap Bible tajam, seolah menembus hatinya.

Bible menganggukkan kepalanya.

"Saya tidak bisa membantah kemungkinan itu, meskipun saya tidak bisa memastikan. Tetapi kalaupun itu terjadi, saya berjanji akan berusaha untuk tidak mencampurkannya dengan profesionalisme pekerjaan saya."

Jes terdiam dan Bible menanti. Hening lagi, kali ini lama, dan entah mengapa terasa menegangkan bagi Bible, lalu Jes tersenyum samar.

"Oke. Kita lihat saja nanti." Tatapan mata lelaki itu begitu tajam dan misterius.

"Pulanglah. Aku sudah menyuruh supirku menunggumu di depan. Dia akan mengantarmu pulang."

Ketika Bible pergi, Jes masih tercenung di ruangan kerjanya. Jeff dan Bible hampir menjadi sepasang kekasih, itu yang dilaporkan oleh Ibu Grace kepadanya. Jes memang memintanya mengawasi Bible di tempat kerjanya. seminggu yang lalu ibu Farah juga meneleponnya dari asrama, memberitahunya bahwa Bible membiarkan Jeff mengantarkannya pulang ke Asrama. Dan beberapa hari kemudian Jeff mulai rutin datang, bahkan di hari minggu.

Jes tidak pernah memikirkan kemungkinan ini sebelumnya. Tidak pernah menyangka bahwa mungkin Bible bertemu perempuan atau lelaki yg dia sukai di tempat kerjanya. Seharusnya dia tahu, Jes mendesah, Bible terlalu cantik untuk ukuran paras lelaki seharusnya dia memperkirakan bahwa akan ada beberapa orang yang tertarik untuk mendekatinya.

Dan itu mengganggu Jes, dia harus menghentikan ini semua sebelum terlalu jauh.

Mata Jes terpaku pada cangkir kopi Bible. Bekas bibir Bible. Lalu, karena didorong oleh luapan gairah dan perasaannya, Jes mengambil cangkir itu, lalu mengecup lembut bekas bibir Bible di sana.

"Kau akan menjadi milikku Bible, seperti yang seharusnya terjadi, karena hanya akulah yang berhak menjagamu." Gumamnya penuh tekad.

________

to be continued....

Unforgiven Hero || JesBible ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang