Bisakah aku menghapusnya?

25 4 2
                                    

Setiap kali terjaga dari tidur di malam hari, aku menggigil,...bukan karena penyejuk udara yang dingin,..tapi karena pria disampingku. Yang tak pernah berbaju jika tidur, dan hanya mengenakan celana piyama, yang mendekapku terlalu erat dengan kedua lengan telanjangnya, yang menarikku lekat ke dadanya yang bidang dan otot- otot tubuhnya sengaja dia pamerkan untuk menggoda.

Aku menggigil karena merasa jijik dengan diriku sendiri. Setelah membuat kesepakatan yang merubah diriku menjadi iblis betina, pengkhianat cinta menjadi gadis matre dengan berdalih cita- cita. Aku menggigit bibirku, menahan isak tangis yang ku redam.

Bodoh Aruni, Kamu Bodoh!! Masa depan tidak selalu indah dengan cita- cita! Bisa- bisanya aku memilih jalan terjal dan mengambil pria yang tak mungkin bisa ku cintai, dan berkali- kali dia memaksa untuk menyebutnya sebagai suami! Ya Tuhan,...suami,..kini aku menjadi istri seseorang, orang asing yang bahkan,.tak ku kenali sama sekali,seolah dia mengambilku dari rak di mini market itu, lantas menikahiku dan memberiku label sebagai istrinya.

Inikah takdir tragis dari hidupku yang tak pernah sempurna? Selain bertemu dengan Dipta?

Apa kurangnya Dipta? Nama yang pernah memberiku rindu, nama yang pernah selalu ku semat dalam doa dan harap, nama yang selalu memberi getar cinta dan hangat kini menyebut namanya bagai merobek jiwaku, mengoyak tubuhku, membuat diriku seperti di tonjok, wajah Dipta yang tampan, senyumnya yang sempurna, mata jernihnya yang selalu peduli, pelukannya yang hangat, ciumannya yang terus lekat dan membuaiku hingga ke langit,..tidak,..aku tak bisa mengkhianatinya,..tidak bisa!!

Dipta terlalu sempurna, dan aku membuang begitu saja janji kami untuk setia!!

Ya Tuhan, aku ingin teriak, beban ini menekan dadaku hingga sesak. Aku tak ingin pernikahan ini, aku tak ingin pergi dari Dipta, aku tak ingin dimiliki selain olehnya, dan aku tak akan rela jika Dipta tahu,...jika Dipta tahu itu akan menghancurkan hatinya, dan aku tak akan sanggup jika gadis lain yang menyembuhkannya,..tangisku pecah, aku tergagap menelan isakan yang hampir keluar,...

Aku bergerak, Mas Arya ikut bergerak,..dia akan tahu jika aku bangun, .....Aku berusaha diam, membuat nafas teratur dan dalam menelan tangisku sekuat tenaga, disini aku hamoir tak punya privasi selain di kamar mandi, Mas Arya tak membiarkan aku menempati salah satu kamar tamu diantara sekian banyak kamar kosong, aku tak punya waktu untuk diri sendiri untuk berduka, menangisi takdir yang menimpa, meratapi hatiku yang hancur, takdir karena ketololanku yang dahsyat.

Ku rasakan lengan Mas Arya bergerak, mengawasiku, dia terjaga, dan wajahnya mendekat, napasnya terasa di leherku.

Dia menunduk, bibirnya menekan leherku, membuat aku meremang, lagi dia menciumi ku, leher, leher, lalu turun lagi, jemarinya yang panjang menyingkap baju tidurku, dia mencium bahu, punggung, membuat aku bergidik ngeri.

Aku tetap diam, bertahan,...tidak aku tak akan sanggup meneruskan pernikahan gila ini, aku tidak akan sanggup menatap diriku sendiri jika dia lakukan itu, aku akan mati, aku akan hancur!!

Tapi ucapannya tadi,...dia bilang tak akan melepasku,..tak akan mau!

Benarkah tak ada gadis lain yang bisa menyembuhkannya?

Jika benar hanya aku, dan dia tak akan bisa melepaskan aku, apa yang harus kulakukan? Pergi darinya? Kabur? Tapi kemana? Dia pria yang tahu segalanya bukan? Bahkan Ibu kandungku saja dia bisa temukan,...

"Aruni, kamu bangun?"

Aku bertahan untuk tetap diam, namun air mata yang kutahan merusak sandiwaraku.

"Kamu bermimpi?" Suaranya lunak, mendadak lembut, dia khawatir.

Aku tak akan bisa bertahan dengan pura- pura, ku buka mataku perlahan, dengan lembut dia membalikkan tubuhku, menghadapnya, satu lengannya menahan kepala. lengan yang lain melingkar di tubuhku.

ARUNI & ARUNDYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang