Perputaran dunia sungguh tidak dapat diduga. Begitupun perjalanan hidup manusia. Bible melirik cincin berlian elegan yang berkilau di jari manisnya. Dia datang ke perusahaan ini karena sebuah panggilan keberuntungan yang datang tak diduga, dan hanya karena satu kejadian di malam pesta itu, tiba-tiba dia menjadi tunangan pemilik perusahaan ini. Siapa yang bisa mengira? Bahkan di dalam imaginasinya yang paling liarpun dia tidak pernah menduganya. Semua ini terjadi terlalu cepat, terlalu tiba-tiba. Dia bahkan tidak mengenal jauh Mr. Tyme.
Bible membatin dalam hati, dan tanpa sadar mengernyitkan dahinya. Yang dia ketahui tentang Mr. Tyme hanyalah info dari majalah bisnis yang dibacanya ketika mencari tahu tentang perusahaan yang memanggilnya untuk interview itu, dan beberapa info dari Dania, yang sekarang sudah mengambil cuti hamilnya. Dania akan sangat terkejut kalau saja dia ada dikantor untuk menyaksikan semua drama ini. Bible tahu bahwa Mr. Tyme adalah si jenius pendiri perusahaan, berdarah Spanyol dari ibunya, dan mempunyai adik perempuan dengan masa lalu yang sungguh menimbulkan empati, meskipun sekarang Pansa sudah menjadi wanita yang tegar.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu alasan utama Bible menerima pertunangan ini adalah karena empatinya kepada Pansa, dan kekagumannya akan rasa bertanggung jawab Mr. Tyme karena begitu memikirkan kesedihan yang pernah dialami Pansa. Mr. Tyme pasti sangat menyayangi adiknya. Bible tidak pernah punya saudara kandung, dia anak tunggal, yang pada akhirnya harus berakhir sebatang kara. Karena tragedi itu. Tragedi yang sudah dilupakannya dan dikuburkannya dalam-dalam. Karena setiap dia mengingatnya akan muncul rasa marah terpendam, membuatnya ingin berteriak atas ketidakadilan kehidupan. Ingatan tentang kemarahan itu menjadi samar-samar seiring berjalannya waktu.
Bible belajar menyimpan jauh-jauh. Tidak sepenuhnya melupakan. Tidak sepenuhnya memaafkan.
Bible mengerjapkan mata ketika mobil hitam yang elegan itu meluncur dengan mulus dan berhenti tepat di depannya. Mr. Tyme sendiri yang menyetir mobilnya, dengan sopan, dia turun dari mobil dan membukakan pintu penumpang di sebelahnya untuk Bible.
"Maafkan aku, sedikit tertahan di loby tadi. Aku harap kau tidak menunggu lama."
"Tidak. Aku baru beberapa menit di sini." Bible melangkah masuk ke mobil dan lelaki itu menutupnya, lalu kembali ke balik kemudi dan menjalankan mobilnya.
Tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di benak Bible, bahwa dia bahkan tidak tahu nama lengkap lelaki ini.
"Bagaimana mungkin kita melanjutkan semua ini, kalau kita bahkan tidak saling mengenal sama sekali?" tanpa sadar Bible menyuarakan pemikirannya.
Jes melirik sedikit ke arah Bible dan tersenyum.
"Masih banyak waktu, dan dengan senang hati aku akan membuka diri sehingga kau bisa lebih dalam mengenalku." Suaranya merendah lembut.
"Dan aku harap kau juga membiarkanku mengenalmu lebih dalam."
Bible menghela napas. Kenapa kata-kata Mr. Tyme yang biasa saja bisa terdengar begitu sensual di telinganya? Apakah itu memang nyata atau dia selalu berkonotasi mesum sejak kejadian malam itu? Dengan tak kentara Bible menggelengkan kepalanya, mencoba berkonsentrasi kepada sesuatu yang logis.
"Siapa nama lengkapmu?"
Jes mengerem dengan mendadak. Hampir membuat ban mobil berdecit dan tubuh Bible terdorong ke depan, untunglah mereka sedang berada di jalanan yang sepi. Bible menoleh ke arah Mr. Tyme dan menatap bingung. Lelaki itu tampak kaget karena pertanyaannya, ataukah karena sesuatu di jalan?
Tetapi Jes dengan cepat menguasai diri, dia menatap Bible dan meminta maaf.
"Maafkan aku, ada kucing menyeberang." Gumamnya cepat sambil mengalihkan pandangan kembali ke arah jalan.
Apakah hanya perasaannya saja atau Mr. Tyme sedang mencengkeram kemudinya erat-erat?
Bible mengalihkan pandangannya ke jalan dan akhirnya tersenyum.
"Kucing memang sering menyeberang tiba-tiba, kadang kita baru melihat ketika mereka sudah di seberang mata, membuat kita kaget setengah mati."
"Yah. Dan aku memang kaget setengah mati."
Lelaki itu melirik Bible" Tadi kau bertanya apa?"
"Nama lengkapmu?"
"Oh...Kau tidak tahu ya, padahal kau sudah beberapa lama bekerja sebagai bawahanmu. Keterlaluan." Jes pura-pura mencela, padahal jauh di dalam hatinya dia tahu. Dialah yang mengusahakan agar Bible tidak tahu nama lengkapnya. Bahkan semua surat dan dokumen resmi diperusahaan itu selalu atas nama Tyme. Mungkin ini adalah saatnya mengambil resiko. Kalau Bible tidak bereaksi apapun atas nama lengkapnya, berarti Jes bisa melangkah ke rencana ke depannya dengan aman. Karena bagaimanapun, kalau mereka menikah nanti, Bible harus tahu nama lengkapnya, nama aslinya. Dia menghela napas sekali lagi, seakan hendak melepas sumbu granat.
"Nama lengkapku tidak istimewa, Jes Jespipat. Tyme hanya panggilan yang ku suka."
Jes mencoba tenang meskipun jauh di dalam hatinya dia ketakutan setengah mati.
Selama ini dia menganggap nama itu tabu, karena takut akan membuat Bible langsung teringat kepada siapa dia sebenarnya. Dan sekarang setelah melepaskan nama itu.
Rasanya seperti menanti sesuatu yang akan meledak, membuatnya berdebar.
Tetapi apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Bible memang sedikit mengernyitkan dahi, lalu lelaki itu mengangkat bahu nya.
"Nama Lengkap ku Bible Wichapas Sumettikul."
"Nama yang keren, cantik. Cantik dan tampan seperti orangnya." Jes mencoba bercanda, menutupi rasa lega luar biasanya ketika menyadari Bible tidak menghubungkannya dengan pemuda yang telah membunuh ayahnya bertahun lalu. Tentu saja penampilan Jes yang dulu dan sekarang berbeda, Jes yang dulu kurus karena memakai obat dan minuman keras, perokok berat, ugal-ugalan dengan tindik telinga dan rambut yang di cat kuning menyala. Secara fisik sangat sulit menghubungkan dirinya yang sekarang dengan pemuda tak bertanggung jawab di masa lalu itu, tetapi Jes memutuskan mengambil resiko sekali lagi, untuk melihat reaksi Bible, dengan hati-hati dia berucap.
"Kau bisa memanggilku Jes kalau kau mau, keluargaku memanggilku begitu."
"Tidak." Jawaban Bible begitu cepat, hanya sepersekian detik dari Jes.
"Aku tidak mau. Aku akan memanggilmu dengan 'Tyme' saja jika kau tidak keberatan."
Tubuh Bible begitu tegang. Jes membatin, lalu menarik napas dengan pedih, Bible masih mengingat jelas nama lelaki yang membunuh ayahnya. Dan menilik dari sikapnya yang menolak memanggil siapapun dengan nama 'Jes', lelaki itu jelas masih menyimpan kebencian kepada lelaki yang membunuh ayahnya. Jes harus bisa membuat Bible melupakan "Jes pembunuh ayahnya' dan terbiasa mengasosiasikan nama 'Jes' dengan lelaki baik yang akan menjadi suaminya.
"Aku keberatan." Jes tersenyum lembut, dan mengarahkan pandangannya kembali ke jalan. Bible harus belajar memanggilnya dengan nama 'Jes' dengan begitu, mungkin saja dia bisa melunturkan kebenciannya kepada 'Jes' di masa lalunya.
"Sudah kubilang, keluargaku selalu memanggilku dengan nama 'Jes' dan kau akan menjadi keluargaku yang terdekat."
"Tapi aku...."
"Cobalah Bible." Panggil namaku. Jes menahan erangan dalam hati. Ah, betapa inginnya dia mendengarnya, betapa inginnya dia mendengar namanya diucapkan oleh suara merdu dari bibir Bible.
Bible menghela napas, dan sejenak Jes merasakan bahwa Bible ingin membantah. Tetapi kemudian lelaki itu memutuskan untuk tidak melakukannya.
"Jes."
Nama itu akhirnya terucapkan dari bibir Bible, dengan enggan, pendek dan sederhana.
Tetapi terdengar luar biasa di telinga Jes, bagaikan alunan merdu menghembus telinganya. Mimpinya. Mimpinya selama ini telah terwujud. Jes memejamkan matanya sekejap, berusaha menahan senyum lebarnya.
___________
to be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero || JesBible ✔️
FanfictionJespipat Tilapornputt X Bible Wichapas Sumettikul . . Remake from novel "Unforgiven Hero" karya Shanty Agatha. . . 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠: Boyslove, M-Preg, Angst, if you don't like this pair, it's better you not to read it. Presented by @sebirulaut_