Who are you ?

38 4 43
                                    

Some lies are beautiful. Some truths are painful.

***************************************************

Menjelang tengah malam keriuhan dan ketegangan akibat kecelakaan kereta api di lokasi kejadian berkurang, jumlah korban sudah di data dengan akurat. Namun tidak dengan kondisi di IGD Rumah Sakit, ketegangan terasa sangat nyata saat tim medis bergegas menangani korban kecelakaan kereta api. Suara sirene ambulans yang masih berdatangan memecah suasana, disertai langkah kaki para dokter, perawat, dan petugas medis yang bergerak cepat di antara ranjang-ranjang pasien.

Suara alat medis yang berbunyi keras, monitor detak jantung dan ventilator, seakan mengiringi kekhawatiran yang memenuhi ruangan. Bau obat dan antiseptik menyatu dengan aroma darah yang menguar dari para korban. Teriakan korban yang kesakitan, panggilan dokter untuk mendapatkan bantuan tambahan, dan instruksi yang tegas terdengar bersahut-sahutan.

Ketegangan itu masih tak sebanding dengan ketegangan yang berasal dari dalam tubuhku, semua sel saraf menyala, otakku memutar cepat, mataku tak berkedip memperhatikan dia yang bergerak gesit dari satu ranjang ke ranjang yang lain. Aku masih sangat penasaran untuk melihat wajahnya secara keseluruhan. Sudah jelas dia bukan Aruni, tapi kakiku masih tak juga bisa berlari menjauh. Pertanyaan demi pertanyaan muncul, mengapa rambut, alis mata, mata dan kelopak mata bahkan bulu mata yang tebal dan lentik itu bisa sangat sama dengan Aruni?

"Ndan, Direktur Karyadi ingin bertemu di ruangannya." Wisnu memutus tatapanku pada gadis itu.

"Beberapa korban meninggal tidak punya identitas."

"Minta Ramses datang kemari, harusnya dia sudah pegang data manifest dari KAI!" Aku menyuruh Wisnu untuk memanggil Kasat Reskrim.

Aku mendekat ke arah Rudi yang masih berjaga di pintu IGD, " Rud, kamu lihat dokter yang rambut keriting kemerahan itu?" Gadis itu masih membungkuk di atas tempat tidur pasien, dia sedang menjahit luka di kaki korban perempuan.

"Siap Ndan."

"Awasi dia, laporkan padaku tentang apa saja yang dia lakukan. "

Kepala Rudi bergerak untuk menatapku, tentu dia heran, namun seketika dia sadar perintah itu berasal dariku. Secepat itu dia lantas mengangguk. " Siap Ndan!"

Aku meninggalkan IGD dengan rasa penasaran yang besar, semakin banyak pertanyaan yang belum dijawab. Gadis itu bukan hanya mirip, tapi bagian- bagian tubuhnya yang kuperhatikan begitu sama dengan Aruni. Caranya mengerjapkan mata, menyentuh anak- anak rambut yang jatuh di dahinya dengan punggung tangan, tatapannya, semua sama.

Wisnu mengetuk pintu ruangan Direktur Karyadi. Sepertinya  tak ada satupun karyawan yang pulang dari RS malam ini, semua bagian sibuk karena kejadian kecelakaan kereta api.

"Pak Kapolres, silahkan masuk!" Pak Direktur sendiri yang menyambut di depan pintu, dia bersama dua orang Dokter yang segera berdiri saat melihat kedatanganku.

Dokter perempuan dengan celak hitam mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Aku menyalami mereka satu- satu.

"Silahkan Pak," Pak Direktur menyilahkan aku duduk di sofa dan dia duduk di hadapanku.

"Penanganan terhadap korban sejauh ini sudah kami lakukan dengan maksimal pak Kapolres, update status korban juga sudah diberikan oleh Kepala Ruangan terhadap pihak bapak untuk selanjutnya diinformasikan kepada keluarga. Korban meninggal yang sudah dibawa pulang 11 orang, namun ada 3 orang yang tidak punya identitas." Jelas Direktur Karyadi.

"Terimakasih Pak Direktur, atas respon dan usaha yang diberikan untuk penanganan para korban, saya sudah instruksikan Kasat Reskrim untuk segera menyandingkan data manifest dengan laporan update korban yang sudah ditangani. Jenazah yang tidak punya identitas apakah sudah di Visum?"

ARUNI & ARUNDYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang