Kesepakatan

28 4 10
                                    


Arya Bisma mengambil penerbangan paling pagi ke Jakarta- Singapura. Rencananya dia akan singgah dan bermalam dulu di kediaman orangtuanya. Baru melanjutkan perjalanan ke Eropa.

Keluarga Bisma memang memilih menetap di Singapura, semenjak dia diserahi tanggung jawab untuk mengelola bisnis mereka di Jawa Tengah. Orangtuanya di SIngapura juga bertujuan untuk memantau pergerakan bisnis dari Headquarters Office . HO di Singapura merupakan menara kontrol untuk semua kerajaan Bisnis Keluarga Bisma.

Bukan hanya untuk alasan itu saja, Singapura selalu menorehkan kenangan yang selalu membekas di hati Arya Bisma seumur hidupnya.

Dia menikahi Aruni disana, dan dia kehilangan Aruni juga di kota yang sama.

-

-

Arya beranjak menuju kamar putri satu- satunya.

Arundya pasti masih tidur, namun dia ingin melihat gadis itu sebelum perjalanannya ke Eropa.

Barisan pembantu sudah siap menunggu instruksi darinya. Mereka berdiri di depan kamar Arundya, kebiasaan itu sudah menjadi rutin ketika dia harus meninggalkan Arundya lebih lama, termasuk Lucy, sekretarisnya yang biasa ikut dalam perjalanan Bisnis, namun untuk kali ini Arya minta Lucy untuk tetap tinggal di Semarang. Harus ada yang mengkoordinir perayaan Ulang tahun Arundya, dan satu lagi, mengenang hari wafatnya Aruni.

Sejak Aruni pergi, Arya harus bisa mengkondisikan semua hal untuk Arundya. Meskipun kehadirannya bisa dikatakan sangat minim.

Perlahan dia membuka pintu kamar Arundya.

Wangi Lavender menyeruak hidungnya. Arundya juga menyenangi aroma essence itu.

Kamar itu masih temaram, tirai menutup rapat. Arundya biasa tidur dalam kondisi gelap pekat, bahkan lampu sekecil fire smoke detector yang berada di kamarnya pun ia tutup dengan plester.

Hanya terlihat gumpalan rambut keritingnya di balik selimut. Putrinya tidur dalam posisi menelungkup.

Arya tahu dirinya sangat menjaga jarak dengan Arundya. Bukan hanya karena Arundya terlihat sama dengan Aruni,...namun,......karena alasan lain,...... alasan yang selalu membuat Arya ingin merobek dadanya sendiri, dan jika dia teringat dengan kata- kata Aruni saat itu. Arya lebih memilih lebih baik dirinya yang mati lebih dulu!

Karena itu, hatinya selalu hancur. Setiap kali melihat mata Biru- Abu itu.

Tak seperti orangtua lainnya yang akan meninggalkan putri satu- satunya. Arya Bisma tak akan pernah dijumpai memeluk Arundya, atau mengecup kening dan puncak kepala.

Arya hanya sekedar melihat, lantas berpesan pada para pembantunya dan Lucy.

"Adakan perayaan Ulang tahun yang meriah, senangkan hatinya dengan banyak hadiah! Cari tahu dari teman- teman sekolahnya, Apa keinginannya. Awasi temannya yang laki- laki itu , jangan sampai Arundya motoran dengannya! Catat itu Lucy!!" Perintah Arya.

"Dan satu lagi,..... buat makam Aruni lebih istimewa, untuk hari itu." Lirihnya

Lucy sang sekretrais mengangguk , mencatat detail perintah atasannya.

Arya Bisma lantas menghadap ke barisan pembantunya,......

"Pastikan dia makan dengan baik, Standby disekolah sebelum jamnya pulang." Pembantunya mengangguk paham.

Arya pun beranjak pergi.

----------

Bulan dimana Arundya lahir dan Aruni wafat selalu membuat hatinya kelabu. Matanya pasti lebih sering basah.

ARUNI & ARUNDYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang