Most Woeful Day

47 4 91
                                    

Death cannot kill love. Death cannot put an end to love. Death is not the greatest loss in life. The greatest loss is what dies inside us while we are still alive

***************************************************

Setelah lepas landas dari Changi menuju Haneda, Aruni menuruti kata- kataku, dia menyimpan novelnya, lalu tidur. Hatiku sedikit tenang, saat flay off bed itu membuatnya nyaman. Aruni bahkan tak terjaga ketika pramugari menawari kami makan malam.

"Tidak usah, istriku masih tidur." Semakin lama Aruni tidur, aku semakin tenang, kekhwatiran Papi bisa dihindari.

Pertemuan di Jepang hari itu karena seorang sahabat lama bernama Kiyoshi ingin melakukan merger distribusi mobil- mobil Eropa. Sudah lama ku tunda. Aku berharap bisa melakukan merger ini setelah Aruni melahirkan, tapi merger tetap harus dilaksanakan.

Setiap kali mengingat ini, dadaku sesak bagai disumpal ribuan ton beban. Merger yang meraup keuntungan Triliunan, yang menambah gendut rekening keluarga Bisma tak ada artinya, tak ada harganya, bahkan karena perjalanan ini , sangat ku sesali karena aku harus kehilangan Aruni untuk selamanya.

Aku hanya tertidur dalam perjalanan itu selama setengah jam, tapi mimpiku sangat nyata. Rasanya aku tiba di Bandara, dan sedang menunggu Aruni di Toilet. Kehamilan membuat kantong kemihnya cepat terisi. Dalam mimpi itu, aku melihat diriku sendiri mengenakan baju yang sama, jas yang sama, mantel yang sama, bahkan travel bag yang kami bawa juga travel bag yang sama. Aku menunggu dengan sabar,...sampai penantian itu menjadi terlalu lama,...kekhawatiran menyusup semena- mena, hingga tanpa malu aku melangkah masuk ke dalam toilet perempuan.

Toilet itu sepi, semua pintunya terbuka,..aku mencari Aruni dari satu bilik ke bilik yang lain, tak ada,..dia tak ada,...kemana dia? Tak mungkin Aruni keluar, jelas- jelas aku menunggunya, di depan pintu keluar, tak ada yang masuk dan tak ada yang keluar! Mustahil dia hilang! Tapi dia lenyap!!

Aku ketakutan, dan mengulangi lagi mencarinya, dari satu bilik ke bilik yang lain berulang- ulang memanggil namanya!

Aruni!! Aruni!!! Aruni!!!

Dia menghilang, dia pergi, tak dapat kutemukan!!

Dadaku sakit, aku menangis karena tak ingin ini terjadi, aku tak bisa tanpa dia!! Aku tak bisa kalau dia tak ada!! Aku berteriak!! Aku ingin orang- orang membantuku mencarinya, menemukannya!! langkahku terasa berat,..aku berusaha berlari keluar Toilet untuk meminta bantuan, menemukan Aruni.

Lantas kulihat di depan cermin, seorang gadis kecil dengan rambut keriting kemerahan, dia tengah mencuci tangannya,....

Keningku berkerut, dia memiliki rambut keriting Aruni,...bisa saja, itu sangat bisa terjadi, apapun bisa dilakukan di salon kecantikan. Gadis itu lalu berbalik perlahan, menyadari aku berdiri dibelakangnya, tengah menatapnya, kepala kecilnya berputar, dan dia balas menatapku, dengan mata terlalu besar untuk wajahnya yang kecil, mata besar berwarna biru abu, dengan hidung Aruni , dengan bibir Aruni,....

Gadis itu terus menatapku,....

Sesaat di pikiranku saat itu,...Aruni berubah menjadi gadis kecil itu!!

"Mas,...Mas!!" Tangan Aruni menggoyang lenganku,....Aku tersentak, terjaga, begitu lega menemukan dia disampingku. Aku menariknya cepat ke dalam pelukan, mengubur hidungku yang basah dirambutnya, pipiku basah! Aku menangis dalam tidur!

"Kamu mimpi! Mimpi apa sampai nangis begitu?" Aruni menjauhkan wajahnya agar melihatku. Kukira dia bohong, tapi saat tangannya mengusap pipiku, Aruni benar, aku menangis.

Kurasakan pesawat bergetar, persiapan landing, kami sampai di Haneda.

"Mas, mimpi apa?"

Tenggorokanku rasanya sakit, hatiku masih terasa dingin, bahkan tubuhku juga terasa dingin, rasa takut itu sangat nyata, hingga menembus jantung dan meninggalkan lubang besar di dadaku.

ARUNI & ARUNDYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang