First Date

49 4 65
                                    




Sakti dan Wisnu berada 10 langkah di belakang ketika kami tiba di Resto Koenoe- Koenie. Aku mendengar nada- nada dari gitar, keyboard dan drum baru saja di coba. Tak sabar untuk melihat penampilan Dya beserta teman- temannya. Aku tersenyum ketika berada di tikungan jalan setapak dimana Dya menabrakku beberapa malam yang lalu. entah mengapa aku harus berterimakasih dengan jalan setapak ini.

"Itu Bu Dokter yang tadi Ndan?" Tanya Wisnu ketika panggung semakin jelas dari jalan setapak menuju gazebo- gazebo yang disusun mengitari panggung pertunjukan.

"Iya." Jawabku, nada bangga dalam suaraku tak dapat disembunyikan.

"Bakatnya banyak, Ndan. Cocok ini jadi Ibu Ketua Bhayangkari." Timpal Sakti. Cengiran di wajahku tambah lebar.

Saat Panggung sudah kelihatan jelas, aku berdiri terpaku menatap Dya. Dia memegang gitar listrik, temannya yang sama- sama di IGD juga, lalu aku mengenali gadis sebagai vokalis saat Dya menabrakku malam itu, dua temannya lagi dibelakang Drum dan keyboard.

Aku menoleh pada Wisnu dan Sakti. " Cari saja tempat, pesan makanan, kalian makan duluan, aku mau lihat dari sini." Ucapku. Tak mungkin aku bisa bergerak lagi, mataku terpaku melihatnya, sosoknya yang sangat percaya diri, tersenyum tak henti ketika dia mulai memetik gitar listrik itu, Dya mengambil posisi duduk, dengan microphone di dekat mulutnya. Apa dia juga menyanyi?

Dadaku berdebar terlau kencang, kebahagiaan yang asing membuat rindu- rindu terhadap sosok Aruni berkurang.

"Selamat malam Konoe-Koenie, seperti biasa Butterfly hadir untuk menghibur pengunjung setia." Vokalis yang disebelah Dya mulai membuka.

Dya dan temannya yang memegang gitar mulai membuka nada,...Aku hampir bersorak sekaligus meremang saat dia memetik gitarnya, dia hebat!

Sebuah intro dari lagu yang asing ditelinga tapi sangat dikenali oleh hati,..meluncur merdu dari bibir Dya,...petikan gitarnya maut, aku menertawakan teman- temanku saat pendidikan dulu, mereka pasti malu jika melihat betapa gadis lembut, cantik, cerdas dan berprofesi Dokter sangat mahir memetik gitar!

Dua lagu barat sudah dibawakan Dya dan teman- temannya dengan sempurna, mereka dihadiahi tepuk tangan yang meriah. Pengunjung sangat menyukai mereka. Tiba- tiba Dya berdiri, dan temannya di balik Keyboard pindah, Dya, dan penabuh drum, memulai membuka nada, aku menggeleng takjub, berapa banyak alat musik yang dia kuasai? Perlahan aku berjalan mendekat, tak lagi bersembunyi di keremangan untuk melihatnya, aku sangat penasaran, Dya adalah sosok tanpa cela, semua serba bisa!

Kemunculanku diketahui, aku mengambil posisi duduk di meja sebelah Wisnu dan Sakti , mereka sudah menghabiskan berpiring- piring hidangan.

"Ndan, pesan apa?" Tawarnya.

"Nanti saja, aku mau makan bareng Dokter Dya." Jawabku.

Sakti tersenyum lebar, hingga tanganku gatal ingin menjitak kepalanya!

"Selamat malam Pak Kapolres!" Sapa teman Dya yang sama- sama bertugas di IGD, dia mulai memetik gitar, dan keyboard yang ditekan Dya mengalun jernih, nada- nadanya sangat tepat, sangat candu ditelinga.

Do you remember

When we were young you were always with your friends

Suara Dya begitu jernih, merdu,....pasti dia sangat terlatih untuk menyany!

Wanted to grab your hand and run away from them

I knew that it was time to tell you how I feel

So I made a move, I took your hand

My heart was beating loud like I've never felt before

ARUNI & ARUNDYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang